KUNCI SUKSES HIDUP
Yan Karta Sakamira
10 Januari 2018
BERCITA-CITALAH MENJADI MUTAQIN
Orang yang paling mulia adalah orang yang paling tinggi taqwanya kepada
Allah, yaitu dengan menunaikan kewajiban dan menjauhi maksiat. Kemuliaan
seseorang bukan dilihat dilihat dari kekayaannya, pangkatnya, maupun
keturunannya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
JANGAN PERNAH MENINGGALKAN SHALAT
Amal perbuatan manusia ditentukan oleh shalatnya, jika shalatnya baik,
maka baik pulalah amalan lainnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ
العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ
أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ
فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ
لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ
ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ
الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
” .
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan
keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan
merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa
Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada
hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan
menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti
itu.”
Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti
itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no.
864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian
shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)
JANGAN PERNAH BERBUAT SYIRIK
Syirik merupakan dosa yang tidak diampuni oleh Allah, sedangkan dosa
lainnya walaupun sebanyak buih di lautan, akan diampuni oleh Allah, jika
beristiqfar dan bertaubat.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
BERBHAKTILAH KEPADA KEDUA ORANGTUA
Esensi hidup didunia adalah mencari ridha Allah, carilah ridha Allah
melalui ridha orangtua.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ،
وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung
pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam
al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394).
SEMPURNAKAN AMALAN WAJIB DENGAN AMALAN SUNNAH
Kewajiban kita beribadah kepada Allah dengan sempurna. Namun dengan
kelemahan kita, selalu ada kekurangan dalam ibadah itu.
Di antara cara menyempurnakan kekurangan yang ada pada shalat fardhu
kita adalah dengan manambah shalat sunnah rawatib. Yaitu shalat sunnah yang
mengiringi shalat fardhu; sebelum dan atau sesudahnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: aku mendengar
RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ
الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ
أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ
فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ
تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ
سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah
shalatnya. Apabila bagus maka ia telah beruntung dan sukses. Bila rusak maka ia
telah rugi dan menyesal. Apabila ada kekurangan sedikit dari shalat wajibnya
maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Lihatlah, apakah hamba-Ku itu memiliki
shalat tathawwu’ (shalat sunnah)?” Lalu shalat wajibnya yang kurang tersebut
disempurnakan dengannya, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian.”
(HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Al-Nasai. Hadits ini dishahihkan Syaikh
Al-Albani)
Dalam redaksi Abu Dawud disebutkan,
قَالَ : انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ
تَطَوُّعٍ ؟ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ ، قَالَ : أَتِمُّوا لِعَبْدِي
فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ
“Allah berfirman: lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki shalat tathawwu’?
Jika ia punya shalat tathawwu’, Allah berfirman: Sempurnakan shalat fardhu
hamba-Ku melalui shalat tathawwu’nya.”
Hadits ini menerangkan salah satu faidah utama shalat sunnah rawatib
adalah menyempurnakan kekurangan dalam shalat fardhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar