MENJADIKAN TAKDIR SEBAGAI ALASAN
Yan Karta Sakamira
3 Januari 2018
Allah telah memerintahkan kepada kita untuk beriman dan taat
kepada-Nya, dan melarang kita berbuat kekufuran dan kemaksiatan, sedangkan apa
yang telah ditakdirkan kepada kita, kita sama sekali tidak mengetahuinya.
Oleh karena itu, alasan dari orang-orang yang kufur dan sesat, dan
mereka meyakini bahwa kesesatannya adalah takdir yang telah diputuskan oleh Allah untuknya, tidaklah bisa diterima.
Allah berfirman:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: Beramalah kalian semua, maka Allah, Rasul-Nya dan
orang-orang mukmin akan melihat amal kalian”. (QS. at-Taubah: 105)
Adapun setelah ketetapan (qadha) tersebut telah terjadi, maka baru
dibolehkan untuk digunakan sebagai alasan, dan hal ini dapat meringankan
perasaan orang mukmin, bahwa apa yang telah diusahakan, itulah ketetapan Allah.
Perlu diingat bahwa apapun bentuk ketetapan Allah, maka itulah yang
terbaik bagi kita. Jika ketetapan itu kurang baik, maka yang perlu kita lakukan
adalah bersabar, sedang jika ketetapan itu kesenangan, maka kita perlu
bersyukur kepada Allah.
Sumber: Musthafa al-Bugho, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Alam Books
Publishing, Depok, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar