PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Sabtu, 02 April 2011

KANKER LEHER RAHIM (CARSINOMA CERVIX)

Dr, Suparyanto, M.Kes

KANKER LEHER RAHIM ( CARSINOMA CERVIX)

PENGERTIAN
  • Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). (Jundi Muhammad, 2010)
  • Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu kankeryang paling sering menyerang wanita dan menjadi ancaman berbahaya bagi para wanita diseluruh dunia. Angka kejadian dan tingkat kematian perempuan akibat kanker serviks cukup tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat. Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini terjadi pada wanita usia reproduktif antara 20-30 tahun ( Novel S Sinta,dkk,2010).
  • Leher rahim atau serviks terdapat pada bagian ujung bawah rahim yang tersambung ke vagina. Dalam keadaan normal sel-sel rahim wanita dewasa mengalami proses perusakan dan pembentukan yang berjalan seimbang. Namun adakalanya proses tersebut dan penumbuhan menjadi cepat dan banyak terkendali. Sel-sel akan tampak berbeda dengan sekitarnya. Proses perubahan sel leher rahim menjadi sel-sel ganas terjadi secara bertahap dalam kurun waktu yang cukup panjang (10-20 tahun), (Williams & Wilkins, 2001 : 338). Tumbuhnya sel-sel abnormal yang menjadi ganas tersebut disebut kanker leher rahim (cervical cancer).

PENYEBAB
  • Peristiwa kanker serviks diawali dari sel serviks normal yang terinfeksi oleh HPV (Human papillomavirus). Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual. Selam hidupnya hampir separuh wanita dan laki-laki pernah terkena infeksi HPV (80% dari wanita terkena infeksi sebelum umur 50 tahun). Sebagian infeksi HPV bersifat hilang-muncul, sehingga tedak terdeteksi dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun pascainfeksi. Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut yang menetap dalam jangka lama, sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendirmenjadi prakanker.
  • Human papillomavirus, sampai saat ini telah diketahui memiliki lebih dari 100 tipe, dimana sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Dari 100 tipe HPV tersebut, hanya 30 diantaranya yang beresiko kanker serviks. Adapun tipe yang paling beresiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering ditemukan pada kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar menuju keganasan. Sementara, tipe yang beresiko sedang yaitu HPV tipe 33, 35, 39, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68, dan yang beresiko rendah adalah HPV tipe 6, 11, 26, 42, 43, 44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab tersering kanker serviks yang terjadi di seluruh dunia. HPV tipe 16 mendominasikan infeksi (50-60%) pada penderita kanker serviks disusul dengan tipe 18 (10-15%).
  • Hingga saat ini infeksi Human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks di seluruh sunia. Sebenarnya, sebagian besar HPV akan menghilang dengan sendirinya karena tubuh memiliki sistem kekebalan alami, tetapi ada sebagian HPV yang tidak menghilang justru menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel normal serviks menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap prakanker, hingga menjadi kanker serviks memekan waktu sekitar 10-20 tahun.

  • Serviks yang normal bentuknya lurus, sedangkan serviks yang terinfeksi dentuknya besar dan mengarah keluar karena berkutil. Inilah yang menyebabkan rasa sakit pada penderita kanker serviks saat melakukan hubungan seksual.displasia serviks (juga disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia atau disingkat CIN) adalah nama untuk penampilan sel serviks yang tidak normal yang disebabkan oleh infeksi HPV tersebut. Displasia serviks dapat digambarkan sebagai sesuatu yang lembut, lunak, atau keras, tergantung tingkat abnormalitasnya. Displasia serviks merupakan tahap intermediet antara infeksi HPV awal pada serviks dan kanker serviks. Jika dirawat dengan baik, displasia serviks sebagian besar dapat sembuh total dan tidak sampai menjadi kanker.interval waktu antara infeksi HPV awal dan perkembangan kanker bervariasi pada setiap wanita, namun diperkirakan rata-rata 5-7 tahun. Tidak semua displasia serviks akan dengan cepat berubah menjdi kanker serviks. Meski demikian, tetap direkomendasikan bagi siapa pun yang terinfeksi HPV atau displasia serviks untuk memeriksakan sesegera mungkin tatkala masih pada tahap awal.

  • Selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada serviks juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama.(Wijaya Delia, 2010)

TANDA DAN GEJALA KANKER LEHER RAHIM
  • Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), Pada fasa prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Ketika penyakit sudah mencapai stadium lanjut, ditemukan gejala-gejala seperti :
  1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
  2. Perdarahan setelah berhubungan seksual yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
  3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
  4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
  5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
  6. Timbul sakit panggul (pelvis) atau di bagian perut bawah bila ada radang panggul. Bila sakit terjadi di daerah pinggang kebawah, hidronefrosis.
  7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki.
  8. Timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum)
  9. Terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.


FAKTOR RESIKO TERJADINYA KANKER LEHER RAHIM
  • Menurut (Novel S Sinta,dkk,2010), Kanker serviks diakibatkan infeksi HPV namun ada banyak faktor yang menyebabkan infeksi HPV tersebut lebih cepat menimbulkan kanker. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
  1. Melakukan aktifitas seksual (oral-genital, mekanik-genital, genital-genital). Faktor ini merupakan faktor resiko utama. Semakin muda seseorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar resikonya untuk terkena kenker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah usia lebih dari 20 tahun.
  2. Perempuan produktif dan aktif melakukan hubungan seksual.
  3. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau memiliki lebih daripada satu pasangan.
  4. Aktivitas seksual melalui anal (lubang tempat keluarnya feses/kotoran sisa pencernaan makanan).
  5. Pasangan seksual, pada penelian terhadap perempuan yang menikah dengan seorang pria yang pernah mempunyai istri yang menderita kanker serviks, maka kemungkinan perempuan itu akan menjadi meningkat.
  6. Biseksual (berhubungan seksual dengan pria dan wanita).
  7. Sering menderita infeksi di daerah kelamin atau pernah menderita infeksi kelamin yang disebabkan oleh organisme lain, misalnya infeksi olek bakteri neisseria gonorrhoeae (bakteri penyebab penyakit gonorea) atau treponema pallidum (bakteri penyebab penyakit sifilis).
  8. Melahirkan banyak anak
  9. Kebiasaan merokok (resiko dua kali lebih besar), rokok terbuat dari daun tembakauyang mengandung bahan-bahan karsinogen. Asapnya mengandung sekitar 4000 jenis senyawa, sebagian diantaranya merupakan karsinogenik.
  10. Defisiensi nutrisi, buah dan sayuran banyak mengandung bahan antioksidan dan barkhasiat mencegah kanker. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan dibanyak negara, defisiensi terhadap asam folat, vitamin C, E, beta kerotin/retinol akan meningkatkan rasiko kanker serviks. Penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karotin dan retinol (vitamin A).
  11. Imunitas tendah, sistem imunitas atau kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh kita dari berbagai serangan penyakit yang diakibatkan oleh zat toksik ataupun arganisme parasit. Jika sisrem imunitas rendah maka HPV akan mudah menginfeksi sel tanpa adanya perlawanan dari sel-sel imun.
  12. Koinfeksi dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus), HIV seperti kita ketahui akan menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome), penyakit yang dapat menurunkan sistem imunitas.
  13. Usia, semakin tua usia seseorang maka akan meningkarkan risiko terkena kanker serviks.
  14. Seorang wanita yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks apalagi sisertai merokok.
  15. Pola makan yang tidak sehat menyebabkan berat badan berlebih dan aktifitas fisik kurang. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pola makan yang tingi akan lemak akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks dan kanker-kanker lainnya
  16. Kurang berolahraga juga akan menyebabkan tubuh kurang sehat dan sistem imunitas menurun.

KLASIFIKASI KANKER SERVIKS
  • Menurut ( Novel S Sinta,dkk,2010), klasifikasi kanker dapat di bagi menjadi tiga, yaitu (1) klasifikasi berdasarkan histopatologi, (2) klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks, dan (3) klasifikasi berdasarkan stadium stadium klinis menurut FIGO (The International Federation of Gynekology and Obstetrics) :

1). Klasifikasi berdasarkan histopatologi :
  1. CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang setengahnya.
  2. CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya.
  3. CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel.

2). Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks :
  1. ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance)
  2. LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)
  3. HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion)

3). Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :
  1. Stadium 0, karsinoma in situ atau infeksi awal HPV.
  2. Stadium I, proses infeksi mendalam pada serviks, (1) stadium IA, kedalaman invasi lebih dari 5 mm dan perluasan tidak lebih dari 7 mm, (2) stadium IB, secara klinis luka berukuran lebih kurang 4 cm.
  3. Stadium II, tumor menyebar keluar serviks, tetapi tidak sampai dinding panggul atau sepertiga bawah vagina, (1) stadium IIA, tidak ada invasi pada jaringan kearah samping serviks, (2) stadium IIB, invasi pada jaringan kearah samping serviks
  4. Stadium III, tumor menyebar kedinding panggul dan atau sepertiga bawah vagina yang menyebabkan hidronefrosis, (1) stadium IIIA, sudah menyebar sepertiga dibawah vagina, tetapi tidak sampai kedinding panggul, (2) stadium IIIB, sudah menyebar kedinding panggul sehingga menyebabkan hidronefrosis.
  5. Stadium IV, tumor sudah menyeber lebih luas, (1) stadium IVA, tumor menginvasi mukosa rektumdan keluar panggul, (2) stadium IVB, metastase sudah jauh.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : PT Rineka Cipta
  2. Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
  3. Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
  4. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
  5. Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20 januari 2011)
  6. Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-kanker-serviks.html. Diakses 20 Januari 2011 jam 09.13 wib)
  7. Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
  8. Nasir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  9. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  10. Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta
  11. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  12. Notoatmodjo. 2003. Pengantar Perilaku dan Pendidikan Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
  13. Novel S.Sinta dkk. 2010. Kanker Serviks dan Infeksi Human Pappilomavirus (HPV). Jakarta : Javamedia Network
  14. Samadi Priyanto .H. 2010. Yes, I Know Everything Abaut KANKER SERVIK. Yogyakarta : Tiga Kelana
  15. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, S2. Yogyakarta : Nuha Medika
  16. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : ALFABETA
  17. Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi KANKER SERVIK (Leher Rahim). Yogyakarta : Genius Printika
  18. Wijaya Delia. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta : Sinar Kejora

KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT (SUSUK)

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP KONTRASEPSI IMPLANT

PENGERTIAN
  • Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi bawah Kulit (Hanafi, 2004). Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus dalam kapsul silastic silicon polidymetri silicon dan disusukan dibawah kulit. Jumlah kapsul yang disusukkan dibawah kulit adalah sebanyak 2 kapsul masing masing kapsul panjangnya 44 mm masing masing batang diisi dengan 70mg levonorgetrel, dilepaskan kedalam darah secara difusi melalui dinding kapsul levonorgetrel adalah suatu progestin yang dipakai juga dalam pil KB seperti mini pil atau pil kombinasi (Prawirohardjo, 2009)

CIRI-CIRI KONTRASEPSI IMPLANT
  1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau Implanon
  2. Nyaman
  3. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
  4. Pemasangan dan segera kembali setelah implant dicabut.
  5. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.
  6. Aman dipakai pada masa laktasi.

JENIS IMPLANT

a. Norplant
  • Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36mg Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon dan Sinoplant
  • Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant
  • Tediri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.

CARA KERJA
  1. Lendir serviks menjadi kental
  2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
  3. Mengurangi transportasi sperma.
  4. Menekan ovulasi.

EFEKTIFITAS
  • Sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan).

KEUNTUNGAN
  1. Keuntungan Kontrasepsi antara lain adalah daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan sanggama., tidak menganggu ASI pasien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
  2. Keuntungan Non Kontrasepsi antara lain adalah mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, mengurangi dan memperbaiki anemia. melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara, melindungi diri dari beberapa, penyebab penyakit radang panggul, menurunkan angka kejadian endometriosis.

EFEK SAMPING
  • Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea,timbulnya keluhan-keluhan seperti:
  1. Nyeri kepala
  2. Peningkatan/penurunan berat badan
  3. Nyeri payudara perasaan mual
  4. Pening/pusing kepala
  5. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
  6. Membutuhakan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
  7. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
  8. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaiannya kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
  9. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
  10. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

YANG BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT
  1. Usia reproduksi
  2. Telah memilki anak ataupun belum
  3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
  4. Pasca persalinan dan tidak menyusui
  5. Riwayat kehamilan ektopik
  6. Tekanan darah<180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell).
  7. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.

YANG TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT
  1. Hamil atau diduga hamil
  2. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
  3. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
  4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
  5. Mioma uterus dan kanker payudara.
  6. Gangguan toleransi Glukosa.

WAKTU MULAI PENGGUNAAN IMPLANT
  1. Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontraseptif tambahan.
  2. Insertif dapat dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini tidak menjadi kehamilan. Bila diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan, hubungan seksual atau menggunakan hubungan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  3. Bila klien tidak haid, insersi bisa dilakukan setiap saat, asal saja tidak diyakini kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan lain untuk 7 hari saja.
  4. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat, bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontraspsi lain.
  5. Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  6. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja klien tersebut menyakini tidak hamil, untuk klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar.
  7. Bila kontrasepi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
  8. Bila kontrssepi sebelumnya adalah kontrsepsi non-hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datang hamil berikutnya. i.Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggantinya dengan implant, implant dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
  9. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan (Saifudin, 2006)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
  2. Alimul. 2007 Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika.
  3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
  4. BKKBN. 2005. Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2008).
  5. Depkes RI 2008. Pelayanan Kontrasepsi Available from : (http//.www.depkes-ri.co.id) (Accessed March 15, 2010).
  6. Everett.2008. KB dan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC
  7. Hartanto.2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
  8. Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
  9. Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika
  10. Kumala.2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
  11. Kardianan.2009. Journal of Pelayanan Kontrasepsi (Internet). Available from : (http//.www.info-kia.com.id) (Accessed 15 Juli 2009).
  12. Kurniawan.2008. Ilmu Perilaku. Jakarta:PT. Rineka Cipta
  13. Mitrianti.2009. Peran dan Faktor Yang Mempengaruhi. http://www.pt.bangun setya wacana. Diakses tanggal 15 Juli 2009
  14. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. EGC. Jakarta.
  15. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  16. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
  17. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
  18. Pardede.2002. Jenis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Salemba Medika
  19. Rhenald.2001. Kesehatan Reprodukssi da Masalahnya. Jakarta: PT Rhineka Cipta
  20. Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang.Jakarta:EGC
  21. Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
  22. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung.
  23. Suhaemi.2006.Kontrasepsi Implant. http//www.suhaemi.web.block. Akses 20 Maret 2010
  24. Sulistyo.2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:FKUI
  25. Winknjosastro.2008.Ilmu Kandungan. YBPSP. Jakarta
  26. Wiranti.2009. Karakteristik Pola Menstruasi. Availabel online at (http://www.anknya.wordpress.com/wp-loging/php) (Accessed Juni 15, 2009).


.