TERBALIK: ISTRI LEBIH PATUH KEPADA ATASAN KERJANYA DARIPADA KEPADA
SUAMINYA
Yan Karta Sakamira
22 Januari 2018
TUGAS UTAMA ISTRI PATUH PADA SUAMINYA
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا
وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا
ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa
sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari
perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita
yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja
yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
SAAT WANITA MENINGGAL DUNIA, LANTAS SUAMINYA RIDHA, DIA MASUK SURGA
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ
وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya,
maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854)
WANITA YANG PALING BAIK, ADALAH WANITA YANG MENTAATI SUAMINYA
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ
إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling
menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak
menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai
dan Ahmad)
SEANDAINYA BOLEH, ISTRI HARUS SUJUD PADA SUMINYA
Dari Abu Harairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ
يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku
akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR: Tirmidzi, Ibnu
Hibban, Baihaqi)
WANITA PENGHUNI SURGA, JIKA SUAMINYA MARAH, DIA DATANG DAN MINTA
RIDHANYA
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang sifat wanita
penghuni Surga,
وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ:
اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا؛ اَلَّتِي إِذَا غَضِبَ
جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِيْ يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ
غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى
“Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh
kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang
apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas
tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau
ridha.’” (HR: Thabrani, Nasa’i)
SUAMI MERUPAKAN SURGA ATAU NERAKA BAGI ISTRINYA
Dikisahkan pada zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ada
seorang wanita yang datang dan mengadukan perlakuan suaminya kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dari Hushain bin Mihshan, bahwasanya saudara
perempuan dari bapaknya (yaitu bibinya) pernah mendatangi Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam karena ada suatu keperluan. Setelah ia
menyelesaikan keperluannya, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepadanya, “Apakah engkau telah bersuami?” Ia menjawab, “Sudah.” Beliau bertanya
lagi, “Bagaimana sikapmu kepada suamimu?” Ia menjawab, “Aku tidak pernah
mengurangi (haknya) kecuali yang aku tidak mampu mengerjakannya.”
Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ،
فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ.
“Perhatikanlah bagaimana hubunganmu dengannya karena suamimu
(merupakan) Surgamu dan Nerakamu.” (HR: an-Nasa-i, Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi)
ISTRI DILARANG MENOLAK AJAKAN SUAMINYA
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ
إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ (فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا) لَعَنَتْهَا
الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur (untuk
jima’/bersetubuh) dan si isteri menolaknya [sehingga (membuat) suaminya murka],
maka si isteri akan dilaknat oleh Malaikat hingga (waktu) Shubuh.” (HR:
Bukhari, Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, ad-Darimi, al-Baihaqi)
ISTRI DILARANG MENOLAK AJAKAN SUAMINYA WALAUPUN SEDANG SIBUK
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ
لاَ تُؤَدِّى الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّّهَا حَتَّى تُؤَدِّى حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ
سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
“Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang wanita
tidak akan bisa menunaikan hak Allah sebelum ia menunaikan hak suaminya.
Andaikan suami meminta dirinya padahal ia sedang berada di atas punggung unta,
maka ia (isteri) tetap tidak boleh menolak.” (HR: Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu
Hibban)
ISTRI DILARANG PUASA SUNNAH TANPA IJIN SUAMINYA, SAAT SUAMINYA ADA
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَصُمِ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا
شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنْ فِيْ بَيْتِهِ وَهُوَ شَاهِدٌ إِلاَّ
بِإِذْنِهِ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ كَسْبِهِ مِنْ غَيْرِ أَمْرِهِ فَإِنَّ نِصْفَ
أَجْرِهِ لَهُ.
“Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnat) sedangkan suaminya ada
(tidak safar) kecuali dengan izinnya. Tidak boleh ia mengizinkan seseorang
memasuki rumahnya kecuali dengan izinnya dan apabila ia menginfakkan harta dari
usaha suaminya tanpa perintahnya, maka separuh ganjarannya adalah untuk
suaminya.” (HR: Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Para istri hendaklah kalian patuh pada suami, jangan sampai terbalik,
lebih patuh kepada atasan di tempat kerjanya daripada kepada suaminya.
Semoga bermanfaat, Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar