PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Selasa, 26 Februari 2019

NIKMATNYA BEPERGIAN DENGAN BEKAL YANG CUKUP


NIKMATNYA BEPERGIAN DENGAN BEKAL YANG CUKUP

Oleh:
Yan Karta Sakamira
26 Februari 2019

Saudaraku sesama muslim, kajian kita kali ini tentang bekal. Bekal adalah sesuatu yang disediakan (seperti makanan, uang) untuk digunakan dalam perjalanan. Pada saat kita bepergian ke tempat wisata dengan bekal yang cukup, maka kita akan menjalaninya dengan nikmat dan nyaman.

Pada saat kita perlu transportasi, tinggal pilih saja, mau naik kereta, bus atau pesawat terbang, kita tinggal pilih saja, karena bekal uang kita cukup. Pada saat kita perlu makan atau minum, tinggal pilih makan di restaurant mana saja, karena bekal uang kita cukup. Pada saat masuk di tempat wisata kita juga bisa menikmati semua wahana di tempat itu, berapapun harga tiketnya tidak masalah karena bekal uang kita cukup.

Sangat berbeda jauh pada saat seseorang (si Fulan) yang ingin bepergian tetapi tidak punya bekal. Pada saat dia perlu transportasi, si Fulan harus ikut (numpang) kendaraan orang lain (jika dijinkan), jika tidak diijinkan berarti dia harus berjalan kaki ke tempat wisata itu, betapa susahnya. Pada saat si Fulan lapar dan haus, dia tidak bisa makan dan minum, karena tidak punya bekal (uang), kecuali si Fulan mau meminta-minta kepada orang lain, betapa susahnya (malunya). Pada saat si Fulan ingin menikmati wahana di tempat wisata, dia juga tidak bisa menikmatinya, hanya melihat saja, karena si Fulan tidak punya bekal (tidak bisa beli tiket), betapa sedihnya.

Saudaraku sesama muslim, sebentar lagi (setelah kita mati), kita juga akan bepergian ke tempat yang jauh, namanya akhirat. Sama seperti cerita diatas, kita perlu bekal yang cukup untuk pergi ke akhirat nanti, agar perjalannya kita lancar sampai ke tempat tujuan yang namanya surga. Jangan seperti si Fulan, tidak punya bekal nekat bepergian. Jika kita tidak membawa bekal, kita bisa tersesat dan terlunta-lunta.

Bekal ke akhirat yang diperlukan bukan uang, perhiasan emas permata ataupun harta benda lainnya, semua itu akan kita tinggal di dunia, namun bekal yang bisa kita bawa ke akhirat namanya amal shalih. Hanya amal shalih yang bisa memudahkan kita menikmati perjalanan ke akhirat, dan sebaik-baik bekal adalah takwa, maka bertakwalah kepada Allah.

Allah berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al Baqarah: 197)

Seseorang yang tidak membawa bekal ke akhirat akan menyesal, seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya:

يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)

Pada saat kita kehausan di akhirat nanti, setiap muslim (umat Nabi Muhammad) dapat minum air di telaga Al Kautsar, jika telah minum air telaga itu, kita tidak akan kehausan lagi, namun tidak semua muslim boleh (bisa) meminumnya.

Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan,

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا آنِيَةُ الْحَوْضِ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا أَلاَ فِى اللَّيْلَةِ الْمُظْلِمَةِ الْمُصْحِيَةِ آنِيَةُ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ آخِرَ مَا عَلَيْهِ يَشْخُبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ يَظْمَأْ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عَمَّانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ »

Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di al-haudh (telaga Al-Kautsar)?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Wadah untuk minum yang ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. Muslim, no. 2300)

Sedang umat Nabi Muhammad yang tidak bisa minum air telaga al Kautsar adalah seseorang yang melakukan bid’ah.

Dari Abu Wail, dari ‘Abdullah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)


Pada saat seseorang mendapat kesulitan selama di akhirat nanti, ada pertolongan (syafa’at) yang akan menolongnya. Syafa’at itu hanya diberikan kepada seseorang yang membaca Al Qur’an selama hidup di dunia.

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Pada saat kita sampai di depan surga, ada delapan pintu untuk masuk surga. Untuk memasukinya perlu amalan tertentu untuk bisa membeli “kunci” surga tersebut.


Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ.”

“Sesungguhnya di Surga itu ada sebuah pintu yang disebut ar-Rayyaan. Pada hari Kiamat nanti orang-orang yang suka berpuasa akan masuk Surga lewat pintu itu. Tidak ada seorang pun selain mereka yang diperkenankan (untuk masuk Surga) lewat pintu itu.” (HR: Bukhari – Muslim)

Seseorang yang selama hidup di dunia selalu melaksanakan shalat fardhu, dengan thuma’ninah juga dijamin surga oleh Allah.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَى الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ: رُكُوْعِـهِنَّ، وَسُجُوْدِهِنَّ، وَمَوَاقِيْتِهِنَّ ، وَعَلِمَ أَنَّهُنَّ حَقٌّ مِنْ عِنْدِ اللهِ؛ دَخَلَ الْـجَنَّةَ ، أَوْ قَالَ : وَجَبَتْ لَهُ الْـجَنَّـةُ ، أَوْ قَالَ : حَرُمَ عَلَى النَّارِ

Barangsiapa menjaga shalat lima waktu: ruku’nya, sujudnya (dengan thuma’ninah), pada waktu-waktunya, kemudian ia mengetahui bahwa perintah ini benar-benar datangnya dari Allâh, maka ia akan masuk surga,” atau Beliau bersabda, “Wajib atasnya surga,” atau Beliau bersabda, “Ia diharamkan masuk neraka.”(HR: Ahmad (IV/267)

Saudaraku sesama muslim, sebelum ajal memangil kita, kita manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengumpulkan bekal (amal shalih), agar perjalanan kita ke akhirat nanti aman dan lancar sampai masuk surga.

Semoga bermanfaat. Aamiin.











Senin, 25 Februari 2019

KITA MANUSIA BUKAN IBLIS


KITA MANUSIA BUKAN IBLIS

Oleh:
Yan Karta Sakamira
25 Februari 2016

Saudaraku sesama muslim, kajian kita kali ini tentang iblis. Iblis (Arab: إبليس, iblīs) adalah julukan nenek moyang bangsa jin yang memiliki nama asli Azazil, ia makhluk pertama yang membangkang perintah Allah untuk bersujud di depan Adam. Menurut ajaran Islam dijelaskan bahwa Allah menciptakan tiga jenis makhluk berakal budi yaitu malaikat yang diciptakan dari cahaya (nuur), jin dari api (naar), dan manusia dari tanah (turaab).

Firman Allah swt

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. Al Baqarah: 34)

Iblis adalah makhluk pertama yang membangkang perintah Allah untuk bersujud di depan Adam. Mengapa Iblis tidak mau bersujud kepada Adam?

Allah berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (QS. Al-A’raf: 12).

Ternyata alasan Iblis tidak mau bersujud kepada Adam, karena Iblis merasa lebih baik (mulia) dari Adam, Iblis diciptakan dari api, sedang adam diciptakan dari tanah. Merasa lebih baik, merasa lebih mulia, merasa lebih pandai itu adalah sifat Iblis, sifat seperti itu biasa disebut takabur atau sombong, karena Iblis meremehkan manusia.

Karena kesombongan Iblis tersebut, Allah menghukumnya dengan mengeluarkan Iblis dari surga.

Allah berfirman:

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

“Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, Maka keluarlah, Sesungguhnya kamu Termasuk orang-orang yang hina” (QS. Al-‘Araf: 13)

Saudaraku sesama muslim, sombong adalah sifat Iblis, karena kita manusia, alangkah lebih baik jika kita tidak memiliki sifat sombong atau meremehkan orang lain.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”. (HR. Muslim no. 91)

Termasuk kategori sombong jika seseorang mempunyai sifat:

  1. Menolak kebenaran
  2. Meremehkan orang lain
  3. Merasa lebih benar dari orang lain
  4. Merasa lebih pandai dari orang lain
  5. Merasa lebih mulia dari orang lain
  6. Merasa lebih baik dari orang lain


Saudaraku sesama muslim, jika kita merasa orang lain lebih baik dari kita, itu adalah sifat mulia, sedangkan jika kita merasa lebih baik dari orang lain, berarti masih ada sifat kesombongan di hati kita. Selama ada kesombongan di hati kita, kita tidak akan masuk surga.

Saudaraku sesama muslim, kita adalah manusia, jadi hilangkan sifat sombong dari hati kita. Marilah kita rubah sifat sombong menjadi akhlakul karimah.

Semoga bermanfaat. Aamiin.










Sabtu, 23 Februari 2019

IBADAH 24 JAM, MAMPUKAH?


IBADAH 24 JAM, MAMPUKAH?

Oleh:
Yan Karta Sakamira
23 Februari 2019

Saudaraku sesama muslim, kajian kita kali ini tentang ibadah. Ibadah adalah melaksakan perintah Allah. Allah menciptan jin dan manusia, dengan tujuan agar jin dan manusia beribadah kepada Allah, berarti jin dan manusia selama hidupnya diperintah oleh allah untuk beribadah. Perintah Allah tidak hanya yang bersifat ritual saja seperti shalat, puasa, haji, namun juga ibadah sosial seperti berbakti kepda kedua orangtua, menghormati tamu, berbuat baik dengan tetangga dan lain sebagainya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Sanggupkah manusia beribadah terus menerus selama selama 24 jam? Jawabannya bisa (sanggup).

Berikut ini adalah contoh kisah si Fulan yang melaksanakan ibadah terus menerus selama 24 jam.

Pada saat Fulan bangun tidur, dilihat jam di dinding menunjukan jam 3 malam, dilihat istrinya masih tidur nyenyak disampingnya, kemudin dia membangunkan istrinya untuk shalat tahajud. Membangunkan istri untuk shalat malam termasuk ibadah:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ وَجْهِهِ الْمَاءَ.

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud).

Selesai shalat malam, si Fulan memperbaiki wudhunya, kemudian pergi ke masjid untuk shalat shubuh berjamaah. Pergi ke masjid dalam keadaan sudah berwudhu juga merupakan ibadah:

Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وما من رجل يتطهر فيحسن الطهور ثم يعمد إلى مسجد من هذه المساجد إلا كتب الله له بكل خطوة يخطوها حسنة،ويرفعه بها درجة،ويحطّ عنه بها سيئة

“Jika seseorang wudhu dengan sempurna, kemudian menuju masjid, maka Allah akan mencatat setiap langkahnya sebagai pahala untuknya, mengangkat derajatnya, dan menghapuskan dosanya…” (HR. Muslim).

Sepulang dari masjid, si Fulan menolong pekerjaan istrinya sebelum berangkat kerja, seperti membantu menyuapi anak, memandikan anak, dan menyiapkan perlengkapan sekolah anak. Membantu pekerjaan istri juga merupakan ibadah.

‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,

كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesibukan membantu istrinya, dan jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi shalat” (HR Bukhari).

Selesai membantu pekerjaan istri, si Fulan berangkat kerja, dia tidak lupa berdoa kepada Allah sebelum berangkat kerja, agar dimudahkan dan di amankan selama dalam perjalanan. Berdoa sebelum berangkat kerja juga merupakan ibadah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan doa ini,

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ، فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟

”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa di atas, maka disampaikan kepadanya: ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’

Seketika itu setan-setanpun menjauh darinya. Lalu salah satu setan berkata kepada temannya,

’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426, dan dishahihkan al-Albani)

Pada saat memasukan ruangan kantor si Fulan mengucapkan salam kepada semuanya yang telah hadir duluan. Mengucapkan salam kepada sesama teman kantor juga merupakan ibadah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه  قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ  صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى اَلْكَثِيرِ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: – وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي

“Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih)

Walaupun si Fulan hanya seorang staf, namun dalam hal bekerja, dia berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, melayani masyarakat dengan baik dan membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Pada saat adzan dhuhur dan ashar, dia selalu minta ijin untuk shalat berjamaah di masjid kantor. Membantu masyarakat dan teman selama bekerja juga merupakan ibadah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ

“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak bisa mempercepatnya.” (HR: Muslim no. 2699)

Pada saat bel pulang kerja berbunyi, si Fulan segera pulang ke rumah agar dapat shalat magrib berjamaah di masjid dekat rumah, pulang dari masjid, si Fulan membantu anaknya menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) dan mengajarinya membaca Al Qur’an. Sekali lagi membantu pekerjaan anak juga merupakan ibadah.

Saat adzan isya’ berkumandang si Fulan segera ke masjid untuk shalat isya’ berjamaah, sepulang dari masjid si Fulan segera tidur untuk istirahat, dan tidak lupa sebelum tidur, si Fulan selalu berwudhu dulu dan berdoa. Selama tidurnya si Fulan juga sedang beribadah, karena si Fulan tidur dalam keadaan suci. Tidur dalam keadaan suci juga merupakan ibadah.

Dari Al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ، ثُمَّ قُلْ : اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ ؛ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى الْفِطْرَةِ ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ

“Apabila engkau hendak tidur, berwudhulah sebagaimana wudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah miring ke kanan, dan bacalah

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Ya Allah, aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, karena rasa takut dan penuh haram kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari hukuman-Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utus.

Jika kamu mati di malam itu, kamu mati dalam keadaan fitrah. Jadikanlah doa itu, sebagai kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur.” (HR. Bukhari 247 danMuslim 2710)

Pada saat si Fulan bangun jam 3 malam, dia mengulangi kegiatan rutinnya, berarti si Fulan bisa beribadah 24 jam.

Semoga bermanfaat. Aamiin.