PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Rabu, 20 Februari 2019

MASUK NERAKA JAHANAM GARA-GARA LALAI


MASUK NERAKA JAHANAM GARA-GARA LALAI

Oleh:
Yan Karta Sakamira
20 Februari 2019

Saudaraku sesama muslim, kajian kita kali ini tentang lalai. Lalai adalah kurang hati-hati; tidak mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dan sebagainya); atau tidak ingat karena asyik melakukan sesuatu.

Manusia pada umumnya asyik dengan kehidupan dunia, sehingga lalai (tidak mengindahkan) perintah Allah, salah satunya adalah perintah Allah kepada manusia untuk mempergunakan organ tubuhnya dengan benar. Organ tubuh yang dimaksud adalah hati, mata dan telinga.

Allah berfirman:

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS, Al-A’raf, 179)

1.       Hati yang Lalai

Hati adalah tempatnya iman dan niat, hati yang sering dipakai untuk memahami ayat-ayat Allah (Al Qur’an), maka didalam hati tersebut akan tertanam iman yang kuat, iman akan menumbuhkah niat baik, dan niat baik akan menggerakan seseorang untuk berperilaku baik (amal shalih). Seseorang yang beriman dan beramal shalih, maka hatinya akan menjadi tenang dan tidak pernah merasa khawatir.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS, Al-Baqarah: 277)

Hati yang lalai adalah hati yang tidak pernah diajak untuk memahami ayat-ayat Allah, sehingga tidak ada iman yang ternanam kedalam hatinya, niat yang tanpa didasari iman adalah adalah niat yang tidak syar’i, dan niat yang tidak syar’i mendorong seseorang untuk berbuat yang tidak baik. Jadi seseorang yang berperilaku tidak baik itu menunjukan hatinya sedang lalai.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

“Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, Allah akan memasukkannya dalam neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 2654 dan Ibnu Majah, no. 253. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.)

Hadist diatas menunjukan bahwa orang tersebut adalah orang yang hatinya tidak paham tentang ayat-ayat Allah (hatinya sedang lalai), seharusnya kalau orang tersebut paham tentang ayat-ayat Allah, dia akan mengunakan ilmu yang dimilikinya untuk kemashlahatan manusia agar ilmunya bisa bermanfaat bagi orang lain (menjadi amal jariah).

Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 “Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang berdoa untuknya” (HR. Muslim).

2.       Mata Yang Lalai

Di sekitar kita sebenarnya banyak terdapat tanda-tanda tentang kekuasaan Allah, namun mata manusia pada umumnya lalai untuk memahami tanda-tanda kekuasaan Allah yang setiap hari dilihatnya. Contohnya adalah jika kita melihat (ada) matahari berarti ada yang menciptakan, karena matahari tidak mungkin tercipta dengan sendirinya. Siapa yang menciptakan matahari? Jawabannya adalah Allah.

Pada saat kita melihat matahari dan bumi berputar pada porosnya sehingga menimbulkan pergantian siang dan malam dengan sangat teliti dan tidak pernah error (terlambat), tentu ada yang mengaturnya, karena tidak mungkin pergantian siang dan malam berjalan dengan sangat tepat, jika tidak ada yang mengaturnya. Siapa yang mengaturnya? Jawabannya adalah Allah. Matahari, bumi, bulan dan bintang semuanya tunduk kepada perintah Allah.

Allah berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy; Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Rabb semesta alam”. (QS, al-A’raf: 54).

Kewajiban manusia ialah mencermati, merenungi, dan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada disekitar kita. Kesimpulan hasil renungannya adalah betapa besar dan luasnya kekuasaan Allah.

Allah berfirman :

وَكَأَيِّنْ مِنْ آيَةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَمُرُّونَ عَلَيْهَا وَهُمْ عَنْهَا مُعْرِضُونَ وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ أَفَأَمِنُوا أَنْ تَأْتِيَهُمْ غَاشِيَةٌ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ أَوْ تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?”. (QS, Yusuf: 105-107)


3.       Telinga Yang Lalai

Majelis ilmu adalah sarana untuk menyampaikan ayat-ayat Allah, dengan sering mendatangi majelis ilmu, maka akan banyak ayat-ayat Allah yang didengar (sebagai pengetahuan). Pengetahuan yang didengar tentang ayat-ayat Allah akan menimbulkan sikap dan kepercayaan (iman) yang baik dan iman tersebut akan tertanam didalam hati. Iman yang baik akan menumbuhkan niat yang baik, dan niat yang baik akan menggerakan seseorang untuk berperilaku yang baik (amal shalih).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).

Saudaraku sesama muslim, dari uraian diatas jelaslah bahwa jika kita menggunakan hati, mata dan telinga dengan benar, maka hati menjadi tenang (tidak lalai), hati yang tenang akan menumbuhkan niat yang baik (syar’i), dan niat yang baik akan mendorong seseorang untuk berperilaku yang baik (amal shalih), sedangkan hati, mata dan telinga yang lalai akan mendorong seseorang untuk berbuat yang tidak baik, dan Allah akan memasukan orang yang lalai kedalam neraka jahanam.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَىٰ إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا

“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan”. (QS, Saba’: 37)


Semoga bermanfaat. Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar