Dr. Suparyanto, M.Kes
MANFAAT MENTIMUN UNTUK MENURUNKAN HIPERTENSI
1. Pengertian Mentimun
1.1 Sejarah Mentimun
Sebelum memasuki pada subtansi kandungan mentimun alangkah baiknya kita mempelajari sejarah mentimun. Tanaman mentimun secara alami berkembang baik dalam lingkungan beriklim sedang dan tropis, dan umumnya memerlukan suhu antara 60-90 ° F/15-33 ° C. Dalam istilah evolusioner, mentimun pertama mungkin berasal di Asia Barat (dan mungkin lebih khusus di India) atau bagian dari Timur Tengah. Mentimun yang disebutkan dalam legenda Gilgames, seorang raja uruk yang hidup sekitar 2500 SM di yang sekarang adalah Irak dan Kuwait. Ini adalah sekitar 3.300 tahun kemudian, ketika budidaya mentimun menyebar ke bagian Eropa, termasuk Prancis. Dan itu tidak sampai saat kolonis Eropa yang akhirnya muncul mentimun di Amerika Utara pada tahun 1500-an (Anonymous, 2011). Dan menurut buku karangan Isnaini M, (2009) mengatakan asal tanaman ini belum diketahui secara pasti, tapi sudah lama dibudayakan di sekitar Burma dan Thailan. Mentimun mempunyai nama lain yaitu timun, (Jawa), bonteng (Sunda), ketimun (Kalimantan), hantimun (Lampung), timoh (Aceh).
2. Kandungan Mentimun
Menurut pendapat Isnaini M, (2009) memaparkan bahwasannya bagian mentimun yang terasa keras termasuk kulitnya banyak mengandung mineral yang penting bagi tubuh yang salah satunya adalah silika. Silika mempunyai peranan yang tidak sedikit dalam pembentukan jaringan konektif yang meliputi otot, tulang, dan instraseluler. Zat yang terkandung dalam mentimun ini pula yang baik untuk kesehatan kulit. Mentimun juga mengandung zat yang berfungsi untuk menjaga suhu untuk berpengaruhi baik terhadap pencernaan. Air mentimun juga baik untuk menjaga kesehatan ginjal jika diminum rutin setiap hari sebanyak satu sendok teh. Vitamin A, B komplek, C, dan E berfungsi sebagai antioksidan, selain itu kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan bagi kesehatan. Kandungan kalori yang rendah dalam mentimun cocok bagi yang menjalani diet.
Buah berbentuk lonjong dan berbiji ini sering dijadikan sebagai lalapan dan acar. Beberapa orang juga menggunakan sebagai masker untuk merawat kecantikan wajah. Sementara itu, manfaat yang tidak kalah penting dari mentimun adalah kemampuan membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan kalium (potasium), magnesium, dan fosfor dalam mentimun efektif mampu mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Dewi. S & Familia. D, 2010).
a) Kandungan Vitamin dan Mineral yang Pada Mentimun menurut Aphrodita. M, (2010) sebagai berikut:
1) Vitamin A
Vitamin A adalah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata, kekurangan vitamin ini, terutama pada anak-anak, akan berpengaruh pada kecerdasan. Vitamin A dapat ditemui pada sayuran hijau serta buah berwarna merah dan kuning, seperti mangga, papaya, dan wortel.
2) Vitamin B Komplek (B1, B6, dan B12)
Semua jenis vitamin B kecuali B12, terkandung dalam sayuran hijau, biji-bijian, padi-padian, dan sereal. Semua vitamin B membantu produksi energi. Ketiga vitamin tersebut dibutuhkan tubuh untuk metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi. Juga, untuk memelihara jaringan saraf. Selain berfungsi untuk metabolisme ketiga vitamin ini juga bermanfaat pada bahan-bahan makanan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
3) Vitamin C
Vitamin C bermanfaat sebagai antioksidan dan peningkat daya tahan tubuh. Vitamin C sangat dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di perkotaan karena radikal bebas banyak terdapat di daerah perkotaan. Vitamin C juga dapat membantu mengatasi anemia, mencegah resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler, dan mencegah osteoporosis, batu ginjal, gangguan fungsi kognitif, dan penyakit asma. Selain itu, konsumsi vitamin C juga dapat membantu kulit terlihat kencang dan sehat.
4) Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai pendukung antioksidan, mengatasi masalah kardiovaskuler, dan membantu menyehatkan sistem kekebalan tubuh, serta membantu proses perbaikan DNA. Selain itu, konsumsi vitamin E akan membantu kulit anda terlihat mulus dan kencang. Vitamin E banyak terdapat pada bayam, taoge, mentimun, buah kiwi, mangga, dll.
5) Magnesium
Magnesium adalah mineral yang berperan dalam mineralisasi tulang dan melindungi tulang. Konsumsi magnesium dapat mencegah osteoporosis.
6) Fosfor
Fosfor berfungsi sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA, serta penyerapan dan pemakain kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya. Fosfor banyak terdapat dalam buah ceri, brokoli, buah apel, bunga kol, lettuce (sejenis sawi), bayam, tomat, mentimun, dll.
7) Potasium (kalium)
Potasium atau Kalium ini meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan sel tubuh, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Kekurangan potassium (kalium) dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh, mudah lelah, dan meningkatnya kebutuhan akan glutamin. Potasium banyak terdapat pada buah jambu biji, mentimun, tomat, jeruk, buncis, dll.
8) Silika
Silika ialah mineral yang termasuk salah satu elemen dalam pembentukan, mempertahankan kolagen yang memadai dan mungkin mengalami kulit kering, pergeseran atau pembuluh darah, masalah pencernaan, gigi dan gusi yang lemah, membuang atau menurunkan ukuran organ atau jaringan. Makanan yang mengandung silika diantaranya: timun, beras merah, gandung, stroberi, bawang dan alpukat (Anonymous, 2011).
2. Konsep Tekanan Darah
2.1 Pengertian Sistolik Dan Diastolik
Sistolik adalah tekanan ini tertinggi karena jantung bilik kiri memompa darah ke arteri (dalam keadaan mengempis) dan distolik yaitu bilik kiri jantung sedang terisi kembali, tekanannya menurun (tekanan diastolik). Kondisi ini merupakan saat tekanan terendah (dalam keadaan mengembang) (Santoso. D, 2010).
2.2 Pengertian Darah Tinggi (Hipertensi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah kondisi medis saat seseorang mengalami peningkatan tekanan darah atas normal. Akibatnya, volume darah meningkat dan saluran darah menyempit. Oleh karena itu, jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke setiap sel di dalam tubuh (Puspitorini. M, 2009) dan hipertensi sering disebut sebagai pembunuh terselubung. Hipertensi tidak memberikan gejala kepada penderita. Namun bukan berarti hal ini tidak berbahaya (Santoso. D, 2010). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih, yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin meningkatnya tekanan darah.
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa : Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik diatas normal sesuai umur dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
Seseorang baru merasakan dampak yang gawat dari hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Hipertensi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ, seperti gangguan fungsi jantung, koroner, ginjal, gangguan fungsi kognitif ataupun stroke. Hipertensi pada dasarnya akan mengurangi harapan hidup para penderitanya. Selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (hight case fatality rate), hipertensi juga berdampak pada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Bahkan, hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup.
Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua orangtua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi lebih besar dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi. Sekitar 40% kematian dibawah usia 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Penyakit ini sudah menjadi endemi di zaman modern, menggantikan wabah kolera dan TBC dizaman dulu.
2.3 Jenis-Jenis Hipertensi
A. Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) yang berdasarkan keadaan disebutkan krisis hipertensi ini terbagi menjadi dua jenis diantaranya ialah:
1. Hipertensi Emergensi
Merupakan hipertensi gawat darurat, tekanan darah melebihi 180/120mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak (perdarahan otak/stroke dan enselopatihipertensi), jantung (gagal jantung kiri akut dan penyakit jantung koroner akut), paru (bendungan diparu), dan eklamsia, atau tekanan darah dapat lebih rendah dari 180/120 mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ di atas yang sudah nyata timbul. Jika tekanan darah tidak segera diturunkan dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap. Oleh karena itu, harus diturunkan dengan obat intravena (suntikan) yang bekerja cepat dalam beberapa menit maksimal satu jam. Pasien ini harus dibawa ke intensive care unit (ICU) untuk dipantau tekanan darahnya dan diberikan obat-obatan parenteral. Target penurunan mean arterial pressure (MAP) tidak melebihi 25% dalam hitungan menit sampai 1 jam dan jika stabil dapat mencapai tekanan darah 160/100-110 mmHg dalam waktu 2-6 jam, karena penurunan yang lebih cepat akan menyebabkan iskemia koroner, otak, dan ginjal. Terapi awal yang tepat untuk keadaan tersebut adalah memberikan nifedipin kerja singkat. Jika tingkat tekanan darah tersebut dapat diteloransi dan pasien stabil, tekanan darah normal dapat dicapai dalam 24-48 jam berikutnya.
2. Hipertensi Urgensi
Tekanan darah sangat tinggi (>180/120 mmHg) tetapi belum ada gejala seperti di atas. Tekanan darah tidak harus diturunkan dengan cepat (dalam hitungan menit), tetapi dapat diturunkan dalam hitungan jam sampai dengan hari dengan obat oral. Gejalanya berupa sakit kepala hebat/berputar (vertigo), mual, muntah, pusing/melayang, penglihatan kabur, mimisan, sesak nafas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada kerusakan target organ. Pasien dengan hipertensi urgensi dapat juga diberikan terapi oral yang bekerja short acting seperti kaptopril, labetalol, atau klonidin dengan pengawasan yang ketat.
B. Sementara itu menurut Saraswati. S, (2009) hipertensi dibagi dua jenis yang berdasarkan penyebabnya antara lain:
1. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita tergolong hipertensi primer, sedangkan 10% tergolong hipertensi sekunder.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembulu darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensi esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan untuk penderita hipertensi esensial.
2.4 Berdasarkan Faktor Akibat Hipertensi Terjadi Peningkatan Tekanan Darah di Dalam Arteri Dengan Beberapa Cara diantaranya:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya darah.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
4. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang. Maka, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan dari sirkulasi. Tekanan darah pula akan menurun atau menjadi lebih kecil.
2.5 Berdasarkan Faktor Pemicu
Berdasarkan faktor pemicu yang menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) mengatakan hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80 % kasus hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini kian menguatkan bahwa faktor genetik mempunyai peran bagi terjadinya hipertensi.
Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan atau obesitas, stres, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stres dan hipertensi diduga terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktvitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita yang mempunyai berat badan normal. Pada tahap lebih jauh, hipertensi bisa memunculkan krisis. Krisis hipertensi adalah keadaan potensial yang dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan tindakan medis untuk mencegah atau mengurangi kerusakan organ yang dapat terkena, yakni organ target seperti, otak, jantung, ginjal, dan lain-lain. Benar bahwa biasanya tekanan darah dalam krisis hipertensi meningkat secara cepat dan biasanya tekanan diastolik (tekanan yang angkanya ditulis: 120/80 mmHg, 80 mmHg adalah tekanan diastolik) biasanya melebihi 120-130 mmHg.
2.6 Faktor Risiko Hipertensi
Faktor risiko hipertensi bukanlah penyebab dari timbulnya penyakit hipertensi. Faktor resiko hanyalah pemicu munculnya suatu penyakit.
Menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) faktor resiko timbulnya hipertensi ada 2 yaitu: faktor genetik dan lingkungan. Penjelasan dari kedua faktor tersebut menurut Dewi. S & Familia. D, (2010) adalah sebagai berikut:
A. Faktor Genetik
Faktor genetik di sini merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor genetik ini memainkan peran penting dalam hipertensi primer (esensial). Penelitian yang berkembang tengah memfokuskan pada faktor genetik yang mempengaruhi sistem renin-angiostensin-aldosteron. Sistem inilah yang membantu dalam pengaturan tekanan darah dengan mengontrol keseimbangan garam dan keluwesan dari arteri. Faktor-faktor tersebut meliputi beberapa hal seperti di bawah ini:
1. Faktor Usia
Hipertensi umumnya berkembang diusia antara 35-55 tahun. Semakin tua usia seseorang, maka pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah. Akibatnya, darah menjadi lebih pekat dan tekanan darah meningkat.
Endapan kalsium di dinding pembulu darah (arterioklerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Aliran darah pun menjadi terganggu dan memacu peningkatan tekanan darah darah. Pertambahan usia menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak lagi lentur malah cenderung kaku sehingga volume darah yang mengalir sedikit dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga tekanan meningkat. Pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah pembuluh arteri, maka tekanan sistolik yang meningkat tinggi.
2. Faktor Keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat riwayat hipertensi dalam keluarga. Jika kedua orang tua menderita hipertensi, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Kasus hipertensi juga banyak ditemukan pada kembar monozigotik, apabila salah satunya menderita hipertensi. Ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam kemumculan penyakit hipertensi.
Perlu diketahui bahwa terdapat dua gen yang diduga berperan dalam timbulnya hipertensi, yaitu NPPA dan NPPB. Kedua gen tersebut membuat tubuh kelebihan sodium. Pengidap hipertensi berpeluang besat menderita penyakit stroke, serangan jantung, gagal jantung, maupun gagal ginjal. Para peneliti mengemukakan bahwa penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor keturunan. Orang-orang yang memiliki kedua gen tersebut berpotensi terkena hipertensi 18% lebih tinggi daripada mereka yang hanya memiliki salah satu gen tersebut atau yang tidak memilikinya sama sekali. Kedua gen tersebut memproduksi peptide natriuretik, yaitu sejenis protein yang berpengaruh meregangkan pembuluh darah dan membuang garam (sodium) melalui urin.
3. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang berkulit hitam daripada orang yang berkulit putih. Penyebabnya secara pasti belum diketahui. Tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopressin lebih besar.
Di beberapa Negara pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa ras dengan kulit berwarna mempunyai faktor lebih tinggi terkena hipertensi. Faktor suhu mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah, seperti yang ditunjukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih. Etnis Amerika keturunan Afrika menempati posisi tertinggi terkena hipertensi.
4. Jenis Kelamin
Pada umumnya resiko hipertensi pada pria lebih tingg dari pada wanita. Namun, pada usia pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita akan meningkat. Ini berkaitan dengan masa pramenopause yang dialami perempuan yang mengakibatkan tekanan darah cenderung naik. Sebelum menopause wanita relatif terlindung oleh penyakit kardiovaskuler karena adanya hormon ekstrogen. Sementara itu, kadar estrogen menurun pada wanita yang memasuki masa menopause. Dengan demikian, resiko hipertensi pada wanita usia di atas umur 65 tahun menjadi lebih tinggi.
B. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat meningkat resiko penyakit hipertensi. Faktor lingkungan di sini meliputi faktor-faktor yang dapat dimodifikasi. Dengan demikian, suatu perubahan gaya hidup dan lingkungan dimungkinkan dapat menurunkan potensi terkena hipertensi. Faktor lingkungan tersebut antara lain stres, obesitas, kurang olah raga, dan lain-lain.
1. Stres dan Beban Mental
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivitas simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Jika stres terjadi secara terus-menerus, maka akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Seperti telah kita tahu, cepat atau lambat denyut jantung dipengaruhi oleh hormon adrenalin. Peningkatan hormon adrenalin akan meningkat denyut jantung dan menyebabkan penyempitan kapiler darah tepi. Pengeluaran hormon ini diatur oleh saraf simpatis. Saraf simpatis ini bekerja keras pada orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Karena itulah orang yang berada dalam kondisi stres atau mengalami tekanan mental. Jantungnya terjebak kemacetan, menemui masalah yang sulit, menghadapi ujian, dan sebagainya. Ketegangan yang berlarut-larut dapat meningkatkan resiko hipertensi.
2. Konsumsi Makanan Berlebih dan Obesitas
Kadar lemak dalam tubuh maksimum adalah 150 mg/dl. Kandungan lemak baik (HDL) optimum adalah 45 mg/dl. Sementara kandungan LDL maksimum 130 mg/dl. Konsumsi makanan berlebih dapat meyebabkan kegemukan atau obesitas. Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru, dan hati). Hal ini menyebabkan jaringan tidak aktif sehingga beban kerja jantung meningkat. Selain itu, obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan. Biasanya kelebihan tersebut sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan perhitungan IMT > 27.0. Pada orang yang menderita obesitas organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Oleh sebab itu, orang dengan obesitas akan lebih cepat gerah dan lelah. Akibatnya dari obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi, dan diabetes mellitus.
Obesitas sendiri lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif (kurang olahraga). Jika makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung kolesterol dapat menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah menjadi kurang lancar. Kolesterol memang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi dalam jumlah tertentu.
Orang yang memiliki kelebihan lemak (hiperlipidemia), berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh terganggu. Penyempitan dan sumbatan oleh lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah meningkat, maka terjadilah hipertensi.
3. Merokok
Seperti telah diketehui oleh masyarakat pada umumnya, rokok mengandung ribuan zat kimia bebahaya tersebut anatara lain nikotin, tar, dan meningkatkan kekentalan darah. Ini mengakibatkan jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.
Sementara nikotin dapat memicu pengeluaran zat catecholamine tubuh seperti hormon adrenalin. Hormon tersebut dapat memacu jantung untuk berdetak lebih kencang, yaitu 10 hingga 20 kali lipat per menit. Ini meningkatkan tekanan darah 10 sampai 20 skala. Akibatnya, volume darah meningkat dan jantung menjadi lebih cepat lelah.
Karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah. Akibatnya, darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Seperti yang terjadi pada pengaruh zat sebelumnya, penempelan tersebut menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi. Lambat laun, tekanan darah pun akan meningkat. Tidak hanya perokok aktif saja yang berpotensi terkena hipertensi, tetapi juga perokok pasif. Risiko hipertensi pada perokok pasif dua kali lipat dari perokok aktif.
4. Konsumsi Alkohol
Alkohol dapat mengganggu sistem kerja saraf pusat maupun saraf tepi. Jika kerja saraf simpatis terganggu, maka akan terjadi gangguan pula pada pengaturan tekanan darah. Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar yang tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kuat lagi agar darah yang sampai ke jaringan jumlahnya mencukupi. Ini berarti juga terjadi peningkatan tekanan darah.
5. Kelainan Ginjal
Hipertensi dapat disebabkan oleh adanya penurunan massa ginjal yang dapat berfungsi dengan baik, kelebihan produksi angiotensin, dan aldosteron serta meningkatnya hambatan aliran darah dalam arteri ginjal. Penurunan fungsi ginjal dalam menyaring darah, menyebabkan sisa metabolisme yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian tubuh yang lain. Akibatnya, volume darah total meningkat sehingga darah yang dikeluarkan jantung juga meningkat.
6. Kebiasaan Minum Kopi
Hipertensi dapat dipicu pula oleh kebiasaan minum kopi. Kopi mengandung kafein. Kafein dalam kopi dapat memacu kerja jantung dalam memompa darah. Peningkatan tekanan dari jantung diteruskan pada arteri sehingga tekanan darah meningkat.
7. Kurang Olahraga
Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal ini dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat menurunkan obesitas dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
2.7 Akibat Fatal Apabila Terkena Hipertensi
Hipertensi terjadi seperti sebuah selang kecil tipis berisi terlalu banyak air yang menekan. Bila tertekan terus, selang akan bocor dan pecah (Lysis) (Saraswati. S, 2009).
1. Bila sumbatan terjdi di pembuluh otak, timbullah stroke.
2. Bila terjadi di pembuluh darah jantung, jadilah serangan jantung.
3. Bila kerusakan terjadi di pembuluh darah diretina mata, bisa menyebabkan kebutaan.
4. Bila mengenai pembuluh darah di ginjal, bisa menyebabkan gagal ginjal.
Hipertensi primer terjadi akibat dampak dari gaya hidup seseorang, dan faktor lingkungan, serta beberapa faktor yang belum jelas diketahui penyebabnya. Mungkin karena faktor-faktor usia, kurang olahraga, stres psikologis, keturunan, dan lain-lain. Sekitar 90 % pasien hipertensi diperkirakan termasuk kategori ini.
Sedangkan, hipertensi sekunder adalah hipertensi akibat dari adanya penyakit lain, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, atau terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah, dan lain-lain. Sekitar 5-10% penderita hipertensi sekunder berhubungan dengan penyakit ginjal, 1-2% berhubungan dengan kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya, pil KB). Sedangkan sisanya disebabkan oleh berbagai faktor lain. Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif, stres, alkohol, ataupun garam dalam makanan dapat memicu terjadinya hipertensi bagi orang tertentu yang memeiliki kepekaan faktor keturunan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stres berlalu, tekanan darah biasanya akan normal kembali. Organ-organ penjaga yang membuat tekanan darah meliputi:
1. Jantung
2. Pembulu Darah
3. Otak dan System Saraf Otonomik (saraf kehidupan)
4. Ginjal
5. Sebagian Hormon (Hormon Kortison, Adrenalin, Aldosteron, Hormon Tiroksin, Hormon Antinatriuretik Peptid)
Sebagian ini terlibat dalam mempertahankan tekanan darah senantiasa konstan normal (Santoso. D, 2010).
Jadi, beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder adalah;
1. Penyakit-penyakit ginjal, misalnya stenosis arteri renalis, pielonefretis, glomerulonefretis, tumor-tomor ginjal, polikista ginjal, dan lain-lain.
2. Kelainan hormonal, misalnya hiperaldosteronisme, sindroma cushing, dan feokromositoma.
3. Obat-obatan tertentu, misalnya pil KB kortikosteroid, sikllosporin, eritropoetin, kokain, alkohol, dan kayu manis.
4. Penyebab lain, seperti koartasio aorta, preeklamsi pada kehamilan, perforia intermitten akut, dan keracunan timbal akut (Saraswati. S, 2009).
2.8 Perjalanan Sampai Terkena Hipertensi
Menurut Saraswati. S, (2009) yang mengatakan hipertensi pada awalnya tergantung dari faktor genetika, namun pada perjalanannya dipengaruhi pula oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pola makan. Orang yang tanpa disadari telah terbiasa menyantap makanan yang asin secara berlebihan dan kebetulan orang tersebut sensitif terhadap garam (menurut statistik sensibilitas orang terhadap garam hanya 33%), maka lama kelamaan, akan merasakan tubuhnya berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya dan sering merasakan aneka gejala yang tidak enak. Setelah diperiksakan diri ke dokter, baru diketahui tubuhnya mengidap hipertensi. Hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun (tidak ada keluhan pusing dan sebagainya). Ini yang sering berbahaya karena pasien sering menganggap tekanan darahnya sudah normal.
2. Olahraga. Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah dan mempercepat penyebaran impuls urat saraf kebagian tubuh atau sebaliknya sehingga tubuh senantiasa bugar.
3. Istirahat. Seseorang dengan aktivitas berat atau dalam kondisi stres bisa mengalami tekanan darah yang meningkat. Tekanan darah yang meningkatkan ini akan semakin membuat stres. Jadi, stres dan tekanan darah tinggi memang seperti “Lingkaran Setan”.
2.9 Klasifikasi
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu- satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Tekanan darah diukur dalam satuan millimeter mercury (mmHg) dan digambarkan sebagai dua angka tekanan darah sistolik terhadap tekanan diastolik. Tekanan sistolik anda tulis didepan, sedangkan diastolik dibelakang. Jika hasil pengukuran tensi 120/80 mmHg, artinya sistolik anda 120 dan diastolik adalah 80. Pengukuran didasarkan dalam arteri yang menyebabkan naiknya kolom air raksa pada alat pengukuran tekanan darah (Puspitorini. M, 2009). Para ahli memberikan klasifikasi tekanan darah yang berbeda-beda, namun pada dasarnya seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi jika tensinya di atas 140/90 mmHg. Menurut WHO, tekanan darah dianggab normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal tinggi. Seventh Report of the Jointh National Committee VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu.
Tabel 2.1: | Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII |
KATEGORI | SISTOLIK (mmHg) | DIASTOLIK (mmHg) |
Optimal | <120 | <80 |
Normal | <130 | <85 |
Normal-Tinggi | 130-139 | 85-89 |
Hipertensi | ||
Stadium I* | 140-159 | 90-99 |
Stadium II* | 160-179 | 100-109 |
Stadium III* | 180 | 110 |
Keterangan:
*) berdasarkan rata-rata pada dua kali atau lebih penguluran tekanan darah saat kedatangan pasien untuk pemeriksaan
Merujuk dari data pusat kesehatan jantung, paru-paru dan darah di Amerika Serikat (NHLBI), tekanan darah 140/90 mmHg ke atas tergolong tinggi, sedangkan antara 120-80 mmHg dikatakan prahipertensi.
Lembaga Kesehatan Nasional Amerika mengklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.2: | National Institute of Health |
Kategori | Sistolik | Diastolik |
Normal | ≤119 | <79 |
Pra-hipertensi | 120-139 | 80-89 |
Hipertensi derajat 1 | 140-159 | 90-99 |
Hipertensi derajat 2 | ≥160 | ≥100 |
2.10 Patogenesis Hipertensi
Jantung adalah organ yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, tidak heran bila seorang manusia mempunyai masalah dengan penyakit jantungnya, akibat paling seringnya adalah kematian (Maulana. M, 2008). Dan menurut Gayton & Hall, (2007) bila seseorang dalam keadaan istirahat, setiap menitnya jantung hanya akan memompa 4 sampai 6 liter darah. Selama bekerja berat, jantung mungkin perlu memompa darah sebanyak empat sampai tujuh kali lipat. Dua alat dasar yang mengatur volume darah yang dipompa oleh jantung adalah pengaturan intrinsik pemompa jantung sebagai respon terhadap perubahan volume darah yang mengalir ke dalam jantung, dan pengendalian frekuensi denyut jantung dan kekuatan pemompa jantung oleh sistem saraf otonom.
Menurut Saraswati. S, (2009) terjadinya hipertensi sebagai berikut: Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac aouput. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Dan mekanisme lainya terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-Converting Enzyme (ACE). ACE memang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi dihipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosterol merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Sekitar 9-10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab dari penyakit mereka ini. Hipertensi dapat diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Apabila salah satu dari orangtua anda terkena lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki orang tua yang menderita hipertensi. Gejala-gelaja hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa gatal, kelemahan pada otot, mual, muntah, sesak nafas, dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, perdarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan. Namun, hipertensi sebenarnya sulit disadari karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan, dan sakit kepala biasanya jarang berhubungan langsung dengan hipertensi. Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur.
Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskuler; seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Kadang-kadang, penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran, dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut enselopati hipertensi, yang memerlukan penanganan segera.
Resiko terkena hipertensi dapat diperkecil dengan cara;
1. Mengontrol berat badan
2. Menjaga kebugaran
3. Menjaga pola makan
4. Menjaga pola makan yang seimbang dan membatasi konsumsi alkohol serta menghindar obat-obatan yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Faktor lain dengan kemungkinan yang lebih baik kecil sebagai penyebab hipertensi adalah adanya kelainan ginjal atau kelenjar endokrin. Hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan.
2.11 Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi terjadi karena adanya kerusakan salah satu bahkan lebih pada organ tubuh. Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama sehingga organ tidak mampu bertahan dalam keadaan itu. Organ-organ ini disebut dengan target organ hipertensi. Organ-organ itu meliputi otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, dan ginjal (Dewi. S & Familia. D, 2010).
Pada otak, hipertensi akan menimbulkan komplikasi yang cukup parah, yaitu stroke. Namun apabila hipertensi dapat dikendalikan, resiko stroke juga dapat menurun. Selain stroke, akibat komplikasi pada otak adalah daya ingat menurun atau mulai pikun (dimensia), dan kehilangan kemampuan mental yang lain.
Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada retina (bagian belakang mata) robek. Darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kebutaan.
Sementara itu, komplikasi yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah dapat dijabarkan seperti dibawah ini (Dewi. S & Familia. D, 2010).
a. Arteriosklerosis atau penyumbatan dipembuluh darah atau terjadinya pergeseran pembuluh darah arteri karena tekanan yang terlalu besar. Dikarenakan hipertensi yang tinggi, dinding arteri lama-kelamaan akan kaku dan menebal. Akibatnya, aliran darah mejadi tidak lancar. Selain itu, juga dibutuhkan tekanan yang lebih kuat sebagai kompensasi atau imbalannya.
b. Aterosklerosis atau ateroklerosis suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh endapan lemak, trombosit, magrofag, dan leukosit diseluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Lebih singkatnya, ateroklerosis merupakan endapan lemak pada lapisan dinding arteri. Penumpukan lemak pada jumlah besar disebut plak. Pembentuan plak di dalam pembuluh darah sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga organ-organ tubuh akan mengalami kekurangan pasokan darah.
c. Aneurisme, istilah ini mungkin masih asing ditelinga kita. Tidak aneh karena memang penyakit ini belum sepopuler penyakit mematikan lainnya. Bahkan, data mengenai penyakit ini pun belum begitu jelas di Indonesia. Padahal, jika terjadi kematian mendadak hanya ada dua kemungkinannya, yaitu serangan jantung dan jika menyerang otak hampir dapat dipastikan itu aneurisme. Aneurisme adalah kelainan pembuluh darah di otak karena lemahnya dinding pembuluh darah. Dinding pembuluh darah tesebut tidak mampu menahan tekanan darah yang relatif tinggi. Melalui proses sekian lama, terjadilah penggelembungan atau pelebaran yang disebut dilatasi. Gelembung yang awalnya kecil itu dapat membesar seiring bertambahnya usia dan makin melemahnya dinding pembuluh. Kondisi ini akan menjadi fatal jika kemudian pecah.
d. Penyakit pada arteri koronaria. Arteri koronaria adalah pembuluh darah utama yang membersihkan pasokan darah pada otot jantung. Apabila arteri ini mengalami gangguan, misalnya plak, maka aliran darah ke jantung akan terganggu sehingga organ-organ tubuh kekurangi darah.
e. Ginjal, hipertensi yang lama/berat dapat menyebabkan kerusakan ginjal sehingga fungsi ginjal menurun. Fungsi ginjal yang menurun menyebabkan darah yang disaring menjadi berkurang sehingga jumlah urin yang dihasilkan menurun dan zat-zat yang seharusnya dibuang seperti urea menumpuk dalam darah/plasma. Kondisi seperti ini lama-kelamaan dapat meracuni tubuh. Kerusakan ginjal juga menyebabkan peningkatan albumin dalam urin sehingga dapat menyebabkan kekurangan albumin (albuminemia) yang dapat menyebabkan keluarnya cairan dari pembuluh darah ke jaringan dengan segala manifestasinya seperti asites (busung air), edema harus diperiksa fungsi ginjal (serum creatinin, creatinin clearance, protein urin, dan albumin).
2.3. Manfaat Mentimun Terhadap Perubahan Hipertensi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara detail manfaat dari beberapa kandungan yang ada pada mentimun sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Menurut Solanki. P, (2011) menyatakan beberapa mekanisme bagaimana kalium dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut: Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi sehingga menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan output jantung. Karena mentimun memiliki sekitar 95% dari kandungan air mereka adalah cara terbaik untuk meningkatkan asupan serat dan air. Ada tingginya kandungan vitamin A, B6 dan C hadir dalam daging mentimun. Selain itu sayuran ini diketahui memiliki konsentrasi tinggi mineral seperti kalsium , kalium, magnesium, dan silika. Berikut ini adalah bagan yang mewakili nilai gizi mentimun.
Tabel 2.3: | Nilai gizi dalam mentimun (mg/100 gram) |
No | Gizi | Konten | mmol |
1 | Karbohidrat | 3.63 gm | - |
2 | Gula | 1,67 gm | - |
3 | Diet Serat | 0,5 gm | - |
4 | Lemak | 0,11 gm | - |
5 | Protein | 0,65 gm | - |
6 | Thiamin (vitamin B1) | 0,027 mg | - |
7 | Riboflavin (Vitamin B2) | 0,033 mg | - |
8 | Niacin (vitamin B3) | 0,098 mg | - |
9 | Asam pantotenat (vitamin B5) | 0,259 mg | - |
10 | Vitamin B6 | 0,040 mg | - |
11 | Folat (Vitamin B9) | 7 pg | - |
12 | Vitamin C | 2,8 mg | - |
13 | Kalsium | 16 mg | 250 mmol |
14 | Besi | 0,28 mg | 170 mmol |
15 | Magnesium | 13 mg | 420 mmol |
16 | Fosfor | 24 mg | 320 mmol |
17 | Kalium | 147 mg | 260 mmol |
18 | Seng | 0,20 mg | 150 mmol |
19 | Silika | 2%/100 g | - |
Tabel 2.4: | Nilai kalori dalam mentimun (mg/100 gram) |
No | Kalori | % DV (Daily Value) |
1 | Dari Karbohidrat | 6.5 (27.2 kJ) |
2 | Dari Lemak | 0,5 (2,1 kJ) |
3 | Dari Protein | 0,8 (3,3 kJ) |
Karena kandungan air pada mentimun yang tinggi maka mentimun menurunkan tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretik. Air mentimun juga menjaga kesehatan ginjal dan aktivitasnya sehingga dapat mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin. Kandungan kalium (potasium) membantu mengatur saraf perifer dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Cara kerja kalium berbeda dengan natrium, kalium (potasium) merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah (Amran Y dkk, 2010).
Daging mentimun ini kebanyakan air, tetapi juga mengandung asam askorbat (vitamin C) dan asam caffeic, baik yang membantu menenangkan iritasi kulit dan mengurangi pembekakan. Kandungan yang terdapat pada mentimun antara lain 0.65% protein, 0.1% lemak dan karbohidrat sebanyak 2.2%, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, vitamin A, B1, B2, dan C. Kontrol tekanan darah tinggi karena sumber yang kaya mentimun kalium, magnesium dan kaya akan serat yang bisa mengurangi tekanan darah tinggi ke tingkat yang sehat. Fakta yang terjadi pada mentimun diantaranya:
1. 100 gram mentimun mengandung hanya 15 kalori. Mereka tidak memiliki lemak atau kolesterol, dan kandungan serat yang tinggi membantu mengurangi sembelit dan dapat melindungi terhadap kanker usus besar.
2. Mentimun adalah sumber kalium, yang merupakan elektolit yang diperlukan, adalah hati yang ramah, dan dapat membantu mengurangi denyut jantung.
Kalium seperti halnya natrium, merupakan ion bermuatan positif, akan tetapi berbeda dengan natrium, kalium terutama terdapat di dalam sel. Perbandingan natrium dan kalium didalam cairan intraseluler adalah 1:10, sedangkan di dalam cairan ekstraseluler 28:1. Sebanyak 95% kalium tubuh berada didalam cairan intraseluler. Absorpsi dan ekskresi kalium diabsorbsi dengan sangat mudah dalam usus halus. Sebanyak 80-90% kalium yang dimakan diekskresikan melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat dan cairan lambung. Taraf kalium darah dipelihara oleh ginjal melalui kemampuannya menyaring, mengabsorpsi kembali dan mengeluarkan kalium di bawah pengaruh aldosteron. Kalium dikeluarkan dalam bentuk ion dengan menggantikan ion natrium melalui mekanisme pertukaran didalam tubulus ginjal. Fungsi dari kalium adalah bersama natrium, kalium memegang peranan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein. Kalium berperan dalam pertumbuhan sel. Taraf kalium dalam otot berhubungan dengan masa otot dan simpangan glikogen, oleh karena itu bila otot berada dalam pembentukan dibutuhkan kalium dalam jumlah cukup. Tekanan darah normal memerlukan perbandingan antara natrium dan kalium yang sesuai di dalam tubuh. Perkiraan kebutuhan kalium di dalam tubuh, karena merupakan bagian esensial semua sel hidup, kalium banyak terdapat dalam bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Kebutuhan minimum akan kalium sebanyak 2000 mg sehari. Dan apabila pemenuhan kalium kurang dari minimum maka jantung akan berdebar-debar detaknya dan menurunkan kemampuan untuk memompa darah.
Magnesium (Mg) adalah kation nomor dua paling banyak setelah natrium di dalam cairan intraseluler. Magnesium di dalam alam merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium dalam tumbuh-tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin di dalam darah manusia yaitu untuk pernafasan. Magnesium terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Kurang lebih dari 60% dari 20-28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% di dalam otot dan selebihnya di dalam jaringan lunak lainya serta cairan tubuh. Dalam hal ini peranan magnesium berlawanan dengan kalsium. Kalsium merangsang konstraksi otot, sedangkan magnesium mengendorkan otot. Kalsium mendorong penggumpalan darah sedangkan magnesium memecah. Kalsium menyebabkan ketegangan saraf, sedangkan magnesium melemaskan saraf. Sumber magnesium, sumber utama adalah sayuran hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan, daging, susu dan hasilnya serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik (Almatsier. S, 2009).
Angka kecukupan magnesium sehari yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5: | Angka kecukupan magnesium yang dianjurkan |
Golongan Umur | AKM * (mg) | Golongan Umur | AKM * (mg) |
0-6 bulan | 25 | Wanita | |
7-11 bulan | 55 | 10-12 tahun | 180 |
1-3 tahun | 60 | 13-15 tahun | 230 |
4-6 tahun | 90 | 16-18 tahun | 240 |
7-9 tahun | 120 | 19-29 tahun | 250 |
30-49 tahun | 270 | ||
Pria | 50-64 tahun | 270 | |
10-12 tahun | 170 | ≥ 65 tahun | 270 |
13-15 tahun | 220 | ||
16-18 tahun | 270 | Hamil | + 40 |
19-29 tahun | 290 | ||
30-49 tahun | 300 | Menyusui | |
50-64 tahun | 300 | 0-6 bulan | + 0 |
≥ 65 tahun | 300 | 7-12 bulan | + 0 |
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004
*Angka Kecukupan Magnesium
2.4. Kebutuhan Kalium Untuk Menurunkan Hipertensi
Kebutuhan kalium dalam tubuh dalam sehari membutuhkan 2000 mg. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk menggantikan kalium yang hilang. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg kalium), kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg kalium) (Kurniawan. A, 2012). Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi) (Khomsah, 2012).
Konsumsi kalium dalam jumlah yang tinggi dapat melindungi individu dari hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Anonymous, 2011). Sementara di dalam Majalah Nirmala, (2008) penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi mentimun, karena kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam timun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Serta mineral magnesium yang juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf.
2.5. Penelitan Tentang Pengaruh Kalium Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tinggi
Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara singkat hasil penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian tentang pengaruh kalium terhadap penurunan tekanan darah diantaranya pengaruh jus tomat dan pengaruh tambahan asupan kalium dari diet terhadap penurunan tekanan darah.
1. Menurut penelitian Raharjo. P, (2007) tentang Pengaruh Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di Desa Wonorejo Kecematan Lawang Tahun 2007 yang penelitian ini dilakukan selama 2 hari dan respondennya diukur tekanan darahnya 5 menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,90 menit setelah konsumsi jus tomat dan hasilnya menunjukkan ada pengaruh pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah dan penurunan terbesar pada 30 menit setelah pemberian jus tomat.
2. Menurut penelitian Amran. Y dkk, (2010) Tentang Pengaruh Tambahan Asupan Kalium dari Diet terhadap Penurunan Hipertensi Sistolik Tingkat Sedang pada Lansia yang mengamati pengaruh tambahan asupan kalium dalam diet terhadap penurunan tekanan darah sistolik. Buah-buahan yang lebih banyak ditambahkan ke dalam diet harian untuk 12 orang lanjut usia dan tekanan darah mereka dipantau selama 14 hari. Perubahan tekanan darah sistolik setelah diberikan buah-buahan mengandung kalium. Perubahan yang terjadi mengarah pada penurunan tekanan darah sistolik setelah diberi intervensi. Penurunan tekanan darah sistolik pada lansia cukup bervariasi.
makasih banyak gan artikelnya
BalasHapushalo dok...
BalasHapusizin copas artikelnya dok...
trima kasih...
wah mantaaap..
BalasHapusterimakasih artikelnya membantu skripsi saya :)
BalasHapus