PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Sabtu, 29 Januari 2011

KISI-KISI SOAL METODOLOGI PENELITIAN D3 KEBIDANAN 2011

Dr. Suparyanto, M.Kes

KISI-KISI SOAL METODOLOGI PENELITIAN D3 KEBIDANAN 2011

  1. Apa yang dimaksud dengan variabel?
  2. Apa perbedaan variabel dan atribut, beri contohnya?
  3. Apa perbedaan data nominal, ordinal, interval dan rasio?
  4. Beri contoh data dengan kategori skala nominal?
  5. Beri contoh data dengan kategori skala interval?
  6. Beri contoh data dengan skala ordinal?
  7. Apa yang dimaksud dengan data yang mempunyai angka nol mutlak, beri contoh?
  8. Apa syarat sesuatu dikatakan variabel?
  9. Beri contoh atribut tingkat pendidikan?
  10. Apa beda obyek dan subyek penelitian, beri contoh?
  11. Jika kita akan meneliti status gizi mahasiswa Akbid Darul Ulum Jombang, mana yang dimaksud obyek penelitian?
  12. Apa perbedaan variabel bebas dan variabel tergantung, beri contohnya?
  13. Sebutkan nama lain variabel bebas dan variabel tergantung?
  14. Apa yang dimaksud dengan variabel perantara?
  15. Sebutkan contoh variabel tergantung dari status kesehatan?
  16. Sebutkan contoh variabel tergantung dari partus?
  17. Sebutkan nama lain variabel tergantung?
  18. Apa perbedaan hubungan variabel simetris dan asimetris?
  19. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hubungan variabel timbal balik?
  20. Apa yang dimaksud dengan variabel penekan?
  21. Tujuan umum penelitian harus sinkron dengan apa?
  22. Tujuan khusus penelitian harus sinkron dengan apa?
  23. Penulisan tujuan penelitian, diawali dengan menggunakan kata apa?
  24. Perhatikan judul penelitian berikut: “Tingkat Pengetahuan Guru SMU X tentang Makanan Tinggi Kolesterol di Pondok Pesantren Y Jombang”, jelaskan judul diatas kekurangannya tidak ada unsur apa?
  25. Jika rumusan masalah penelitian adalah:”Bagaimana hubungan tingkat kecemasan ibu hamil dengan intensitas nyeri pada pasien post operatif di Puskemas X tahun 2006?”, bagaimana cara menulis tujuan khusus yang benar?
  26. Perhatikan rumusan masalah penelitian berikut:”Apakah para guru di SMU X Pesantren Y Jombang Tahun 2005, mengetahui (pengetahuan) tentang makanan tinggi kolesterol?”, maka penulisan tujuan khusus yang benar adalah?
  27. Apa yang dimaksud dengan kerangka teori?
  28. Sebutkan macam variable dari pendidikan?
  29. Apa yang dimaksud dengan kerangka konsep?
  30. Apa yang dimaksud dengan kerangka operasional?
  31. Apa yang dimaksud agregat?
  32. Apa perbedaan raw data dan array data?
  33. Apa bperbedaan data group dan ungroup?
  34. Apa perbedaan data kualitatif dan data kualitatif?
  35. Apa perbedaan data primer dan data suknder?
  36. Apa perbedaan populasi finit dan infinit?
  37. Beri contoh populasi finit?
  38. Apa perbedaan sample dan sampling?
  39. Jelaskan bagaimana cara melakukan simple random sampling?
  40. Apa perbedaan stratified random sampling dan cluster random sampling?
  41. Apa perbedaan desain penelitian deskriptif dan analitik?
  42. Apa perbedaan desain penelitian analitik dengan pendekatan corss sectional, cohort dan retrospektif?
  43. Jika kita meneliti pengaruh rokok terhadap kejadian kanker paru, dengan pendekatan analitik cohort, siapa responden yang digunakan sebagai kelompok studi?
  44. Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?
  45. Penelitian dengan populasi siswa kelas 1 SMA, setelah diberikan penyuluhan oleh peneliti, kemudian diukur pengetahuannya tanpa adanya kontrol, jelaskan apa nama desain penelitiannya?
  46. Jelaskan perbedaan antara Quasy experimen dan True experiment?
  47. Apa perbedaan mengukur, menghitung dan mengawasi, beri contoh?
  48. Apa yang dimaksud dengan instrument penelitian?
  49. Apa saja yang termasuk data umum responden yang ditanyakan dalam kuesioner?
  50. Beri contoh kuesioner dengan bahasa yang sulit dimengerti?

Kamis, 27 Januari 2011

KONSEP DASAR DIET GIZI SEIMBANG

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR DIET GIZI SEIMBANG

PENGERTIAN DIET
  • Diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau organisme tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu (Wariyono, 2010).

GIZI SEIMBANG
  • Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya). Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995 telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
  • Tujuan PUGS merupakan alat untuk memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas, dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang.
  • Pedoman disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai menampakkan diri di Indonesia (Almatsier, 2007).
  • PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi atau tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur.
  • Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun (Almatsier, 2007).
  • Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urutan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi atau tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit dimakan tiap harinya.

KRITERIA GIZI SEIMBANG
  • a Makanan beraneka ragam dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dapat dilengkapi oleh gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Demikian juga bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi.
  • b Bahan makanan sumber zat tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mi yang mengandung karbohidrat, serta minyak, margarine, dan santan yang mengandung lemak.
  • c Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju.
  • d Zat pembangun berperanan sangat penting untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang.
  • e Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi-fungsi organ tubuh.
  • f Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, lemak. Kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badannya yang normal. Untuk mengetahui berat badan normal, seseorang dapat menggunakan digunakan indeks massa tubuh (IMT). Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan.
  • g Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, terdapat dua kelompok karbohidrat yaitu:
  1. Karbohidrat kompleks: Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang) dan bahan makanan lain yang mengandung banyak karbohidrat (sagu, pisang).
  2. Karbohidrat sederhana: Golongan karbohidrat sederhana yang tidak mengandung zat gizi lain, yang sifatnya hanya mengenyangkan dan cenderung dikonsumsi berlebihan. Konsumsi gula dapat menyebabkan kegemukan, karies gigi atau keropos. Oleh karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi. Seyogyanya sekitar 50-60% kebutuhan energi diperlukan oleh karbohidrat kompleks, atau setara dengan 3-4 piring nasi.
  • h Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi. Seyogyanya menggunakan lemak dan minyak nabati, misalnya minyak kelapa, minyak jagung, minyak kacang atau nabati yang lain.
  • i Gunakan garam beryodium Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada balita, penyakit gondok, endemik dan kretin.
  • j Makanlah makan sumber zat besi Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi.
  • k Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ASI saja tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu setelah 6 bulan bayi mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan berat badan dan perkembangan kecerdasannya.
  • l Biasakan makan pagi Makanan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi membantu seseorang untuk mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga sumber zat pembangun dan zat pengatur.
  • m Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya Air minum harus bersih and bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus terlebih dahulu dididihkan. Sedangkan air minum dalam kemasan yang banyak beredar di pasaran, juga harus terlebih dulu diproses oleh pabrik sesuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syaratsyarat kesehatan. Cairan yang dikonsumsi seseorang terutama air minum, sekurangkurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung dengan lancar dan seimbang. Dengan mengkonsumsi cukup cairan, seseorang dapat terhindar dari menderita dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, serta dapat menurunkan risiko menderita penyakit batu ginjal.
  • n Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur Kegiatan fisik dan olah secara teratur dan cukup takarannya, dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal bagi yang bersangkutan.
  • o Hindari minuman beralkohol. Minum-minuman beralkohol dapat menyebabkan ketagihan, mabuk dan tidak mampu mengendalikan diri. Kehilangan kendali diri sering menjadi pencetus tindak kriminal. Selain itu minum-minuman beralkohol secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit gawat, misalnya penyakit hati.
  • p Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makan makanan tidak aman dapat menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain menderita keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian.
  • q Bacalah label pada makanan yang dikemas. Peraturan perundangan-undangan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label makanan kemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunkannya. Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan mengenai kadaluwarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan, yang terkandung dalam makanan kemas tersebut memberikan informasi kepada konsumen untuk menilai halal atau tidaknya bahan makanan tersebut.

DIET GIZI SEIMBANG
  • Diet gizi seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil yang terdiri dari menu yang beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proprosi yang sesuai (Wariyono, 2010).
  • Cara memilih bahan makanan sesuai dengan jumlah yang dianjurkan
a. Bahan makanan pokok
  • Dalam menyusun komposisi makanan diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai gizi bahan makanan dalam tiap golongan tidak sama. Di antara makanan pokok, jenis padi-padian seperti beras, jagung, dan gandum mempunyai kadar protein lebih tinggi (7-11%) dari pada umbi-umbian sebagai makanan pokok, harus disertai makanan lauk dalam jumlah lebih besar daripada bila menggunakan padi-padian sebagai sumber karbohidrat.
b. Golongan lauk
  • Lauk sebaiknya terdiri atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi dari pada lauk nabati. Daging merah, hati limpa, kuning telur, dan ginjal merupakan sumber zat besi yang mudah di absorpsi. Ikan terutama bila dimakan dengan tulangnya (ikan teri), disamping itu merupakan sumber kalsium. Ikan dan telur lebih murah daripada daging dan ayam. Secara keseluruhan lauk hewani merupakan sumber protein, fosfor, tiamin, niasin, vitamin B6, B12, zat besi, seng, magnesium dan selenium. Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya, Walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial metionim, merupakan sumber protein yang baik. Kekurangan metionin dapat diisi oleh bahan makanan lain yang kaya akan metionin seperti beras dan sereal lain.
c. Golongan sayuran
  • Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium, kalium dan serat, serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak provitamin A berupa beta karoten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran berwarna disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat dan vitamin C. Sayuran tidak berwarna seperti labu asam, ketimun, nangka dan rebung tidak banyak mengandung zat besi. Memakannya hanya untuk kenikmatan, dianjurkan sayuran yang dimakan tiap hari terdiri dari campuran sayuran daun, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna jingga.
d. Golongan buah
  • Buah berwarna kuning seperti mangga, papaya, dan pisang kaya akan provitamin A, sedangkan buah kecut seperti jeruk, gandaria, jambu biji, dan rambutan kaya akan vitamin C, karena umumnya buah dimakan dalam bentuk mentah, buah-buahan merupakan sumber vitamin C. secara keseluruhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat. Buah tidak mengandung natrium, lemak (kecuali apokat), dan kolesterol.
e. Susu dan hasil olahan susu
  • Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna, sebagian besar zat gizi esensial ada dalam kandungan susu yaitu protein bernilai biologi tinggi, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin (vitamin B1). Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang tinggi, laktosa di dalam susu membantu absorpsi susu di dalam saluran cerna.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Almatsier, 2007, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
  2. Arali, 2008, Buku Ajar Gizi, Jakarta, EGC
  3. Arikunto Suharsimi, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta.
  4. Arisman, 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EKG
  5. Azwar Saifudin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Jogyakarta, Pustaka Pelajar
  6. Bhuono, 2005, Analisis Statistik Bisnis Dengan SPSS, Yogyakarta, Andi Offset.
  7. Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas), Jakarta, Departemen Kesehatan
  8. Dian, 2009, Diet Ibu Hamil Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan, www///garuda.com. akses 15 Juni 2010, Jam 14.35 WIB.
  9. Dinkes Jawa Timur, 2009, Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, Jakarta.
  10. Elizabeth, 2008, Buku Pintar Kesehatan Kehamilan, Jakarta, Ladang Pustaka.
  11. Hidayat Sedarmayanti, 2007, Metode Penelitian, Bandung, Mandar Maju.
  12. Irmayanti, 2007, Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, Yogyakarta, Khasanah Ilmu-ilmu Terapan.
  13. LB Gizi Dinas Kesehatan Jombang, Pebruari 2010.
  14. Machfoedz dkk, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda Karya.
  15. Mansjoer Arif, 2006, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta, Aesculapius.
  16. Nazir Moh, 2009, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
  17. Notoatmodjo, 2005, Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta, Seagung Seto.
  18. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skriopsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Surabaya, PT Salemba Medika
  19. Pudjiadi, 2007, Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
  20. Riduwan Muhammad, 2008, Penyusunan Tesiss dan Skripsi, Bandung, Alfabeta.
  21. Sarwono, 2007, Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, YBP-SP.
  22. Sugiyono, 2006, Paramterik dan Non Parametrik, Bandung, Alfabeta.
  23. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bisnis, Bandung, Alfabeta.
  24. Sobur Alex, 2007, Pengantar Psikologi Umum, Bandung, Alfabeta.
  25. Supariasa IGD Nyoman, 2007, Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran, EGC.
  26. Toruan, 2010, Panduan Kehamilan dan Merawat Bayi, Jakarta, Victory.
  27. Wariyono, 2010, Gizi Dalam Reproduksi, Yogyakarta, Pustaka Rihama
  28. Zulhaida, 2010, Nutrisi (Gizi) Ibu Ham

KONSEP DASAR BERAT BADAN IDEAL IBU HAMIL

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR BERAT BADAN IDEAL IBU HAMIL

PENGERTIAN BERAT BADAN IDEAL IBU HAMIL
  • Berat badan ideal ialah berat badan tubuh yang memiliki proporsi seimbang dengan tinggi badan. Tubuh ideal secara fisik dapat terlihat dan ternilai dari penampilan luar (Supariasa, 2007).

BERAT BADAN IDEAL IBU HAMIL
  • Menurut Pudjiadi (2007) seorang ibu yang sedang mengandung mengalami kenaikan berat badan sebanyak 10 – 12 kg. Pada trimester pertama kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, pada trimester kedua kurang lebih 3 kg, sedang pada trimester ketiga kira-kira 6 kg. Pada trimester kedua kira-kira 50 %, dan pada trimester ketiga kira-kira 90 % daripada kenaikan itu merupakan kenaikan komponen janin, seperti pertumbuhan janin, placenta, dan bertambahnya cairan amnion.
  • Elizabeth (2008) menyatakan bahwa, kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11 kg – 12,5 kg atau 20 % dari berat badan sebelum hamil, penambahan berat badan sekitar 0,5 kg pada trimester pertama dan 0,5 kg setiap minggu pada trimester berikutnya.
  • Depkes RI (2006) menganjurkan kenaikan normal bagi ibu hamil sebesar 7-12 kg. Bertambahnya berat karena hasil konsepsi yaitu janin, plasenta, dan cairan omnii. Selain itu alat-alat reproduksi ibu seperti rahim dan payudara membesar, volume darah bertambah selain lemak tubuh yang meningkat.
  • Berat badan ideal ibu hamil yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat, rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut:
  • BBIH = BBI + (UHx0,35)
  • BBIH : Berat badan ideal ibu hamil (BBI=TB-110 jika TB> 160 cm dan
  • BBI=TB-105 jika TB<160 cm)
  • UH : Usia Kehamilan dalam minggu
  • 0.35 : tambahan berat badan kg per minggunya (0,35) (Arisman, 2007)
  • Penambahan berat badan ini sangat besar karena berat badan ibu sebelumnya sudah sangat kurang dan ini sudah harus di intervensi (berat badan ideal) sejak pertama kali diketahui hamil atau pada trismester pertama kehamilan sampai benar-benar mencapai berat badan ideal sebelum hamil, apabila sudah masuk pada trismester ke dua kehamilan, perhatian pada penambahan berat badan ideal sebelum hamil sudah tidak akan berpengaruh, karena tubuh justru akan mengfasilitasi keberadaan janin, dengan persediaan berat badan yang kurang, tubuh ibu tidak akan mampu mengfasilitasi keberadaan janin. Disinilah sering terjadi keguguran, jika tidak terjadi keguguran dan kehamilan terus berlangsung faktor-faktor resiko kesakitan, kecacatan dan kematian ibu dan janinnya masih sering ditemukan (Arali, 2008).

  • Tabel 2.1 Penambahan Berat Badan Ibu Hamil
  • Nilai IMT Berat Badan (kg)
  • Penambahan Berat Badan
  • TM I (kg) TM II (kg) TM III (kg)
  • Rendah (19.8) 12.5-18 2.3 0.49 0.40
  • Normal (19.9-26.0) 11.5-16 1.6 0.44 0.50
  • Tinggi (26.1-29.0) 7-11.5 0.9 0.3 0.35
  • Obesitas 6
  • Sumber: Arisman, 2007
  • Keterangan:
  • TM I : dalam bulan
  • TM II : dalam minggu
  • TM III: dalam minggu
  • Penilaian IMT menggunakan rumus:
  • TB2
  • IMT = BB
  • Keterangan:
  • BB: berat badan (kg)
  • TB: tinggi badan (m)
  • Penambahan berat badan pada ibu hamil menurut ahli kesehatan kenaikan optimal berat badan wanita hamil adalah 11-16 kg (25 lb–35 lb) dengan berat dan tinggi badan rata-rata. Berat badan normal sebelum hamil terbilang rendah, atau ibu hamil berusia 19 tahun kebawah, maka berat badan perlu dinaikkan lagi, dan ibu hamil yang mengandung bayi kembar maka kenaikan berat badan akan lebih besar lagi.
  • Penambahan berat badan sebelum hamil termasuk besar, kenaikan berat badan tidak perlu terlalu banyak, upayakan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi, dan hindari berpantang makanan atau diet karena setiap kalori sangat berarti bagi pertumbuhan janin.

LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)
  • Antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi yaitu LILA (Lingkar Lengan Atas) pengukuran LILA adalah salah satu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS).
  • Tujuan pengukuran LILA mencakup masalah WUS baik ibu hamil maupun calon ibu, masyarakat umum dan peran petugas lintas sektoral.
  • Adapun tujuan tersebut adalah :
  1. Mengetahui resiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menepis wanita yang mempunyai resiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
  2. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.
  3. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak
  4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK
  5. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK. Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm, apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian pita LILA artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Supariasa, 2007).

MENJAGA BERAT BADAN IDEAL IBU HAMIL
  • Berat badan ibu hamil harus tetap dijaga, untuk itu menjaga berat badan ibu selama kehamilan (Arisman, 2007) sebagai berikut:
a. Timbang berat badan setiap minggu
  • Setelah memasuki masa stabil, yaitu setelah hilangnya ngidam (setelah memasuki minggu ke 16), usahakan untuk menimbang berat badan secara teratur minimal satu minggu sekali. Jangan lupa catat berat badan setiap kali habis menimbang. Dengan mengetahui kecenderungan pertambahan berat badan yang kurang normal secara dini, akan mempermudah memulai tindakan pengontrolan. Selain itu ini akan sangat berguna kelak setelah persalinan untuk segera mengembalikan berat badan ke semula. Sebagai patokan umum, usahakan pertambahan berat tidak lebih dari 300 gr setiap minggu.
  • Terutama setelah memasuki minggu ke 20 pertambahan berat cenderung konstan setiap minggunya. Karena itu bila terjadi pertambahan yang lebih dari 500 gr sudah bisa dipastikan tidak normal. Untuk itu segera pelajari kembali pola makan atau kebiasaan yang mungkin bisa menyebabkan hal ini.
b. Jaga pola makan yang teratur dan seimbang
  • Terutama setelah memasuki masa stabil, ada kecenderungan nafsu makan bertambah secara tiba-tiba. Sehingga diperlukan usaha ekstra untuk mengkontrol diri. Jangan biarkan diri terbiasa memakan camilan terus menerus. Serta perhatikan pola makan yang teratur, yaitu makan 3 kali sehari secara teratur di waktu yang sama setiap harinya. Juga perhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, apakah cukup bervariasi dan tidak terlalu banyak jenis-jenis tertentu. Kalau perlu buat menu untuk satu minggu.
c. Makan dengan tenang dan dikunyah dengan baik
  • Akibat nafsu makan yang besar ada kecenderungan makan dengan cepat dan tanpa dikunyah dengan baik. Ini mengakibatkan naiknya kadar gula darah, sehingga memperlambat pengiriman sinyal kenyang.
  • Akibatnya, rasa kenyang datang terlambat dan terlanjur makan berlebih. Lebih lanjut rasa puas setelah makan tidak diperoleh.
d. Hindari makanan sejak 3 jam sebelum tidur
  • Makanan yang dikonsumsi beberapa saat sebelum tidur akan diserap dan disimpan di lemak bagian bawah kulit, sehingga menyebabkan kegemukan.
e. Kurangi konsumsi gula, lemak dan garam
  • Penyebab utama berat badan berlebihan selama kehamilan adalah akibat konsumsi kalori berlebihan. Untuk itu aneka makanan yang berlemak atau manis-manis sebaiknya dikurangi. Juga perlu diperhatikan konsumsi garam, karena ini mendorong konsumsi nasi serta penyebab utama pembengkakan.
f. Catat makanan yang dikonsumsi setiap hari
  • Kontrol berat badan dimulai dari pengetahuan akan apa dan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari. Dengan memiliki catatan kecil akan makanan yang dikonsumsi minggu terakhir misalnya akan mempermudah anda untuk mengetahui penyebab berat yang tidak normal.
g. Penyebab utama kegemukan
  • Aneka camilan maupun makanan luar umumnya mengandung kalori tinggi, gizi tidak berimbang dan kandungan garamnya tinggi. Semua ini merupakan hal-hal utama yang perlu dikurangi selama masa kehamilan. Tentu saja bukan berarti harus dihindari secara total, namun perlu dengan dikombinasikan dengan makanan di rumah agar diperoleh gizi yang seimbang.
h. Gerakkan badan meski terasa berat
  • Lakukan pekerjaan rumah yang memungkinkan seperti biasa, seperti menyapu, mencuci piring dan sebagainya. Juga baik melakukan jalanjalan.
  • Meski badan terasa berat dengan semakin besarnya perut, bukan berarti hanya berbaring atau duduk-duduk saja. Selama tidak ada larangan dari dokter, lakukan gerakan dan kegiatan seperti biasa meski tetap dengan penuh kehati-hatian. Selain mencegah kegemukan, ini juga menyegarkan badan serta baik untuk berganti suasana.
i Hilangkan anggapan harus makan untuk 2 orang
  • Meski hamil dan mengandung bayi, bukan berarti harus makan jatah 2 orang. Ini malah cenderung potensial menyebabkan kegemukan, dan malah bisa menyulitkan proses persalinan. Lebih dari jumlah makanan, yang perlu diperhatikan adalah mutu makanan, terutama usahakan konsumsi makanan dengan kandungan protein, zat besi dan kalsium yang tinggi.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN IBU HAMIL
  • Faktor yang mempengaruhi berat badan pada ibu hamil antara lain: pengetahuan tentang gizi, faktor sosial, kepadatan penduduk, dan kemiskinan (Arisman, 2010).
  1. Status ekonomi, terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan, status ekonomi berguna untuk memastikan kemampuan ibu membeli dan memilih bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
  2. Usia: Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat-zat gizi yang akan diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Almatsier, 2007, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
  2. Arali, 2008, Buku Ajar Gizi, Jakarta, EGC
  3. Arikunto Suharsimi, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta.
  4. Arisman, 2007, Gizi Dalam Daur Kehidupan, Jakarta, EKG
  5. Azwar Saifudin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Jogyakarta, Pustaka Pelajar
  6. Bhuono, 2005, Analisis Statistik Bisnis Dengan SPSS, Yogyakarta, Andi Offset.
  7. Depkes RI, 2006, Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan Untuk Petugas), Jakarta, Departemen Kesehatan
  8. Dian, 2009, Diet Ibu Hamil Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan, www///garuda.com. akses 15 Juni 2010, Jam 14.35 WIB.
  9. Dinkes Jawa Timur, 2009, Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009, Jakarta.
  10. Elizabeth, 2008, Buku Pintar Kesehatan Kehamilan, Jakarta, Ladang Pustaka.
  11. Hidayat Sedarmayanti, 2007, Metode Penelitian, Bandung, Mandar Maju.
  12. Irmayanti, 2007, Kebutuhan Gizi Ibu Hamil, Yogyakarta, Khasanah Ilmu-ilmu Terapan.
  13. LB Gizi Dinas Kesehatan Jombang, Pebruari 2010.
  14. Machfoedz dkk, 2007, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Rosda Karya.
  15. Mansjoer Arif, 2006, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta, Aesculapius.
  16. Nazir Moh, 2009, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia.
  17. Notoatmodjo, 2005, Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta,Seagung Seto.
  18. Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Surabaya, PT Salemba Medika
  19. Pudjiadi, 2007, Ilmu Gizi Klinis pada Anak, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
  20. Riduwan Muhammad, 2008, Penyusunan Tesiss dan Skripsi, Bandung, Alfabeta.
  21. Sarwono, 2007, Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta,YBP-SP.
  22. Sugiyono, 2006, Paramterik dan Non Parametrik, Bandung, Alfabeta.

Rabu, 26 Januari 2011

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Dr. Suparyanto, M.Kes

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

PENGERTIAN
  • Desa Siaga adalah Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah2 kesehatan, secara mandiri.

TUJUAN :
  • Terwujudnya masyarakat sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan

SASARAN :
  1. Semua Individu dan keluarga di desa setempat
  2. Pihak2 yang mempunyai pengaruh (toma, toga, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan)
  3. Pihak2 yang diharapkan memberi dukungan kebijakan,peraturan perundang-undangan,dana,tenaga,sarana.(kepala desa, Camat,pejabat terkait,swasta para donatur dan pemangku kepentingan lainnya)

KRITERIA :
  • Desa telah menjadi desa siaga bila memiliki Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

PENGERTIAN POSKESDES
  • Poskesdes adalah UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masy desa.
  • Pelayanannya meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (perawat/ bidan)dibantu kader

KEGIATAN POSKESDES
  1. Pengamatan epidemologis sederhana
  2. Penanggulangan penyakit menular, dan penyakit KLB
  3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan
  4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya
  5. Kegiatan lain : promosi kesehatan untuk Kadarzi, PHBS, penyehatan lingkungan dll.

SUMBERDAYA POSKESDES
  1. Tenaga kesehatan (minimal bidan, idealnya: perawat, bidan dan petugas gizi))
  2. 2 (dua) orang kader/bagas

PEMBANGUNAN SARANA FISIK POSKESDES :
  1. Mengembangkan Polindes
  2. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu Balai RW, Balai Desa dll.
  3. Membangun baru dengan pendanaan dari pemerintah (Pusat dan daerah), donatur, dunia usaha atau swadaya masyarakat

ADA BANGUNAN FISIK POSKESDES DAN MENETAP
  1. Mudah koordinasi dengan bagas/ kader
  2. Memudahkan akses masyarakat
  3. Kegiatan lebih terencana dan terarah.
  4. Polindes dan Poskesdes terdapat dalam satu tempat dengan fungsinya masing2

TIDAK ADA BANGUNAN FISIK POSKESDES DAN TIDAK MENETAP
  1. Sulit koordinasi dengan bagas/ kader
  2. Menyulitkan akses Masyarakat
  3. Kegiatan tidak terencana dan tdk terarah.
  4. Polindes tetap ada, Poskesdes sulit berjalan (beban ganda untuk bidan)

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN DESA SIAGA

PERSIAPAN
PUSAT:
  1. Penyusunan pedoman
  2. Pembuatan modul pelatihan
  3. Penyelenggaraan pelatihan bagi pelatih (TOT)

PROVINSI:
  1. Penyelenggaraan TOT (tenaga kab/kota)

KABUPATEN/KOTA:
  1. Penyelenggaraan pelatihan nakes
  2. Penyelenggaraan pelatihan kader

PELAKSANAAN
PUSAT:
  1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain

PROVINSI:
  1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain

KABUPATEN/KOTA:
  1. Penyediaan dana dan dukungan sumber daya lain
  2. Penyiapan PKM & RS dlm rangka penanggulangan bencana & kegawatdaruratan kesehatan

KECAMATAN:
  1. Pengembangan dan Pembinaan desa siaga


PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PUSAT:
  1. Memantau kemajuan dan mengevaluasi keberhasilan pengembangan desa siaga

PROVINSI:
  1. Memantau kemajuan pengembangan desa siaga
  2. Melaporkan hasil pemantauan ke pusat

KABUPATEN/KOTA:
  1. Memantau kemajuan pengembangan desa siaga
  2. Melaporkan hasil pemantauan ke provinsi

KECAMATAN
  1. Melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
  2. Melaporkan perkembangan ke Kab/Kota

PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA

Langkah2 pokok yang perlu ditempuh :
  1. Pengembangan Tim Petugas
  2. Pengembangan Tim di Masyarakat
  3. Survei mawas Diri (SMD)
  4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

PELAKSANAAN KEGIATAN
  1. Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
  2. Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga
  3. Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain
  4. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga

PEMBINAAN DAN PENINGKATAN
  1. Pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program2 pembangunan yang bersasaran desa
  2. Pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop-out.(dibantu memperoleh pendapatan tambahan, misalnya pemberian gaji insentif atau difasilitasi untuk berwirausaha).

PERAN JAJARAN KESEHATAN DAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT

Puskesmas:
  1. Yankesdas & PONED
  2. Mengembangkan komitmen & Kerjasama TimTk. Kec. dan desa
  3. Memfasilitasi pengembangan Desi & Poskesdes
  4. Monev dan Pembinaan desi

Rumah Sakit:
  1. Menyelenggarakan pelayanan rujukan & PONEK
  2. Melaksanakan bimbingan teknis medis
  3. Menyelenggarakan Promosi Kesehatan dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangn kedaruratan dan bencana

Dinas Kesehatan Kab/Kota:
  1. Mengembangkan komitmen & kerjasama tim di Tk. Kab/Kota
  2. Merevitalisasi PKM
  3. Merevitalisasi RS
  4. Merekrut / Menyediakan calon fasilitator
  5. Menyelenggarakan pelat bagi petugas kesehatan & kader
  6. Melakukan advokasi ke berbagai pihak
  7. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain

Dinas Kesehatan Provinsi
  1. Mengembangkan komitmen & kerjasama tim di tingkat. Provinsi
  2. Membantu Dinkes Kab/kota melalui pelatihan2 manajemen, teknis, dll.
  3. Membantu Dinkes Kab/kota mengembangkan kemampuan PKM dan RS di bidang konseling
  4. Menyelenggarakan pelatihan fasilitator
  5. Melakukan advokasi ke berbagai pihak tingkat. Provinsi
  6. Bersama Dinkes Kab/Kota melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap desi.
  7. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desi
  8. Kementrian Kesehatan
  9. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan desi,mensosialisasikan & mengadvokasi
  10. Memfasilitasi Dinkes, PKM, RS serta Posy dan UKBM lainnya.
  11. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan desi
  12. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan dan spenaggulkangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
  13. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT)
  14. Menyediakan dan dan dukungan sumber daya lain
  15. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

Peran Pemangku Kepentingan Terkait

Pejabat Pemerintah Daerah
  1. Memberi dukungan kebijakan, sarana dan dana
  2. Mengkoordinasikan penggerakan masy untuk pelayanan Poskesdes/PKM/pustu/UKBM lain
  3. Mengkoordinasikan penggerakan masy untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan desi & UKBM yang ada
  4. Melakukan Pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desi sec ara teratur dan lestari

Tim Penggerak PKK
  1. Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UKBM di Desi (posyandu,dll)
  2. Menggerakkan masy utk mengelola, menyelenggarakan dan memanfaatkan UKBM yang ada.
  3. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadarzi dan PHBS

Tokoh Masyarakat
  1. Menggali sumber daya utk kelangsungan penyelenggaraan desi
  2. Menaungi dan membina kegiatan desi
  3. Menggerakkan masy utk berperan aktif

Organisasi Kemasyarakatan/LSM/Dunia Usaha/Swasta
  1. Berperan aktif dalam penyelenggaraan desi
  2. Memberikan dukungan sarana dan dana utk pengembangan dan penyelenggaraan desi

INDIKATOR KEBERHASILAN

INPUT:
  1. Ada Tidaknya Forum Desa
  2. Ada Tidaknya Poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya
  3. Ada tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
  4. Ada tidaknya nakes (minimal bidan)

PROSES:
  1. Frekuensi Pertemuan forum desa
  2. Berfungsi tidaknya poskesdes
  3. Berfungsi tidaknya UKBM yang ada
  4. Berfungsi tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan bencana

OUTPUT:
  1. Cakupan yankesdas Poskesdes
  2. Cakupan pelayanan UKBM lainnya
  3. Jumlah kasus Kegawatdaruratan dan KLB
  4. Cakupan RT yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS

OUTCOME:
  1. Jumlah Penduduk yang sakit
  2. Jumlah Penduduk yang menderita gangguan Jiwa
  3. Jumlah Ibu melahirkan yang meninggal
  4. Jumlah bayi dan balita yang meninggal
  5. Jumlah balita Gizi buruk

Sabtu, 22 Januari 2011

KISI-KISI SOAL KMB 5 D3 KEBIDANAN 2011

Dr. Suparyanto, M.Kes

KISI-KISI SOAL KMB 5 D3 KEBIDANAN 2011

  1. Apa yang dimaksud dengan Epidemiologi?
  2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyakit yang dinamakan “Black Death” dan itu terjadi di benua mana?
  3. Jelaskan perbedaan Epidemiologi Deskriptif dan epidemiologi Analitik?
  4. Jelaskan cara menyelesaikan masalah kesehatan menurut prinsip epidemiologi?
  5. Bagaimana cara merencanakan kebutuhan obat, pada saat kita mau membuka praktek kebidanan?
  6. Bagaimana cara menggambarkan besarnya masalah kesehatan pada epidemiologi deskriptif?
  7. Apa saja macam variabel epidemilogi dan berikan contohnya?
  8. Jelaskan cara membuat judul tabel yang benar?
  9. Apa beda tabel distribusi dan tabel silang, termasuk badan tabelnya?
  10. Jelaskan bagaimana cara menghitung prosentase pada tabel silang raw, colum dan total?
  11. Jelaskan perbedaab KLB dan Wabah?
  12. Sebutkan macam kriteria wabah dan beri contoh?
  13. Perhatikan data kasus Campak per bulan sebagai berikut: Januari: 15 kasus, Februari 18 kasus, Maret 7 kasus, April 11 kasus, dan Mei 12 kasus. Maka kejadian KLB Campak terjadi pada bulan apa?
  14. Jelaskan berbedaan toksin biologis dan toksin kimia, beri contohnya?
  15. Sebutkan tanda dan gejala penyakit: kolera, DB, hepatitis, pes dan campak
  16. Apa perbedaan screening massa dan screening spesifik dan beri contohnya?
  17. Apa yang dimaksud dengan validitas, screening, dan reliabilitas?
  18. Apa beda sensitivitas dan spesifisitas?
  19. Apa saja yang mempengaruhi reliabilitas dan jelaskan cara mengatasinya?
  20. Apa perbedaan antara screening seri dan screening paralel, beri contohnya?

Minggu, 16 Januari 2011

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG NAPZA PADA SISWA KELAS XI DI SMA PGRI 1 JOMBANG KABUPATEN JOMBANG 2010.

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG NAPZA PADA SISWA KELAS XI DI SMA PGRI 1 JOMBANG KABUPATEN JOMBANG 2010.

Peneliti: Vani Bagus Setiana
Pembimbing 1 : dr. Suparyanto, M.Kes,
Pembimbing 2 : Shanti Rosmaharani, S.Kep.Ns.

Penggunaan NAPZA sekarang ini banyak dilakukan oleh remaja. Dari data yang diperoleh didapat peningkatan kasus penggunaan NAPZA di Indonesia sebesar 29 %. Kabupaten Jombang didapat 44 kasus pada tahun 2009. Salah satu yang mempengaruhi remaja menggunakan NAPZA adalah pola asuh orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang NAPZA pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang.

Desain penelitian ini adalah analitik Korelasi dengan pendekatan Cross Sectional, sampel sebagian siswa kelas XI SMA PGRI 1 Jombang sebanyak 195 responden, dengan teknik simple random sampling, dan uji statistik dengan Spearman rank.

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data didapatkan 59,0% responden mempunyai sikap positif, 56,9% orang tua responden mempunyai pola asuh positif, dan 41,1% responden mempunyai sikap dan pola asuh orang tua yang positif. Setelah dilakukan uji statistik dengan spearman rank dengan menggunakan SPSS didapatkan bahwa (0,00) lebih kecil dari (0,05), maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang NAPZA pada siswa kelas XI di SMA PGRI 1 Jombang.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pola asuh orang tua dan sikap remaja tentang NAPZA di SMA PGRI 1 Jombang sebagian besar adalah positif dan ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang NAPZA di SMA PGRI 1 Jombang. Disarankan bagi institusi pendidikan untuk memberikan informasi tentang NAPZA pada remaja dengan cara memasukkannya kedalam sistem pembelajaran. Orang tua hendaknya memberikan pola asuh yang demokratis pada anak sehingga anak dapat mengerti hal positif dan negatif tentang NAPZA. Dengan diberikan informasi dan pola asuh yang tepat diharapkan angka penyalahgunaan NAPZA pada kalangan remaja bisa ditekan dan bahkan bisa dihilangkan.

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Remaja, Sikap, NAPZA

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL IMUNISASI DASAR LENGKAP DI DESA MADE KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU IBU DENGAN KETEPATAN JADWAL IMUNISASI DASAR LENGKAP DI DESA MADE KECAMATAN KUDU KABUPATEN JOMBANG

Multi Sari Diyanto
Dr. Suparyanto, M.Kes
Dr. Heri Wibowo, M. Kes
Miftakul Huda, SKM

Indonesia masih mengalami banyak masalah kesehatan yang cukup serius terutama dalam bidang kesehatan ibu dan anak. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2003 Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) 46 per 1000 kelahiran hidup. Di Kecamatan Kudu tahun 2009 sebesar cakupan Imunisasi Dasar Lengkap sebesar 1 (9,1%) dari 11 Desa yang ada dan yang paling rendah di Desa Made. Faktor yang mempengaruhi ketepatan jadwal imunisasi dasar lengkap yaitu perilaku ibu yang mencangkup pengetauan ibu, sikap ibu, dan psikomotor ibu. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara perilaku ibu dengan ketepatan jadwal imunisasi dasar lengkap di Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang.

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. Pada penelitian ini populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 12 bulan di Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang sebanyak 120 orang dengan Jumlah sampel 30 orang, teknik sampling yang digunakan Simpel Random Sampling. Dengan menggunakan desain penelitian Analitik-cross sectional, untuk mengumpulkan data menggunakan instrumen yaitu kuesioner dan observasi register imunisasi, Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah chi square. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku ibu dengan ketepatan jadwal imunisasi dilakukan uji statistik chi square dengan tingkat signifikan 0,05 menggunakan SPSS 16 for windows untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara dua variabel yaitu variabel independent (perilaku ibu dalam mendapatkan imunisasi dasar lengkap) dan variabel dependent (ketepatan jadwal imunisasi) yang berskala nominal dan nominal. Jika < 0,05 maka Ho (Hipotesa Nol) ditolak, artinya ada hubungan antara perilaku ibu dengan ketepatan jadwal imunisasi Dasar Lengkap

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang 21 Agustus 2010 didapatkan bahwa: lebih dari 50% responden berperilaku negatif sejumlah 17 orang, lebih dari setengahnya responden tidak tepat dalam pelaksanaan jadwal imunisasi sejumlah 16 orang, dari 17 responden yang memiliki perilaku negatif dan 15 diantaranya tidak tepat dalam melakukan jadwal imunisasi. Berdasarkan hasil penelitian di Desa Made Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang 21 Agustus 2010 dapat disimpilkan bahwa: Perilaku ibu dalam memberikan imunisasi adalah negatif, ketepatan jadwal imunisasi bayi adalah tidak tepat, didapatkan bahwa ada Hubungan kuat antra Perilaku ibu dengan ketepatan jadwal imunisasi dasar lengkap. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu sehingga mahasiswa dapat memberikan penyuluhan kepada ibu yang memiliki balita agar pengetahuan ibu bertambah, Untuk meningkatkan ketepatan jadwal imunisasi maka diharapkan tenaga kesehatan memberikan konseling kepada ibu tentang pentingnya imunisasi pada balita


Kata kunci : Perilaku, Ketepatan jadwal imunisasi

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DENGAN KESIAPAN REMAJA PUTRI MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS 4 – 6 ( DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH 05 MOJOAGUNG KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG )

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU DENGAN KESIAPAN REMAJA PUTRI MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS 4 – 6 ( DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH 05 MOJOAGUNG KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG )

Peneliti: Rifky Alfiansyah,
Pembimbing 1: dr. Suparyanto, M.Kes
Pembimbing 2: Heni Maryati, S.Kep. Ners

Peristiwa terpenting yang terjadi pada masa pubertas remaja putri adalah datangnya menstruasi pertama yang dinamakan menarche yang menjadi pertanda biologis dari kematangan seksual. Menarche adalah keluarnya guguran – guguran sel telur (ovum) yang tidak dibuahi sperma berupa butiran-butiran sel darah merah dari rahim seorang wanita, merupakan kejadian alamiah yang menandai pergantian fase kehidupan dari masa usia kanak-kanak menjadi masa usia remaja.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu dan siwi kelas 4-6 di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 05 Mojoagung Jombang sebanyak 34 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 dengan cara membagikan kuesioner. Untuk mengetahui pengaruh antara kedua variabel maka dilakukan uji statistic Chi-Square.

Berdasarkan hasil analisa melalui uji Chi - Square dengan SPSS, di dapat Chi - Square hitung = 4.030 Pada taraf kesalahan α = 0,05 atau nilai p = 0,045 < 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara peran Ibu dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu dengan kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche pada siswi kelas 4-6 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 05 Mojoagung Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Tahun 2010.

Kata kunci : peran ibu, kesiapan, remaja putri, menarche


Kamis, 13 Januari 2011

KISI-KISI SOAL SITOHISTOLOGI D3 ANALIS 2011

Dr. Suparyanto, M.Kes

KISI-KISI SOAL SITOHISTOLOGI D3 ANALIS 2011

  1. Bagaimana caramembuat sediaan yang tipis?
  2. Bagaimana cara mencegah perubahan jaringan?
  3. Bagaimana cara memfixasi jaringan?
  4. Apa yang dimaksud dengan embedding?
  5. Bagaimana cara pengeluaran cairan dalam jaringan?
  6. Bagaimana cara menghilangkan cairan dalam jaringan?
  7. Bagaimana cara menghilangkan bekas alkohol dalam jaringan?
  8. Apa itu Mikrotom?
  9. Sebutkan contoh cat asam dan cat basa ?
  10. Sebutkan Kombinasi pengecatan yang sering dipakai?
  11. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pap smear?
  12. Pap smear merupakan screening untuk penyakit apa?
  13. Bagi wanita yang sudah menikah, kapan Pap smear sebaiknya dilakukan?
  14. Pada keadaan atau kondisi apa Pap smear tidak boleh dilakukan?
  15. Jelaskan persiapan yang perlu diberitahukan kepada pasien sebelum melakukan pemeriksaan pap smear?
  16. Sebutkan jenis obat yang dilarang digunakan sebelum pemeriksaan pap smear?
  17. Siapa yang boleh melakukan pengambilan sample pap smear?
  18. Sebutkan peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan pap smear?
  19. Sebutkan bahan yang biasa digunakan untuk fiksasi sediaan pap smear?
  20. Pada wanita. pap smeaer rutin dilakukan pada usia berapa?
  21. Jelaskan apa yang dimaksud dengan inflamasi?
  22. Sebutkan tanda peradangan jaringan?
  23. Apa arti tanda peradangan?
  24. Apa beda transudat dan eksudat?
  25. Apa yang dimaksud dengan migrasi?
  26. Apa yang dimaksud dengan diapedesis?
  27. Sebutkan macam Sel yang terlibat dalam proses peradangan?
  28. Apa ciri mperadangan akut dan kronis?
  29. Sebutkan macam media peradangan?
  30. Apa yang dimaksud dengan pus?
  31. Apa beda furunkel dan karbunkel?
  32. Apa nama Peradangan supuratif di folikel rambut?
  33. Sebutkan peda sinus dan fistula?
  34. Apa nama saluran abnormal yang menghubungkan dua organ atau lumen organ berongga dan permukaan tubuh?
  35. Apa nama peradangan supuratif subkutan?

Rabu, 12 Januari 2011

KISI-KISI SOAL PROMOSI KESEHATAN 2011

Dr. Suparyanto, M.Kes

KISI-KISI SOAL PROMOSI KESEHATAN 2011

  1. Apa saja aspek kesehatan, menurut Undang-undang Kesehatan nomer 23 tahun 1992
  2. Apa perbedaan Kesehatan menurut WHO dan Undang-undang Kesehatan nomer 23 tahun 1992?
  3. Apa saja komponen kesehatan mental?
  4. Beri contoh orang tidak sehat dalam aspek ekonomi?
  5. Apa yang dimaksud dengan upaya kesehatan?
  6. Apa beda upaya kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga?
  7. Sebutkan program Posyandu?
  8. Menurut Blum, apa saja yang mempengaruhi faktor kesehatan masyarakat?
  9. Sebutkan macam pencegahan penyakit?
  10. Sebutkan definisi promosi kesehatan menurut beberapa pakar?
  11. Teori perilaku menurut Lawrence Green ada berapa faktor?
  12. Apa Tujuan utama promosi kesehatan?
  13. Sebutkan misi promosi kesehatan?
  14. Sebutkan strategi promosi kesehatan?
  15. Sebutkan dan beri contoh jenis promosi kesehatan?
  16. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi?
  17. Sebutkan komponen komunikasi?
  18. Sebutkan macam model komunikasi?
  19. Apa yang dimaksud dengan pemasaran sosial kesehatan?
  20. Sebutkan macam variabel pemasaran?
  21. Apa yang dimaksud dengan operan respon menurut Skiner?
  22. Apa yang dimaksud dengan perilaku tertutup?
  23. Beri contoh perilaku pencarian pelayanan kesehatan?
  24. Beri contoh perilaku sakit?
  25. Sebutkan dan jelaskan domain perilaku?
  26. Sebutkan dan jelaskan tingkatan pengetahuan?
  27. Apa yang dimaksud dengan masyarakat?
  28. Apa yang dimaksud dengan komunitas?
  29. Sebutkan macam unsur budaya?
  30. Sebutkan aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan?
  31. Beri contoh aspek budaya?
  32. Proses perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut apa?
  33. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
  34. Apa yang dimaksud dengan instink?
  35. Sebutkan macam pendekatan dalam motivasi?
  36. Sebutkan tingkat kebutuhan menurut Maslow?
  37. Sebutkan macam teori motivasi?
  38. Beri contoh motif biologis dan sosial?
  39. Sebutkan sub sistem dari sistem sosial?
  40. Sebutkan sub sistem keluarga?
  41. Profesi apa yang membutuhkan sistem sosial?
  42. Beri contoh sumber energi individu?
  43. Apa yang dimaksud dengan Securing External (mengamankan masukan energi dari luar) pada sistem keluarga?
  44. Apa yang dimaksud dengan pengendalian sosial?
  45. Apa yang dimaksud dengan persepsi?
  46. Sebutkan faktor yang mempengaruhi persepsi?
  47. Apa yang membedakan antara figur dan latar?
  48. Sebutkan macam hukum dalam persepsi?
  49. Proses persepsi dimana kita mengorganisasikan stimulus yang kita lihat dengan cara mengisi bagian bagianya yang hilang, merupakan hukum apa dalam persepsi?
  50. Jika kita melihat pelayan membawa piring, dan kita terus melihat piring yang bundar, ini adalah hukum apa dalam teori persepsi?

Minggu, 09 Januari 2011

PENINGKATAN KINERJA MENURUT JHPIEGO

Dr. Suparyanto, M.Kes

PENINGKATAN KINERJA MENURUT JHPIEGO



Sumber: htpp://www.jhpiego.org
Gambar 2.2: Bagan Peningkatan kinerja menurut JHPIEGO

  • Bagan diatas menjabarkan langkah-langkah peningkatan kinerja menurut JHPIEGO, dimana hasil peningkatan kinerja diperoleh melalui proses yang mempertimbangkan tujuan organisasi, menjabarkan kinerja yang diinginkan, identifikasi gap antara pencapaian kinerja sekarang dan kinerja yang diinginkan, identifikasi penyebab masalah, memilih intervensi untuk menutup gap yang ada serta monitoring dan evaluasi perubahan kinerja.
  • JHPIEGO, sebuah afiliasi dari Universitas Hopkins, adalah suatu perusahaan non-profit yang bergerak meningkatkan kesehatan wanita dan keluarga. Menurut JHPIEGO yang dimaksud dengan peningkatan kinerja adalah suatu proses untuk mewujudkan/meraih keinginan/tujuan organisasi atau individu. Tujuan dari peningkatan kinerja adalah tercapainya kualitas yang tinggi dan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan.

Langkah-langkah peningkatan kinerja selengkapnya menurut JHPIEGO adalah sebagai berikut:

1.Analisa Kinerja
  • Menganalisis kinerja untuk mengidentifikasi gap/kesenjangan antara kondisi yang sebenarnya dan kondisi yang diharapkan. Fokus analisis pada kinerja individu atau kinerja organisasi.
2.Mencari Penyebab Masalah
  • Mengumpulkan informasi dari berbagai stakeholder untuk menanyakan mengapa gap kinerja terjadi serta mengidentifikasi penyebab rendahnya kinerja sebelum memilih intervensi yang sesuai. Penyebab yang umum rendahnya kinerja adalah: tidak jelasnya kinerja yang diharapkan, lemahnya umpan balik hasil kinerja, rendahnya motivasi, rendahnya dukungan organisasi, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan, kurangnya fasilitas dan peralatan serta belum fokus pada pelanggan.

3.Pemilihan Intervensi
  • Memilih dan mendisain intervensi untuk mengatasi penyebab gap kinerja, prioritaskan pemilihan intevensi dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Dalam menentukan prioritas, pertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Ketepatan, sejauh mana kontribusi intervensi dalam mengatasi gap kinerja, serta sejauh mana efektifitasnya dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
  2. Ekonomis, secara ekonomis hendaknya “affordable” dan berkelanjutan
  3. Kemudahan, apakah sistem yang ada mendukung adanya intervensi dan apakah dapat mencapai kesuksesan dengan sumberdaya yang terbatas?
  4. Budaya penerimaan, akankah masyarakat dan klien merespon dengan senang intervensi tersebut serta sejauh mana dukungannya?
  5. Penerimaan provider, apakah organisasi pelaksana pelayanan kesehatan dan supervisor mendukung intervensi tersebut?

  • Hutchison dan Stein (1998) dalam Caiola (2000) mengatakan ada 20 klas intervensi yaitu: career development systems, communications systems, documentation and standards,ergonomics and human factors, feedback systems, financial systems, human development systems, industrial engineering, information systems, instruction systems, job and workflow design and redesign, labor relations systems, management practices, measurement and evaluation systems, organizational anthropology, organizational design and development, quality improvement systems, resource systems, reward and recognition systems and selection systems.
  • Stolovitch dan Keeps (1999) dalam Caiola (2000) menyebutkan ada dua kategori utama intervensi yaitu: Learning interventions dan non-learning intervensions. Learning interventions terdiri lima kategori yaitu: group-based learning, on-the-job training, experiential learning, self-paced learning and feedback systems, sedangkan non-learning interventions terdiri tiga kategori yaitu: environmental interventions, incentives/consequences/motivation inter-ventions and job aids. Fokus dari peningkatan kinerja adalah followup, measurement and evaluation.

4.Penerapan Intervensi
  • Pada fase ini tetapkan intervensi dan ciptakan sistem monitoring. Integra-sikan konsep perubahan pada pekerjaan dan secara hati-hati aturlah dampak langsung dan tidak langsung dari perubahan itu untuk memelihara efektifitas organisasi serta untuk mencapai tujuan peningkatan kinerja.

5.Monitoring dan Evaluasi Kinerja
  • Monitoring dan evaluasi perlu dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh inter-vensi dalam mengatasi gap kinerja, disamping itu juga berguna untuk mendapat-kan informasi untuk bahan kajian analisis lebih lanjut tentang gap kinerja dan penyebab masalahnya, serta mendapatkan informasi untuk memodifikasi disain intervensi yang dibutuhkan.

REFERENSI
  1. Algifari, 2000, Analisis Regresi, Teori, Kasus, dan Solusi, edisi 2, Jogjakarta: BPFE, hlm 61—82.
  2. Anonymous, 2003, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis Disertasi, Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
  3. Arifin, A., 2001, Koordinasi Pemrograman sebagai Upaya Peningkatan Kinerja Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas, Desertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
  4. As’ad, M., 2003, Psikologi Industri, Yogyakarta: Liberty, hlm 45—64.
  5. Azwar, A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ke 3, Jakarta: Bina Rupa Aksara, hlm 287—321.
  6. Brata, N., W., 2004, Upaya Peningkatan Cakupan Penderita Tuberkulosis Melalui Analisis Faktor petugas Puskesmas dan Masyrakat di Kabupaten Tabanan, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
  7. Brotowidjojo, M., 1988, Penulisan Karangan Ilmiah, Jakarta CV. Akademika Pressindo, hlm 166—170.
  8. Caiola, N., Sullivan, R.L., 2000, Performance Improvement: Developing a Strategy for Reproductive Health Services, http://www.jhpiego.org/, senin 17 Januari 2005, pukul: 08:15 WIB
  9. Dep.Kes., R.I, 1999, Pedoman Penanggulangan Tuberculosis, cetakan ke 4, Jakarta: Ditjen PPM-PLP, hlm 1—40.
  10. Dep.Kes., R.I, 2000, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis, cetakan ke-5, Jakarta: Ditjen PPM-PLP, hlm 1—31.
  11. Dep.Kes., R.I, 1990, Pedoman Puskesmas, jilid 3, Jakarta: Dep. Kes. R.I., hlm 31—38.
  12. Dep.Kes., R.I, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, Jakarta: Dep. Kes. RI., hlm 17—21.
  13. Dep.Kes., R.I, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 128/MENKES/SK/II/2004, Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat , Jakarta: Dep. Kes. RI., hlm 5—12.
  14. Dep.Kes., R.I, 2004, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta: Dep. Kes. R.I., hlm 21—23.
  15. Dessler, G., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Prenhallindo, hlm 1—40.
  16. Fridawaty, 2002, Analisis Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di RS Haji Surabaya, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
  17. Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, J.H. Donnelly, Jr., 1996, Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses, Jakarta: Bina Rupa Aksara, hlm 119—275 .
  18. Gomes, F.C., 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset, hlm 134—196.
  19. Gunaya, I N.D., 2004, Analisis Faktor Dominan Perawat yang Mempengaruhi Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Negara, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
  20. Hague, P., 1995, Merancang Kuesioner, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, hlm 115—144.
  21. Hanafi, M., 1997, Manajemen, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, hlm 337—356.
  22. Handoko, H., 1996, Manajemen, edisi 2, Yogyakarta: BPFE, hlm 251—270.
  23. Ilyas, Y., 2001, Kinerja, Teori, Penilaian dan Penelitian, Jakarta: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat, hlm 66—150.
  24. Kopelman, R.E., 1998, Managing Productivity in Organization a Practical-people Oriented Prespective, New York: MC. Graw Hill Book Company, pp 3—18.
  25. Mathis, R.L., J.H. Jackson, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku 1, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, hlm 75—114.
  26. Mathis, R.L., J.H. Jackson, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku 2, Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, hlm 89—91.
  27. McCaffery, J., M. Heerey, K. P. Bose (2003), Refining Performance Improvement Tools and Methods: lessons and Challenges, www.ispi.org.
  28. Nimran, U., 1997, Perilaku Organisasi, Surabaya: CV. Citra Media,. Hlm 9—19.
  29. Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hlm 36—54.
  30. Pujiharti, Y., 2002, Analisis Faktor Organisasi Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi dan Kinerja Bidan Petugas KIA Puskesmas Kota Malang. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya.
  31. Purnomo, W., 2002, Statistika & Statistika Manajemen, Surabaya: Universitas Airlangga Program Pascasarjana Program Studi S2 Administrasi Kebijakan Kesehatan.
  32. Rakhmat, J., 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm 79—98.
  33. Robbins, S., 2003, Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Indeks, hlm 45—80.
  34. Santoso, S., 2003, SPSS versi 10 Mengolah Data Statistik secara Profesional, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hlm 285—377.
  35. Satyawan, D., S., 2003, Kinerja Bidan Di Desa Dalam Pertolongan Persalinan di Pedesaan (Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bidan di desa Dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten Malang), Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
  36. Siagian, S.P., 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, hlm 252—294.
  37. Singarimbun, M., 1995, Metode Penelitian Survei, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, hlm 122—146.
  38. Sudjana, 2003, Tehnik Analisis Regresi dan Korelasi bagi para Peneliti, Bandung: Tarsito, hlm 145—167.
  39. Suprihanto, J., TH.A.M.Harsiwi, P.Hadi, 2003, Perilaku Organisasi, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, hlm 21—54.
  40. Supriyanto, 2003, Metodologi Riset, Surabaya: Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, hlm 93—96.
  41. Thoha, M., 2003, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Cetakan ke 14, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 203—253.
  42. Umar, H., 2003, Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm 99—106.
  43. ¬¬ Umar, H., 2001, Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm 126—138.
  44. Usmara, A., L.Dwiantara, 2004, Strategi Organisasi, Jogjakarta: Amara Books, hlm 131—142.
  45. WHO, 2001, Tuberculosis Control an Annotated Bibliography, New Delhi: World health Organization South-East Asia Regional Office, pp 5—8.
  46. Winarto, Y.T., Totok S., Ezra M.c., 2004, Karya Tulis Ilmiah Sosial, Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm 175—193.
  47. Wulandari, W., 2004, Kinerja Perawat Pada Unit BP Puskesmas di Kabupaten Lumajang, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
  48. Zainuddin, M., 2003, Metode Penelitian, Surabaya: Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, hlm 58—72.
  49. Zainun, B., 1989, Manajemen dan Motivasi, Jakarta: Balai Aksara, hlm 49—64.

PROMOSI KESEHATAN

Dr. Suparyanto, M.kes

PROMOSI KESEHATAN

PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
  • Heath promotion is the process of enabling people to control over and improve their health (WHO, 1986). Menurut Departemen Kesehatan, yang dimaksud Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatanya. (Ewles, Linda, Ina Simmet (1994)
  • Pemberdayaan di bidang kesehatan adalah upaya untuk memampukan masyarakat sehingga mereka mempunyai daya atau kekuatan untuk hidup mandiri di bidang kesehatan. Upaya pemberdayaan tersebut dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat, disertai dengan pengembangan iklim yang mendukung. (Departemen Kesehatan RI. (2002).

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

a.Strategi Global Menurut WHO, 1984
  1. Advokasi : kegiatan yang ditujkan kepada pembuat keputusan (decission makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik dibidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik.
  2. Dukungan sosial (social support): kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan dan sebagainya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakat.
  3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment): pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagi sasaran primer promosi kesehatan. Tujuanya agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. (Notoatmojo, Soekijo. (2003).

b.Strategi Promosi Kesehatan berdasar Piagam Ottawa
  • Konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 menghasilkan piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satu rumusanya adalah strategi promosi kesehatan yang dikelompokan menjadi lima butir: (Notoatmojo, Soekijo. (2003).
  1. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)
  2. Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
  3. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
  4. Ketrampilan individu (personal skill)
  5. Gerakan masyarakat (community action)
  6. Kegiatan Berbasis Masyarakat dalam Promosi Kesehatan
  • Kegiatan masyarakat dalam promosi kesehatan berarti kegiatan yang secara langsung melibatkan ahli promosi kesehatan bekerja dengan publik yang akan membuat mereka mampu mengendalikan dan memperbaiki kesehatanya.
  • Prinsip prinsip kegiatan berdasarkan kebutuhan masyarakat ada empat dasar, yaitu: (Ewles, Linda, Ina Simmet (1994).
  1. Sentralisasi masyarakat
  2. Peran pekerja Kesehatan Masyarakat sebagi fasilitator
  3. Pentingnya menyampaikan ketidakadilan
  4. Sebuah gambaran luas mengenai kesehatan

MODEL MODEL PENDEKATAN (APROACH MODEL)

a.Health Belief Model (HBM)
  • Health Belief Model merupakan model kognitif, yang berarti bahwa khususnya proses kognitif, dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan, termasuk hitungan. Menurut HBM, kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health beliefs) yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka (perceived threat of injury or illness) dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (benefits and costs)



Gambar: II-1: Health Belief Model. Sumber: Smet (1994, hal: 160)

  • Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul betul merupakan ancaman kepada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan tersebut meningkat maka perilaku pencegahan akan meningkat juga. (Bart, Smert (1994).

b.Theory of Reasoned Action (TRA)
  • Theory of Reasoned Action atau Behavioral Intention Theory dari Ajzen dan Fishbein, menggunakan pendekatan kognitif juga, dan didasari ide bahwa “..humans are reasonable animals who, in deciding what action to take, systematically process and utilize the information available to them...”. tetapi kebalikan dengan HBM, TRA merupakan teori perilaku manusia secara umum.




Gambar: II-2: Theory of Reasoned Action (Fishbein & Ajzen)
Sumber: Smet (1994, hal: 165)

  • Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku. Intensi merupakan prediktor terbaik dari perilaku. Jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik untuk meramalkan adalah mengetahui intensi orang tersebut. (Bart, Smert (1994).

c.Model Pemberdayaan Masyarakat
  • Prinsip pemberdayaan masyarakat :
  1. Menumbuh kembangkan potensi masyarakat
  2. Menumbuhkan kontribusi masyarakat dalam upaya kesehatan
  3. Mengembangkan kegiatan kegotongroyongan di masyarakat
  4. Bekerja bersama masyarakat
  5. Promosi, pendidikan dan pelatihan dengan sebanyak mungkin menggunakan dan memanfaatkan potensi setempat
  6. Upaya dilakukan secara kemitraan dengan berbagai pihak
  7. Desentralisai: sesuai dengan keadaan dan budaya setempat. (Departemen Kesehatan RI. (2002).

Berbagai model / bentuk pemberdayaan masyarakat:
  1. Pemberdayaan pimpinan masyarakat (community leaders), misalnya melalui sarasean.
  2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (Community organization) misalnya Posyandu, Polindes, Pokjanal DBD
  3. Pemberdayaan pendanaan masyarakat (Community fund) misalnya dana sehat, jamnan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
  4. Pemberdayaan sarana masyarakat (Community material) misalnya membangun sumur, jamban keluarga.
  5. Peningkatan pengetahuan masyarakat (Community knowledge) misalnya lomba asah trampil, lomba lukis anak anak
  6. Pengembangan teknologi tepat guna (Community technology) misalnya penyederhanaan deteksi dini kanker, ISPA
  7. Peningkatan manajemen / proses pengambilan keputusan (Community decision maker) misalnya pendekatan edukati, manajemen ARIF. (Departemen Kesehatan RI. (2002).


REFERENSI
  1. Bart, Smert (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
  2. Ewles, Linda, Ina Simmet (1994). Promosi Kesehatan, Terjemahan Ova Emilia. Jogjakarta: Gajah Mada University Press
  3. Departemen Kesehatan RI. (2002). Promosi Kesehatan dalam Era Desentralisasi, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  4. Departemen Kesehatan RI. (2002). Advokasi Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  5. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  6. Departemen Kesehatan RI. (1995). Menuju Desa Bebas Demam Berdarah, Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  7. Departemen Kesehatan RI. (1990). Petunjuk Teknis Pemantauan Jentik Berkala, Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  8. Departemen Kesehatan RI. (1999). Petunjuk Tehnis Bulan Bakti Gerakan 3M Demam Berdarah Dengue (DBD), Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  9. Departemen Kesehatan RI. (1998). Menggerakan Masyarakat dalam ”3M” guna Memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD), Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  10. Notoatmojo, Soekijo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DB/DHF)

Dr. Suparyanto, M.Kes

PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

APA PENYAKIT DBD ITU?
  • Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Tanda tanda penyakit ini adalah panas mendadak disertai dengan perdarahan. Bila tidak segera mendapat pertolongan dapat menyebabkan kematian dalam waktu beberapa hari. (Depkes. RI 1998)
  • Penyakit ini belum ada obatnya. Pertolongan utama yang dapat dilakukan adalah memberi minum sebanyak mungkin atau memberi infus (memasukan cairan melalui pembuluh darah yang jamlahnya disesuaikan dengan keadaan penderita). Maksud pertolongan ini adalah untuk mencegah agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah. . (Depkes. RI 1995)

MENGAPA PENYAKIT DBD PERLU DIBERANTAS?
  • Penyakit DBD perlu diberantas karena:
  1. Penyakit ini sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang dalam waktu singkat.
  2. Penyakit DBD semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk.
  3. Semua desa mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit DBD karena nyamuk penularnya (aedes aegypti) tersebar luas di seluruh pelosok tanah air, kecuali yang ketinggianya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. . (Depkes. RI 1995)

CARA MEMBERANTAS PENYAKIT DBD
  • Untuk memberantas penyakit DBD, seluruh masyarakat harus menjaga kebersihan agar rumah dan lingkunganya bebas dari nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes aegypti suka berkembang di tempat penampungan air seperti bak mandi, bak WC, tempayan, drum dan barang barang yang memungkinkan air tergenang seperti tempat minum burung, pot tanaman air, vas bunga, ban bekas, kaleng kaleng bekas, plastik bekas, tempurung kelapa dan lain lain yang dibuang sembarangan. . (Depkes. RI 1995)
  • Oleh karena itu untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara:
  1. Menguras tempat tempat penampungan air sekurang kurangnya seminggu sekali atau menutupnya rapat rapat atau menaburkan racun pembasmi jentik (abate) yang disebut dengan istilah abatisasi
  2. Mengubur atau menyingkirkan barang barang bekas dan sampah sampah linya yang dapat menampung air hujan sehingga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. . (Depkes. RI 1999)
  • Cara cara diatas dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD). Penyemprotan racun serangga (fogging) juga dapat membunuh nyamuk, tetapi jika jentik jentiknya dibiarkan hidup, maka jentik itu akan menetas menjadi menjadi nyamuk nyamuk baru. Dengan demikian penyemprotan tidak dapat memberantas nyamuk secara tuntas. . (Depkes. RI 1995)

BAGAIMANA CARA AGAR MASYARAKAT BERPERAN SERTA DALAM PSN-DBD?
  • Semua keluarga harus diberi informasi tentang penyakit DBD dan dimotivasi untuk melaksanakan PSN-DBD secara terus menerus, sehingga PSN-DBD dan pemeliharaan kebersihan lingkungan menjadi kebiasaan sehari hari bagi tiap keluarga. . (Depkes. RI 1995)

Kegiatan pokok yang dapat dilakukan untuk menggerakan peran serta masyarakat dalam PSN-DBD adalah:
  1. Kunjungan rumah secara berkala untuk memberikan penyuluhan secara langsung kepada keluarga dan melakukan pemeriksaan jentik.
  2. Pertemuan pertemuan kelompok masyarakat seperti arisan, pertemuan PKK, pengajian, penyuluhan di Posyandu dan lain lain.
  3. Kerjabakti secara berkala untuk membersihkan lingkungan dan melaksanakan PSN-DBD . (Depkes. RI 1998)
  • Agar kegiatan penggerakan peran serta masyarakat dapat terlaksana secara berkesinambungan, diperlukan penggerak dari tokoh masyarakat di desa yang tergabung dalam Kelompok Kerja Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJA DBD) yan mengkordinasikan kegiatan kegiatan tersebut diatas. . (Depkes. RI 1995)

REFERENSI
  1. Bart, Smert (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia
  2. Ewles, Linda, Ina Simmet (1994). Promosi Kesehatan, Terjemahan Ova Emilia. Jogjakarta: Gajah Mada University Press
  3. Departemen Kesehatan RI. (2002). Promosi Kesehatan dalam Era Desentralisasi, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  4. Departemen Kesehatan RI. (2002). Advokasi Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  5. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan, Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Dep.Kes.RI
  6. Departemen Kesehatan RI. (1995). Menuju Desa Bebas Demam Berdarah, Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  7. Departemen Kesehatan RI. (1990). Petunjuk Teknis Pemantauan Jentik Berkala, Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  8. Departemen Kesehatan RI. (1999). Petunjuk Tehnis Bulan Bakti Gerakan 3M Demam Berdarah Dengue (DBD), Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  9. Departemen Kesehatan RI. (1998). Menggerakan Masyarakat dalam ”3M” guna Memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD), Jakarta: Dirjen P2PL. Dep.Kes.RI
  10. Notoatmojo, Soekijo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta