PANDAI DI DUNIA BODOH DI AKHIRAT
Oleh:
Yan Karta Sakamira
7 Februari 2019
Saudaraku sesama muslim, pada eraglobal saat ini, mencari informasi merupakan
hal yang mudah, dan ini membuat masyarakat dunia semakin pandai dalam segala hal,
termasuk kesehatan. Dalam dunia kesehatan, pola pikir (mindset) masyarakat
dunia sudah semakin baik, mereka sudah mengenal prinsip, mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Sebagai contoh masyarakat sudah mengenal yang namanya kolesterol, suatu
lemak yang dibutuhkan tubuh, namun jika dikonsumsi secara berlebihan akan
menyebabkan penumpukan lemak dalam darah yang dapat menyumbat pembuluh darah. Pada
akhirnya, jantung dan otak akan kekurangan pasokan darah yang dapat menimbulkan
risiko serangan jantung dan stroke.
Daripada menderita penyakit jantung coroner yang menyebabkan mati
mendadak, atau penyakit stroke yang menyebabkan kelumpuhan total, lebih baik
mereka melakukan pencegahan, dengan cara disiplin diet (mengurangi makan)
makanan yang banyak mengandung kolesterol.
Makanan yang banyak mengandung kolesterol contohnya adalah daging
berlemak, kulit ayam, santan, kuning telur, mentega, keju, gorengan. Karena rasa
takutnya terdapat penyakit jantung coroner dan stroke, mereka dengan disiplin
diet makan tersebut diatas, hasilnya kadar kolesterol darahnya normal, dan
tetap sehat.
Kepandaian mereka mempunyai mindset yang luar biasa selama hidup di
dunia, ternyata menjadi bodoh saat bersentuhan dengan dunia akhirat. Di dunia
akhirat nanti juga ada sesuatu yang akan berdampak jelek, sesuatu itu namanya
maksiat, jika seseorang banyak melaksanakan maksiat selama didunia, maka
dampaknya akan menderita penyakit di akhirat yang namanya neraka, artinya selama
di akhirat nanti mereka akan menderita akibat hidup di neraka.
Mengapa penyakit stroke lebih menakutkan daripada hidup di neraka? Ini
suatu kebodohan, seharusnya hidup di neraka lebih menakutkan daripada penyakit
stroke.
Sekilas Tentang Neraka
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda,
نَارُكم هذِه ما يُوقدُ بنُو آدمَ
جُزْءٌ واحدٌ من سبعين جزءاً من نار جهنَّم
“Api yang dinyalakan oleh Ibnu Adam adalah satu bagian dari tujuh puluh
bagian dari panasnya api Jahannam” (HR. Bukhari no. 3265, Muslim no. 2834).
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُواْ لَا تَنفِرُواْ فِي ٱلۡحَرِّۗ
قُلۡ نَارُ جَهَنَّمَ أَشَدُّ حَرّٗاۚ لَّوۡ كَانُواْ يَفۡقَهُونَ
“Orang-orang munafik berkata, ‘Janganlah kamu berangkat (pergi
berperang) dalam panas terik ini.’ Katakanlah, ‘Api neraka Jahannam itu lebih
panas(nya),’ jikalau mereka mengetahui” (QS. At-Taubah: 81).
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَمَاأَدْرَاكَ مَاهِيَهْ
نَارٌحَامِيَةُ
“Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu ? (yaitu) api yang sangat
panas” (QS. Al-Qari’ah: 10-11).
Bahan bakar neraka adalah manusia yang durhaka serta batu-batu.
Allah Ta’ala berfirman,
ياٰأيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ
وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras lagi tidak mendurhakai Allah terhadap
apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6).
Minuman penduduk neraka adalah air yang mendidih dan nanah.
Allah Ta’ala berfirman,
لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا
شَرَابًا إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا
“ِMereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula
mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah” (QS. An Naba’: 24-25).
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَسُقُوا مَاء حَمِيمًا فَقَطَّعَ
أَمْعَاءهُمْ
“Mereka (penghuni neraka) diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong usus-usus mereka” (QS. Muhammad: 15).
Siksaan di Neraka yang paling ringan
Dari An Nu’man bin Basyir radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ
لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى
أنَّ أحداً أشدُّ منهُ عَذَاباً وإنَّهُ لأهْونُهمْ عذاباً
”Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah
seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali. Kemudian
otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang
tersebut merasa tidak ada orang lain yang siksanya lebih pedih dari siksaannya.
Padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka” (HR. Muslim no.
213).
Kalau kita takut hidup di neraka, mengapa kita tidak mencegahnya mulai
sekarang, bukannya mencegah lebih baik daripada mengobati. Apakah neraka ada
pencegahannya?. Jawabannya ada. Apa resep pencegahannya?. Diet maksiat.
Resep Diet Maksiat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).
Ayat diatas merupakan resep pencegahan terhadap maksiat. Jadi kalau
kita ingin terhindar dari maksiat, kerjakan shalat dengan baik dan benar. Jika saat
ini kita telah melalukan shalat tetapi juga masih melakukan maksiat, bisa jadi
shalat kita belum baik daqn benar.
Janji Allah pasti benar, jadi jika kita shalat tetapi masih maksiat,
hal ini menunjukan shalat kita belum baik dan benar, mungkin masih asal shalat.
Mari kita perbaiki shalat kita dengan belajar pada ahlinya, baik
masalah wudhunya, gerakannya, bacaannya, rukunya dan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia mengatakan,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِّي صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ فُلاَنًا يُصَلِّيْ بِاللَّيْلِ فَإِذَا
أَصْبَحَ سَرِقَ؟ فَقَالَ: “إِنَّهُ سَيَنْهَاهُ مَا يَقُوْلُ
“Ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Ia berkata, “Ada seseorang yang biasa shalat di malam hari namun di
pagi hari ia mencuri. Bagaimana seperti itu?” Beliau lantas berkata, “Shalat
tersebut akan mencegah apa yang ia katakan.” (HR. Ahmad 2: 447, sanadnya shahih
kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Hadist diatas, menunjukan bahwa seseorang yang banyak bermaksiat,
maksiatnya akan hilang dengan terus menerus melaksanakan shalat dengan baik dan
benar. Untuk memudahkan pemahaman hadist diatas, tubuh manusia ibarat tabung,
maksiat ibarat cat berwarna hitam, shalat ibarat cat berwarna putih, semuanya
bercampur menjadi satu dalam tabung, warna hitam akan hilang (menjadi putih) pada
saat konsentrasi warna putih lebih banyak daripada warna hitam.
Bagaimana dengan seseorang yang telah melakukan banyak maksiat, apakah
cukup hanya melaksanakan shalat yang baik dan benar? Jawabannya belum cukup,
karena banyaknya dosa yang telah dia lakukan selama bermaksiat, perlu
pemutihah, cara pemutihan dosa adalah taubat.
Resep Pemutihan Dosa.
Sebanyak apapun dosa kita, walaupun sebanyak buih di lautan, atau
sebanyak bumi dan langit, Allah tetap akan mengampuni-Nya, jika kita bertaubat.
Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ اللَّهُ يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ
مَا دَعَوْتَنِى وَرَجَوْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلاَ
أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
اسْتَغْفَرْتَنِى غَفَرْتُ لَكَ وَلاَ أُبَالِى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى
شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap
pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak
Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku
ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau
mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik
sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi
pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini ghorib.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ
اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Dalam ayat lain disebutkan,
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ
يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya?” (QS. At Taubah: 104).
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ
نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).
Ayat diatas menunjukan bahwa, selama kita mau bertaubat, Allah tetap akan
mengampuni segala dosa kita.
Jika kita pernah bertaubat, kemudian terjebak maksiat lagi, maka
lakukanlah taubat lagi, artinya selama nafas belum ada di kerongkongan,
biasakan untuk selalu bertaubat kepada Allah.
Dari Abu Huroiroh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza wa jalla,
أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى
ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ.
ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا
يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ
رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى
ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ
وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
“Ada seorang hamba yang berbuat dosa lalu dia mengatakan
‘Allahummagfirliy dzanbiy’ [Ya Allah, ampunilah dosaku]. Lalu Allah berfirman,
‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang
mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni
dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia
mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ [Wahai Rabb, ampunilah dosaku]. Lalu
Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia
memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka
Allah mengampuni dosanya), kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat
dosa, lalu dia mengatakan, ‘Ay robbi agfirli dzanbiy’ (Wahai Rabb, ampunilah
dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu dia
mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni dosa dan menghukumi setiap
perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau telah diampuni.”(HR. Muslim
no. 2758).
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar