PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Kamis, 04 Januari 2018

MENJADIKAN TAKDIR SEBAGAI ALASAN



MENJADIKAN TAKDIR SEBAGAI ALASAN

Yan Karta Sakamira
3 Januari 2018

Allah telah memerintahkan kepada kita untuk beriman dan taat kepada-Nya, dan melarang kita berbuat kekufuran dan kemaksiatan, sedangkan apa yang telah ditakdirkan kepada kita, kita sama sekali tidak mengetahuinya.

Oleh karena itu, alasan dari orang-orang yang kufur dan sesat, dan mereka meyakini bahwa kesesatannya adalah takdir yang telah diputuskan  oleh Allah untuknya, tidaklah bisa diterima.

Allah berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Katakanlah: Beramalah kalian semua, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang mukmin akan melihat amal kalian”. (QS. at-Taubah: 105)

Adapun setelah ketetapan (qadha) tersebut telah terjadi, maka baru dibolehkan untuk digunakan sebagai alasan, dan hal ini dapat meringankan perasaan orang mukmin, bahwa apa yang telah diusahakan, itulah ketetapan Allah.

Perlu diingat bahwa apapun bentuk ketetapan Allah, maka itulah yang terbaik bagi kita. Jika ketetapan itu kurang baik, maka yang perlu kita lakukan adalah bersabar, sedang jika ketetapan itu kesenangan, maka kita perlu bersyukur kepada Allah.

Sumber: Musthafa al-Bugho, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Alam Books Publishing, Depok, 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar