SEKILAS
TENTANG GIZI IBU HAMIL
1.
Pengertian
Gizi
atau disebut juga nutrisi, merupakan ilmu yang mempelajari perihal makanan
serta hubungannya dengan kesehatan. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi)
membahas sifat-sifat nutrient (zat-zat gizi) yang terkandung dalam makanan,
pengaruh metaboliknya serta akibat yang timbul bila terdapat kekurangan
(ketidak cukupan) zat gizi. (Francin, 2004: 4)
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta mengahasilkan enegi
(Supariasa, dkk, 2003: 17). Sedangkan menurut (Francin, 2005: 30), Gizi ibu
hamil adalah makanan sehat dan seimbang yang harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilannya, dengan porsi dua kali makanan orang yang tidak hamil.
2.
Gizi Seimbang
Berbagai
gangguan gizi dan masalah psikososial, dapat dicegah melalui penunjang dari
orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk selalu menyediakan makanan
dengan gizi seimbang bagi anggota keluarganya. Perlu diketahui bahwa yang
dimaksud dengan gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi individu dalam
satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.
Upaya
menanggulangi masalah gizi seimbang, yakni “Gizi Kurang” dan “Gizi Lebih”,
adalah dengan membiasakan mengkonsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat
gizi yang seimbang. Untuk maksud tersebut, ada 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang,
yaitu:
1)
Makanlah
aneka ragam makanan
2)
Makanlah
makanan untuk memenuhi kecukupan gizi
3)
Makanlah
makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4)
Batasi
konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
5)
Gunakan
garam beryodium
6)
Makanlah
makanan sumber zat besi
7)
Berikan
air susu ibu (ASI) saja pada bayi sampai umur enam bulan
8)
Biasakan
makan pagi
9)
Minumlah
air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10)
Lakukan
kegiatan fisik dan olah raga secara teratur
11)
Hindari
minum minuman beralkohol
12)
Makanlah
makanan yang aman bagi kesehatan
13)
Bacalah
label pada makanan yang dikemas (Francin, 2004 : 34).
3.
Penilaian Status Gizi
Penilaian
status gizi wanita hamil meliputi evaluasi terhadap faktor resiko, diet,
pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Penilaian tentang asupan pangan dapat
diperoleh melalui ingatan 24 jam (24-hour recall) atau metode lainnya.
Faktor
resiko diet dalam dua kelompok, yaitu resiko selama hamil dan resiko selama
perawatan (antenatal). Resiko yang pertama adalah (a) usia dibawah 18 tahun,
(b) keluarga prasejahtera, (c) food faddism, (d) perokok berat, (e) pecandu
obat dan alkohol, (f) berat < 80 %
atau >120 % berat baku, (g) terlalu sering hamil lebih dari 8 kali dengan
sela waktu kurang dari 1 tahun, (h) riwayat obstetri buruk, pernah melahirkan
anak mati, dan (i) tengah menjalani terapi gizi untuk penyakit sistemik.
Sementara itu, pertambahan berat tidak adekuat (< 1 kg/ bulan), pertambahan
berat berlebihan ( > 1 kg/ minggu), Hb < 11 gram (terendah 9,5 gram) dan
Ht < 33 (terendah 30) termasuk ke dalam resiko kedua.
Resiko
lain yang tidak langsung berkaitan dengan gizi adalah (1) tinggi badan < 150
cm, (2) tungkai terkena polio, (3) hemoglobin < 8,5 mg %, (4) tekanan darah
> 140/ 90 mmHg, edema dan albuminuria > 2+, (5) presentasi bokong, (6)
janin kembar, (7) perdarahan vagina, dan (8) malaria endemik. (Arisman, 2009: 8)
2.4.4 Faktor Yang mempengaruhi Gizi ibu hamil
Berat
badan bayi baru lahir ditentukan oleh (disamping faktor genetis) status gizi
janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu
melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu
konsepsi. Status gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh (1) keadaan sosial
dan ekonomi ibu sebelum hamil, (2) keadaan kesehatan dan gizi ibu, (3) jarak
kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, (4) paritas, dan usia
kehamilan pertama.
Status
gizi ibu pada waktu melahirkan ditentukan berdasarkan keadaan kesehatan dan
status gizi waktu konsepsi, juga berdasarkan (a) keadaan sosial dan ekonomi
waktu hamil, (b) derajat pekerjaan fisik, (c) asupan pangan, dan (d) pernah
tidaknya terjangkit penyakit infeksi. Usia diperlukan untuk menentukan besarnya
kalori serta zat gizi yang akan diberikan. Status ekonomi, terlebih jika yang
bersangkutan hidup di bawah garis kemiskinan (keluarga prasejahtera), berguna
untuk pemastian apakah ibu berkemampuan membeli dan memilih makanan yang
bernilai gizi tinggi. Manfaat riwayat obstetri ialah membantu menentukan
besaran kebutuhan akan zat gizi karena terlalu sering hamil dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh.
Riwayat
kesehatan dan penggunaan obat membantu dokter dalam penyiapan gizi khusus.
Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat diaplikasikan pada wanita hamil,
perubahan fisiologis selama hamil dapat digunakan sebagai petunjuk. Berat badan
rendah sebelum konsepsi, serta pertambahan berat yang tidak adekuat merupakan
penilaian langsung yang dapat digunakan untuk memperkirakan laju pertumbuhan
janin. Berat lahir berkorelasi positif dengan pertambahan berat total selama
hamil. (Arisman, 2004 : hal 8)
5.
Pola Pertambahan Berat Badan
Laju
pertambahan berat selama hamil merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan
pertambahan berat itu sendiri. Karena itu, sebaiknya menentukan patokan besaran
pertambahan berat sampai kehamilan berakhir sekaligus memantau prosesnya, dan
kemudian mencatatnya dalam KMS ibu hamil.
Selama
trimester I, kisaran pertambahan berat sebaiknya 1-2 kg (350 - 400 gr/ mg);
sementara trimester II dan III sekitar 0,34 - 0,50 kg tiap minggu. Pertambahan
berat yang berlebihan setelah minggu ke-20 menyiratkan terjadinya retensi air
dan juga berkaitan dengan janin besar dan resiko penyulit. Namun demikian, masih
ada pengecualian dalam penggunaan patokan umum di atas karena pada hakekatnya
tujuan pertambahan berat kumulatif itu didasarkan pada berat dan tinggi badan
sebelum hamil. Meskipun begitu, pertambahan berat kumulatif wanita pendek (150
cm) cukup ditata sampai sekitar 8,8 - 13,6 kg. Mereka yang hamil kembar
dibatasi sekitar 15,4 - 20,4 kg. ( Arisman, 2009 : 11)
Tabel
2.1 Pertambahan berat badan berdasarkan
BMI sebelum hamil
Dikutip
dari “Brown, JE, Carlson, M. Nutrion and Multifetal pregnancy”, J Am Diet
Assos, 2000
NILAI BMI
|
BERAT BADAN
|
Rendah (< 19,8)
Normal ( 19,8-26,0)
Tinggi (26,1-29,0)
Obes (>29,0)
|
12,5-18,0 (kg)
11,5-16,0 (kg)
7,0-11,5 (kg)
6,0 (kg)
|
Sumber
: Arisman, 2009 : hal 11
Tabel
2.2 Pertambahan berat badan berdasarkan pertumbuhan melihat status gizi ibu
sebelum hamil
Kategori berat badan
berdasarkan BMI
|
Total kenaikan berat
badan (kg)
|
Pertambahan berat
badan
|
|
Trimester I
(kg)
|
Trimester I
(kg)
|
||
Normal (BMI 19,8-26)
Kurus (BMI <19 span="">19>
Lebih
Obesitas (BMI >29)
|
12,5 - 13
11,5 - 16
7 - 11,6
6
|
2,3
1,6
0,9
|
2,3
1,6
0,9
|
Sumber
: Francin, 2004 : 53
Status
gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil, merupakan faktor di samping
faktor lain seperti multiparitas, jarak kehamilan dan keadaan kesehatan yang
sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik dan
status kesehatannya selama hamil tidak buruk (tidak menderita hipertensi),
serta tidak berkebiasaan buruk (perokok atau pecandu alkohol), maka status gizi
bayi yang kelak dilahirkannya juga baik, begitu pula sebaliknya.
Wanita
yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan
cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang,
karena system syaraf pusat sangat peka pada 2-5 minggu pertama. Ibu penderita
malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (<2500 12="" 2009="" :="" banyak="" ditimbun="" gram="" iii.="" jaringan="" karena="" lemak="" risman="" selama="" span="" trimester="">2500>
6.
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Untuk
kesehatan ibu selama kehamilan maupun pertumbuhan dan aktifitas diferensiasi
janin, maka ibu dalam keadaan hamil harus cukup mendapat makanan bagi dirinya
sendiri maupun bagi janinnya. Makanan yang biasa dikonsumsi baik kualitas
maupun kuantitasnya harus ditambah dengan zat-zat gizi energi agar ibu dan
janin dalam keadaan sehat. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil berguna juga dalam
rangka memudahkan kelahirannya dan untuk produksi ASI bagi bayi yang akan
dilahirkannya.
Demi
suksesnya kehamilan menurut Huliana (2001) yang dikutip dalam buku karangan Erna Francin 2005: 57, keadaan gizi
ibu waktu konsepsi harus dalam keadaan baik, dan selama hamil harus mendapat
tambahan protein, mineral, vitamin, energi. (Francin, 2005: 57)
1.
Protein
Kebutuhan
tambahan protein tergantung pada kecepatan pertumbuhan janinnya. Trimester
pertama kurang dari 6 gram tiap hari sampai trimester kedua. Trimester terakhir
pada waktu pertumbuhan janin sangat cepat sampai 10 gram/hari. Bila bayi sudah
dilahirkan protein dinaikkan menjadi 15 gram/hari. Menurut WHO tambahan protein
ibu hamil adalah 0,75 gram/kg berat badan. (Francin, 2005: 57)
2.
Energi
Tambahan
energi selama hamil diperlukan baik bagi komponen fetus maupun perubahan yang
terdapat pada dirinya sendiri. Kurang lebih 27.000 Kkal atau 100 Kkal/hari
dibutuhkan selama mengandung. National Research Council (1980) menganjurkan
pemberian 2000 Kkal/hari bagi wanita berumur 25-50 tahun dengan tambahan 300
Kkal bagi mereka yang sedang mengandung. (Francin, 2005:57)
3.
Vitamin dan mineral
Bagi
pertumbuhan janin yang baik dibutuhkan berbagai vitamin dan mineral seperti
vitamin C, asam folat, zat besi, kalsium, zink, angka kecukupan yang dianjurkan
oleh National Research Council, US National Academy of Science
(1980),menunjukkan persentase tambahan gizi ibu hamil ialah energi 15%, protein
68%, vitamin A 25%, vitamin D 100%, vitamin E 25%, vitamin C 33%, untuk vitamin
kelompok B-kompleks 49%, tiamin 25%, riboflavin 15%, vitamin B6 100%, asam
folat 33%, dan vitamin B12, kalsium, fosfor dan magnesium 50%, zat besi 30%,
zink 33%, dan iodium 16%.
Tambahan
vitamin dan mineral bagi ibu hamil tidak melebihi 100% terkecuali zat besi.
Tambahan makanan lebih baik dikonsumsi dalam bentuk cairan seperti formula
dengan kandungan zat gizinya telah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Makanan
yang harus dihindari adalah yang mengandung zat warna, pengawet, dan penyedap
makanan, minuman alkohol, kafein karena mempunyai pengaruh buruk terhadap anak
yang dikandungnya.
Tabel
2.3 Kebutuhan vitamin untuk ibu hamil
Vitamin
|
Usia Dalam Tahun
|
|||
11-14
|
11-14
|
11-14
|
11-14
|
|
A (IU)
|
5000
|
5000
|
5000
|
5000
|
D (mg)
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
15,0
|
C (mg)
|
70,0
|
70,0
|
70,0
|
70,0
|
B1 (mg)
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
1,5
|
B2 (mg)
|
1,6
|
1,6
|
1,6
|
1,6
|
Niasin (mg)
|
17,0
|
17,0
|
17,0
|
17,0
|
B6 (mg)
|
2,4
|
2,4
|
2,4
|
2,4
|
Folasin (mg)
|
800
|
800
|
800
|
800
|
B12 (mg)
|
4,0
|
4,0
|
4,0
|
4,0
|
Sumber
: Nutrition in women’s health (Francin, 2004 : 95)
Tabel
2.4 Kebutuhan mineral untuk ibu hamil
Mineral
|
Usia dalam tahun
|
|||
11-14
|
11-14
|
11-14
|
11-14
|
|
Kalsium (mg)
|
1600
|
1600
|
1600
|
1600
|
Fosfor (mg)
|
1600
|
1600
|
1600
|
1600
|
Magnesium Zat
|
450
|
450
|
450
|
450
|
Besi (mg)
|
18
|
18
|
18
|
18
|
Zink (mg)
|
20
|
20
|
20
|
20
|
Iodin (mg)
|
175
|
175
|
175
|
175
|
Sumber
: Nutrition in women health ( Francin 2005 :96)
7.
Dampak Kekurangan Gizi Pada Ibu Hamil
Kekurangan
gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak
janin, bayi lahir dengan kurang darah (anemia), bayi mudah terkena infeksi, dan
dapat mengakibatkan abortus. Status gizi pada ibu hamil dapat ditingkatkan
dengan menganjurkan ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan yang memenuhi zat-zat
gizi. Unsur utama yang harus diperhatikan adalah konsumsi protein sebesar 2-2,5
gr/kg berat badan. Protein yang bermutu adalah protein hewani (telur, susu,
daging, ikan). Zat penting lainnya adalah asam lemak omega 3, yang banyak
dikandung oleh ikan laut terutama ikan lemuru. (Francin, 2005:96).
8.
Gizi Seimbang untuk Ibu hamil
Kebutuhan
nutrien meningkat selama hamil. Namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional. Contohnya, kebutuhan zat gizi tiga kali lipat selama
hamil, sedangkan kebutuhan vitamin B12 meningkat hanya kira-kira 10%.
Beberapa
hal yang penting diperhatikan:
1)
Kebutuhan
aktual selama hamil bervariasi diantara individu dan dipengaruhi oleh status
nutrisi sebelumnya dan riwayat kesehatan. Termasuk penyakit kronik, kehamilan
kembar, dan jarak kehamilan yang rapat.
2)
Kebutuhan
terhadap satu nutrien dapat diganggu oleh asupan yang lain. Misalnya, ibu yang
tidak memenuhi kebutuhan kalorinya akan membutuhkan jumlah protein yang lebih
besar.
3)
Kebutuhan
nutrisi tidak konstan selama perjalanan kehamilan. Kebutuhan nutrien sedikit
berubah selama trimester akhir. (Francin, 2005: 37)
9.
Prinsip Gizi pada Wanita Hamil
Kehamilan
adalah suatu hal dalam kehidupan yang dapat membuat keluarga bahagia. Pada
kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami. Para calon
ibu harus sehat dan mempunyai gizi cukup (berat badan normal) sebelum hamil dan
setelah hamil. Harus mempunyai kebiasaan makan yang teratur dan bergizi,
berolah raga teratur dan tidak merokok. Jika ibu tidak mendapat gizi yang cukup
selama kehamilan, maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi.
Jadi meskipun sudah cukup bulan, bayi tersebut akan lahir dengan berat badan di
bawah 2500 gram atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Ibu yang menderita
kekurangan gizi juga akan kekurangan ASI bila kelak menyusui.
ASI
mengandung zat-zat berkualitas untuk pertumbuhan manusia yaitu pertumbuhan
jasmani dan intelektual. ASI terutama mengandung asam dekosa heksaenoid (DHA)
yang mengisi sel-sel manusia mulai dari janin di dalam kandungan sampai berumur
2 – 3 tahun. Setelah itu, pertumbuhan otak manusia berangsur-angsur menurun
sampai berumur 5 – 7 tahun. Selama pertumbuhan sel-sel otak akan diisi zat DHA
dan bilamana zat DHA itu sedikit, maka sebagian sel otak akan diisi oleh lemak.
Selain adanya DHA tingkat IQ juga ditentukan oleh genetik (keturunan). Dalam
hal ini keturunan menentukan jumlah sel-sel otak dari tiap individu. Meskipun
secara genetik jumlah sel-sel individu pada bayi baru lahir lebih banyak,
tetapi kalau yang terisi dengan zat DHA sedikit (karena tidak mendapat ASI),
maka sebagian besar sel-sel otak akan diisi oleh lemak. Hal ini yang
menyebabkan IQ bayi menjadi rendah.
Markides
dkk. Tahun 1991 melakukan penelitian tingkat kecerdasan (IQ) pada bayi yang
mendapat susu bubuk dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat susu bubuk.
Ternyata setelah dimasukkan semua faktor confounding, secara bermakna bayi yang
mendapat ASI mempunyai IQ yang lebih tinggi. Surat Al-Baqarah ayat 233 yang
menyebutkan “untuk penyempurnaan penyusuan, susuilah sampai 2 tahun penuh”.
Baru terbukti setelah kurang lebih 1400 tahun, bahwa yang dimaksud
penyempurnaan adalah penyempurnaan gizi dan intelektual.
Ibu
hamil dianjurkan mengkonsumsi protein sekitar 2 – 2,5 g/kg berat badan. Protein
yang bermutu adalah protein hewani yang
dapat diperoleh dari telur, susu, ikan. Selain ASI ikan laut juga
mengandung asam lemak omega 3 (DHA), sehingga dianjurkan ibu hamil untuk
mengonsumsi ikan laut. Diantara jenis-jenis ikan laut yang terbanyak mengandung
DHA adalah ikan lemuru. Untuk pertumbuhan maupun aktivitas janin memerlukan
makanan yang disalurkan melalui plasenta, untuk itu ibu hamil harus mendapatkan
gizi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi mereka
kualitas maupun jumlah makanan yang biasanya cukup untuk kesehatannya harus
ditambah dengan zat-zat gizi dan energi agar pertumbuhan janin berjalan dengan
baik. Selama hamil ibu akan mengalami banyak perubahan dalam tubuhnya agar siap
membesarkan janinnya, memudahkan kelahiran dan untuk memproduksi ASI bagi bayi
yang akan dilahirkan.
Agar
kehamilan berjalan dengan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus
dalam keadaan yang baik dan selama hamil mendapatkan tambahan protein, mineral,
seperti zat besi dan kalsium, vitamin, asam folat dan energi. Nutrisi yang baik
selama kehamilan erat hubungannya dengan proses pertumbuhan berbagai organ
pendukung proses kehamilan seperti alat kandungan, mamae, dan lain-lain. Untuk
mendukung berbagai proses pertumbuhan dan peningkatan penggunaan energi, maka
kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat terutama pada trimester
II kehamilan. Peningkatan metabolisme berbagai zat gizi membutuhkan pula,
peningkatan kebutuhan suplai vitamin dan mineral. Kondisi gizi dan konsumsi ibu
yang sedang hamil akan berpengaruh pada kondisi fetus dan neonatus setelah
lahir. Kekurangan gizi pada ibu hamil akan berakibat berat badan lahir rendah,
kelahiran prematur, kematian pada bayi sebelum lahir.
Makanan
ibu hamil harus sesuai dengan kebutuhan yaitu makanan yang seimbang dengan
perkembangan masa kehamilan. Ibu hamil sebaiknya menerapkan menu empat sehat
lima sempurna. Triwulan I, pertumbuhan janin masih lambat sehingga kebutuhan
gizi untuk pertumbuhan janin belum begitu besar, tetapi pada masa ini sering
terjadi masalah-masalah “ngidam” dan muntah, karena itu kebutuhan gizi harus
diperhatikan. Triwulan II dan III, pada masa ini pertumbuhan janin berlangsung
lebih cepat dan perlu diperhatikan kebutuhan gizinya. Kebutuhan kalori wanita
normal sekitar 2200 Kkal, kebutuhan kalori ibu hamil ditambah 300 kalori
sehingga menjadi sekitar 2500 Kkal.
Komponen
pertambahan berat badan secara umum dibagi dua, yaitu produk kehamilan (janin,
cairan amnion, plasenta) dan jaringan tubuh ibu (darah, cairan ekstravaskuler,
uterus, payudara, lemak).
Proporsi
pertambahan berat badan adalah :
1)
Janin: 22 – 27 %
2)
Plasenta: 5 %
3)
Cairan
amnion: 6 %
4)
Ekspansi
volume darah : 10 %
5)
Pertumbuhan
uterus dan payudara: 11 %
6)
Peningkatan
cairan ekstraseluler: 13 %
7)
Peningkatan
lemak tubuh: 25 – 27 %
Kehamilan
itu merupakan masa yang sangat penting, karena pada masa ini kualitas seorang
anak ditentukan. Pemeliharaan kehamilan dimulai dari perencanaan menu yang
sangat benar. Masukan gizi pada ibu hamil sangat menentukan kesehatannya dan
janin yang dikandungnya. Janin sangat tergantung kepada ibunya, untuk
pernapasan, pertumbuhan, dan untuk melindunginya dari penyakit. Kebutuhan gizi
pada masa kehamilan berbeda dengan masa sebelum hamil, peningkatan kebutuhan
gizi hamil menurut Huliana (2001) sebesar 15 %, karena dibutuhkan untuk
pertumbuhan rahim, payudara, volume darah, plasenta, air ketuban dan
pertumbuhan janin.
Makanan
yang dikonsumsi ibu hamil dipergunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40 %,
sedangkan yang 60 % untuk memenuhi kebutuhan ibu. Apabila masukan gizi pada ibu
hamil tidak sesuai kebutuhan maka kemungkinan akan terjadi gangguan dalam
kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya (Francin, 2005:
53).
10.
Tanda Kecukupan Gizi pada Ibu Hamil
Tabel
2.5 Tanda kecukupan gizi pada ibu hamil (Nadesul, 2004)
Status
|
Tanda
|
Keadaan umum
Berat badan
Postur
Otot
Saraf
Pencernaan
Jantung
Vitalitas umum
Rambut
Kulit
Muka dan Leher
Bibir
Mulut
Gusi
Lidah
Gigi Geligi
Mata
Kelenjar
Kuku
Tungkai
|
Responsive,
gesit
Normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
Tegak , tungkai dan lengan lurus
Kuat, kenyal, sedikit lemak di bawah kulit
Perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks
normal, mental stabil
Nafsu makan baik
Detak dan irama normal, tekanan darah normal sesuai
usia
Ketahanan baik, energik, cukup tidur, penuh semangat
Mengilat, keras tak mudah rontok, kulit kepala normal
Licin, cukup lembab, warna segar
Warna sama, licin,
tampak sehat, segar.
Licin, warna tidak pucat, lembab, tidak bengkak
Tidak ada luka dan selaput merah
Merah normal tidak ada perdarahan
Merah normal, licin, tidak ada luka
Tak berlubang, tidak nyeri, mengilat, lurus dagu
normal, bersih dan tidak ada perdarahan
Bersinar, bersih, selaput besar merah, tidak ada
perdarahan
Tidak ada pembesaran
Keras dan kemerahan
Kaki tidak bengkak, normal
|
Sumber:
Francin, 2005: 55
11.
Hubungan Gizi dengan Perubahan Fisiologis selama Hamil
Gizi
sangat berpengaruh pada perubahan fisiologis kehamilan, pada minggu awal
kehamilan, ibu hamil akan merasa mual, muntah dan nafsu makan menurun. Pada
pertengahan kehamilan nafsu makan ibu hamil mulai meningkat sampai maksimal,
sedangkan menjelang persalinan, nafsu makan ibu mulai menurun kembali.
Ngidam
merupakan tanda adanya perubahan enzim dan hormon. Hormon estrogen dan
progesteron mengakibatkan terjadinya relaksasi otot-otot polos dan mengurangi
gerakan pada usus sehingga zat gizi mudah diabsorbsi. Pola makanan yang baik
bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta
vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan: jagung, ubi jalar,
ubi rebus, roti dengan sedikit laposan selai dan havermut. Untuk pengganti
protein hewani dapat digunakan: daging, ayam, telur.
Makanan
yang tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil adalah makanan kaleng, makanan manis
yang berlebihan, susu berlemak, margarin yang berlebihan, makanan yang sudah
tidak segar
Tabel
2.6 Contoh menu dengan pola makan yang baik.
Menu
|
Komposisi
|
Makan pagi
|
Nasi
Ikan goreng
Tempe/ tahu goreng
Tumis kacang panjang
Buah
Susu/ teh
|
Makan siang/ malam
|
Nasi
Ikan goreng
Tahu/ tempe bacem
Sayur bobor daun singkong
Pepaya/ pisang
Susu
|
Makanan selingan
|
Pisang rebus/ ubi rebus/ kue
kering/ buah
Teh manis
|
Sumber:
Francin, 2005: 94
12.
Masalah Gizi yang sering terjadi pada Ibu Hamil
Anemi
gizi besi. Kekurangan zat besi banyak terdapat di Indonesia sehingga para bumil
kita juga dianjurkan agar mengonsumsi tablet zat besi atau mengonsumsi makanan
yang mengandung zat besi (hati ayam, dll).
Kenaikan
berat badan selama hamil yang rendah. Di negara maju rata-rata kenaikan berat
badan selama hamil sebesar 12 – 14 kg, bila bumil kurang gizi, maka pertambahan
hanya 7 – 8 kg yang berakibat melahirkan bayi BBLR. Masalah ngidam (emesis
gravidarum). Bila berlebihan disebut hiperemesis (tidak normal) sehingga harus
memperhatikan kebutuhan gizi. Keadaan ini berlangsung pada triwulan I ketika
janin belum tumbuh besar sehingga kebutuhan gizi ekstra belumlah mendesak. Pada
triwulan II dan III emesis jarang terjadi lagi tetapi kebutuhan gizi ekstra
untuk pertumbuhan janin perlu. (Francin, 2005: 97).
13.
Cara Mengolah Makanan bagi Ibu Hamil
Makanan
segar yang kaya gizi baik untuk dikonsumsi, namun mudah terjangkit bakteri dan
jamur. Kehangatan, cahaya dan uap air memudahkan tumbuhnya mikro-organisme.
Makanan yang aman adalah makanan kering, seperti sereal, roti, tepung, buah
kering dan kacang. Kacang yang digiling lebih mudah rusak.
Makanan
jangan terlalu lama disimpan, terutama jenis tepung, havermut, tepung maizena.
Simpan kelebihan makanan tersebut dalam tas plastik, lalu letakkan dalam lemari
es atau freezer. Jenis sayuran segera dihabiskan setelah dibeli atau diolah,
karena sayuran yang terlalu lama disimpan dapat layu dan kehilangan zat-zat
berharganya.
Susu
yang terlalu lama terkena cahaya dapat kehilangan vitamin B, jika tidak ada
lemari es, simpan kotak susu di tempat terlindung. Jangan lupa memperhatikan
tanggal kadaluarsa dan kondisi lemari penyimpanan makanan kemasan. Jangan
letakkan kotak yoghurt dekat tempat yang terkena sinar matahari selama
seminggu, simpan di lemari es dan harus terkonsumsi dalam tiga hari.
Jangan
garami daging atau ikan sebelum dimasak, karena dapat melenyapkan sarinya yang
alami. Jangan terlalu panas memasak protein: daging, ikan dan telur. Masaklah
cukup lama pada suhu sedang, dari pada cepat pada suhu tinggi. Kacang-kacangan
kecuali dalam kaleng, sebaiknya dikukus atau dimasak dulu selama sepuluh menit
untuk menghilangkan zat-zat perusak yang terdapat pada kacang mentah. Bila tak
perlu hindari mengupas buah dan sayuran, cukup mencuci dengan bersih. Jangan
merendam sayuran terlalu lama, agar kandungan mineral dan vitaminnya tidak
hilang. Sayuran sebaiknya dikukus, bila
direbus gunakan air sedikit mungkin, dan jangan terlalu lama, agar seratnya
tidak hilang air rebusan dapat dipakai membuat sup, kaldu atau saus. (Francin,
2005: 97)
14.
Pemantauan Status Gizi
Dalam
membahas observasi atau pemantauan status gizi perlu dipahami beberapa
pengertian yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu:
1.
Status Gizi
Status
gizi merupakan suatu tampilan keadaan keseimbangan atau perwujudan nutriture
dengan variabel spesifik. Sebagai contoh, goncok endemik merupakan keadaan
ketidak seimbangan pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
2.
Keadaan Gizi
Keadaan
gizi adalah suatu keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaannya, atau keadaan fisiologik akibat dari
tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.
3.
Malnutrisi
Malnutrisi
atau gizi salah merupakan suatu keadaan patologis yang diakibatkan karena
kelebihan atau kekurangan satu atau lebih zat gizi. Dikenal beberapa bentuk
malnutrisi :
1)
Under
nutrition atau kekurangan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
2)
Over
nutrition atau kelebihan konsumsi pangan untuk
periode tertentu.
3)
Specific
deficiency atau kekurangan gizi tertentu, misalnya vitamin D, vitamin A, Fe dan
lain-lain
4.
Kurang Energi Protein (KEP)
Kurang
energi protein merupakan defisiensi gizi yang paling berat dan meluas terutama
pada Balita. Hal ini disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari ataupun gangguan suatu penyakit. Pada umumnya
penderita KEP berasal dari keluarga dengan penghasilan sangat terbatas.
Pada
pemeriksaan untuk menilai kesehatan gizi perlu diperhatikan adanya gejala/
keadaan yang menjadi gambaran atau tanda-tanda suatu penyakit. Pemeriksaan
untuk mengetahui adanya gejala yang bersangkutan dengan penyakit gizi pada anak
dimulai dengan menimbang berat badan serta mengukur tinggi badan, yang
dihubungkan dengan umur anak tersebut. Di Indonesia dipergunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) untuk mencatat dan menilai hasil penimbangan berat badan anak.
Sedangkan pada orang dewasa dan remaja cukup dinilai secara visual pada
struktur tubuh untuk melihat kondisi gizinya apakah kurang, cukup atau
berlebihan/ kegemukan.
Gejala-gejala
yang berhubungan dengan kondisi defisiensi gizi pada umumnya tidak spesifik
untuk suatu penyakit tertentu. Beberapa penyakit gizi memberikan gejala-gejala
tertentu yang sama, bahkan gejala tersebut mungkin disebabkan penyakit yang
sama sekali tidak terkait dengan keadaan gizi. Berbagai penilaian status gizi
dikembangkan agar dapat mengenai tingkat keadaan gizi seseorang.
Penilaian
status gizi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Pengukuran langsung
Antropometri.
Dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan pengukuran dimensi dan
komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur. Digunakan untuk melihat ketidak
seimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik
serta proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot.
Klinis.
Metode pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi pada
jaringan epitel seperti mata, kulit, rambut, dan mukosa. Penggunaan metode
klinis dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda kekurangan zat gizi,
dengan melakukan antara lain pemeriksaan fisik riwayat penyakit.
Biokimia.
Pemeriksaan secara laboratorium untuk berbagai macam jaringan tubuh, misalnya:
darah, urine, feses, hati, otot. Banyak gejala klinis yang tidak spesifik
sehingga diperlukan pemeriksaan kimia saat yang diharapkan dapat menentukan
kekurangan gizi yang lebih tepat.
Biofisik.
Penggunaan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan
perubahan struktur jaringan. Pada umumnya digunakan pada situasi tertentu,
misalnya kejadian buta senja epidemik dengan tes adaptasi gelap.
b.
Pengukuran tidak langsung
Survei
konsumsi. Merupakan penentuan status gizi dengan melihat jumlah dan macam zat
gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan pada masyarakat,
keluarga memberikan gambaran. Konsumsi berbagai zat gizi yang dapat mengiden-tifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
Statistik
vital. Metode penilaian ini yaitu dengan menganalisis beberapa data statistik
kesehatan seperti angka kesakitan dan kematian karena penyakit tertentu, angka
kematian berdasarkan umur atau data lain yang berhubungan dengan gizi.
Faktor
ekologi. Pengukuran faktor ekologi penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi. Keadaan malnutrisi merupakan hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis, dan lingkungan budaya. Bahan makanan yang tersedia bergantung pada
keadaan ekologi seperti tanah, iklim atau pengairan. (Francin, 2005: 119).
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Arikunto,
Suharsini. 2010. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik “. Jakarta. Rineka Cipta
2)
Arisman.
2009. “Gizi Dalam Daur Kehidupan “. Jakarta. EGC
3)
Francin,
Erna. 2004. “Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi”. Jakarta. EGC
4)
Proverawati,
Atikah. 2011. "Nutrisi Janin dan Ibu Hamil". Nuha Medika; Yogyakarta
5)
Budiarto,
Eko. 2002. "Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat".
Jakarta : EGC.
6)
Supariasa,
I Dewa Nyoman. 2003. "Penilaian Status Gizi". Jakarta : ECG
7)
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 2008. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC
8)
Mochtar.
2005. “Sinopsis Obstetri Jilid 1”. Jakarta : EGC
9)
Notoatmodjo.
2003. “Metodologi Penelitian kesehatan”. Jakarta. Rineka Cipta
10)
Notoatmodjo.
2010. "Metodologi Penelitian kesehatan". Jakarta. Rineka Cipta
11)
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2009. "Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
data". Jakarta : Salemba Medika
12)
Nursalam.
2008. “Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan”. Jakarta :
Salemba Medika
13)
Prawirohardjo,
sarwono. 2008. "ilmu Kebidanan". Jakarta : YBP-SP
14)
Romauli,
suryati. 2011. "Konsep Dasar Asuhan Kehamian". Huna Medika : yogyakarta
15)
Syaifuddin.
Abdul Bari. 2002. “Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal”. Jakarta : YBP-SP
16)
Artanto.
2012. http://www.scribd.com/doc/52540876/Status-Gizi-Ibu-Hamil. diakses 13
Februari 2013
17)
Suparyanto.
2012. http://dr-suparyanto.blogspot.com, diakses 24 februari 2013.
18)
Irianto,
setyo. 2012. www.azuarjuliandi.com/openarticles/validitasreliabilitas.pdf.
diakses 3 April 2013
19)
Rini.
2011. http://kesmas1.blogspot.com/2011/10/pengetahuan-ibu-tentang-gizi-ibu-hamil.html,
diakses 3 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar