SEKILAS
TENTANG PENYAKIT PES (BLACK DEATH)
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dahulu
ada sebuah penyakit yang menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini
dijulukan The Black Death. Penyakit ini menyebabkan wabah yang besar di
kalangan masyarakat. Wabah plague diyakini telah bermula di Mesir dan Etiopia
pada tahun 540 bergerak ke Sungai Nil dan menumpang kapal-kapal menuju ke
Konstantinopel sepanjang rute perdagangan. Wabah ini diperkirakan telah
membunuh 300.000 orang di Konstantinopel dalam waktu setahun pada tahun 544.
Kemudian
pada tahun 1347 penyakit ini kembali melanda populasi Eropa (Konstantinopel
Turki, kepulauan Italia, Prancis, Yunani, Spanyol, Yugoslavia, Albania,
Austria, Jerman, Inggris, Irlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Bosnia-Herzegovina
dan Kroasia) selama kira-kira 300 tahun, dari tahun 1348 sampai akhir abad
ke-17. Selama kurun waktu itu, wabah ini membunuh 75 juta orang, kira-kira 1/3
populasi pada waktu itu. Seluruh komunitas tersapu bersih, di tahun 1386 di
kota Smolensk, Rusia, hanya lima orang yang tidak terserang penyakit ini dan di
London, peluang bertahan hidup hanya satu dalam sepuluh.
Wabah
plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri ini dibawa
oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan penyakit ketika
mengisap darah tikus atau manusia. Plague merupakan penyakit yang disebabkan
oleh enterobakteriaYersinia pestis (dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E.
Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah
penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa
yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di beberapa belahan dunia hingga
kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas. Di Bolivia dan Brazil,
misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per sejuta penduduk.
Wabah
pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis wabah, yaitu
bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system limfe tubuh,
menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala, muntah dan nyeri
pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk lendir berdarah, wabah
septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi merah lembayung. Dalam semua
kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat kematian bervariasi dari 30-75%
bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100% bagi septikemik. Akan tetapi,
dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat disembuhkan, karena berhasil
diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.
Penyakit
pes pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1910 melalui Tanjung Perak,
Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, Semarang, tahun
1923 melalui pelabuhan Cirebon dan pada tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal.
Korban manusia meninggal karena pes dari 1910-1960 tercatat 245.375 orang,
kematian tertinggi terjadi pada tahun 1934, yaitu 23.275 orang.
Penyakit
pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam UU nomor 4 tahun
1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor
560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara seperlunya tentang
pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa serta
International Classification of Disease ( ICD ).Di Indonesia telah diupayakan
penanggulangan penyakit per melalui beberapa kegiatan yang mendukung, seperti
surveilans trapping, surveilans human, pengamnilan dan pengiriman spesies,
pengadaan obat-obatan dan Disponsible syringe, dan pengadaan metal life trap.
Oleh
karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam kajian mengenai judul
makalah ini “Pes (Plague) dan Penanggulangannya. Dalam makalah ini penulis
mencoba mengkaji etiologi penyakit pes,
patogenesis, gejala yg ditimbulkan, serta cara pengobatannya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1)
Apa
itu penyakit pes (Black Death)?
2)
Bagaimana
factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3)
Bagaiamana
patogenesis penyakit pes?
4)
Bagaimana
gejala penyakit pes?
5)
Bagaimana
pencegahan, pemberantasan dan pengobatan, penyakit pes?
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini antara lain:
1)
Mendeskripsikan
tentang penyakit pes (Black Death)
2)
Mendeskripsikan
tentang factor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
3)
Mendeskripsikan
tentang patogenesis penyakit pes
4)
Mendeskripsikan
tentang gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5)
Mendeskripsikan
tentang cara pencegahan, pemberantasa dan penanggulangan penyakit pes
1.4
Manfaat
1)
Untuk
mengetahui tentang penyakit pes (Black Death)
2)
Untuk
mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi penyakit pes
3)
Untuk
mengetahui tentang patogenesis penyakit pes
4)
Untuk
mengetahui tentang gejal-gejala yang ditimbulkan agent penyakit pes
5)
Untuk
mengetahui tentang cara pencegahan, pemberantasan dan penanggu-langan penyakit
pes
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Penyakit Pes (Black Death)
Pes
(plague) adalah penyakit yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis
(dinamai dari bakteriolog Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit pes dibawa oleh
hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam
sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar. Selama abad ke-14,
pedagang dari kota-kota pelabuhan Laut Tengah dan Laut Hitam mengadakan
perjalanan ke Cina, dan sepulangnya, membawa kembali sutera serta kulit
binatang yang berharga. Ketika kembali dari perjalanan seperti ini pada tahun
1343, sekelompok pedagang dari Genoa menurut laporang lari ketakutan karena adanya
pasukan orang Tartar, dan berlindung di balik tembok kota perdagangan Caffa di
Semenanjung Krim. Orang Tartar segera mengepung kota tersebut. Selama tiga
tahun tak ada pihak yang mendapatkan kemajuan, sampai pada suatu hari orang
Tartar berhenti melemparkan batu ke dalam kota Caffa dan mulai melemparkan
mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal karena pes.
Sejak
dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia beradab. Penyakit pes – lebih daripada “pes-pes” di kemudian
hari seperti misalnya kolera, cacar, demam kuning dan influenza-tetap merupakan
contoh utama mengenai siatu penyakit infeksi yang datang dari luar negeri dan
menyerang orang Filistin melalui pelabuhan laut mereka. Wabah raya penyakit pes
yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6, berkecamuk waktu perdagangan
internasional meningkat.
Plague,
disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia
pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis.
Yersinia pestis penyebab pes berbentuk batang pendek, gemuk dengan ujung
membulat dengan badan mencembung, berukuran 1,5 µ × 5,7 µ dan bersifat Gram
positif. Kuman ini serirtutung menunjukkan pleomorfisme. Pada pewarnaan tampak
bipolar, mirip peniti tertutup. Kuman tidak bergerak, tidak membentuk dari
spora dan diselubu Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan
oleh kutu jenis lain.
Di
Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla
astia. Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang
yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu
yang terinfeksi dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu
pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari percikan air liur penderita
yang terbawa oleh udara.Kutu menyebarkan penyakit ketika mengisap darah tikus
atau manusia. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi tuntas.
Di
Bolivia dan Brazil, misalnya, terdapat lebih dari 100 laporan kasus pes per
sejuta penduduk. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga
jenis wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang
system limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit
kepala, muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan
batuk lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi
merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat
kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan 100%
bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes dapat
disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan antibiotika.
Ada
3 jenis penyakit plague yaitu:
1)
Bubonic
plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat
dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi
cairan (disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi.
Gejalanya mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi
cairan di tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang
menular pada orang lain.
2)
Septicemic
plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut, shock,
pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg
baik. Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular
pada orang lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan
Pneumonic plague yang tidak diobati dengan benar.
3)
Pneumonic
plague: Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2), napas
pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang
paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat
udara, bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan
Septicemic plague yang tidak diobati dengan benar.
2.2
Faktor-faktor yang memepengaruhi penyakit pes
1)
Faktor
Agent: Bakteri Yersinia Pesti / Bakteriolog Perancis A.J.E Yersin. Dibawa oleh
hewan pengerat (terutama tikus) dan ditularkan oleh kutu tikus. Penyakit ini
menular melalui gigitan tikus.
2)
Faktor
Host: Manusia
3)
Faktor
Environment: rumah yang kotor atau tempat-tempat yang biasanya di huni sebagai
sarang tikus
4)
Port
op Entry and Exit: Kulit
5)
Tranmisi:
Kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi, kontak fisik dengan penderita dan
bisa terjadi dari percikan air liur oenderita yang terbawa oleh udara
2.3
Patogenesis Pes (Plague)
Pes
adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari gigitan kutu yang
terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada
hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya
ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang
terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang
terinfeksi, ke situs gigitan hewan pengerat atau host manusia. Setelah
didirikan, bakteri cepat menyebar ke kelenjar getah bening dan berkembang biak.
Y.pestisbasil bisa menahan fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit
dan membunuh mereka. Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat
perdarahan dan menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi
mematikan wabah septicemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui
menyebar ke paru-paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia
. Bentuk penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat ditularkan dalam
tetesan dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban
wabah tikus atau kutu-bantalan yang membawa wabah.
Vektor
pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla
cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir
utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di
Amerika juga pada bajing. Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau
terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus
sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang
menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut
akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu
melalui gigitan. Pada no.1 s/d 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan
mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru
(sekunder pes).
Selain
pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti murine
typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa
berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan
tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia. Bila pinjal menggigit
hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis, organisme yang termakan akan
berkembang biak dalam usus pinjal itu dan, dibantu oleh koagulase menyumbat
proventrikulusnya sehingga tidak ada makanan yang dapat lewat. Karena itu,
pinjal lapar dan ususnya tersumbat sehingga akan menggigit dengan ganas dan
darah yang dihisapnya terkontaminasi Y. pestis dari pinjal, darah itu
dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang diinokulasi dapat difagositosis,
tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara intra sel atau ekstra sel. Y.
pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening, dan terjadi radang haemorrogic
yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening yang membesar, yang dapat
mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat berhenti di situY. pestis sering
mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.
Pinjal
merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan
baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak
disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang
serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan
kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal
yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada
anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing
yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.
Y.
pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya
tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena
gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal
tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeksi.
Untuk pengendalian pes dibutuhkan penelitian pada hewan yang terinfeksi,
vektor,dan kontak manusia dan pembantaian hewan yang terinfeksi pes. Semua
pasien yang dicurigai menderita pes harus diisolasi terutama kalau kemungkinan
keterlibatan paru-paru belum disingkirkan. Kontak pasien yang dicurigai
menderita pneumonia pes harus diberi tetrasiklin 0’5 gram per hari selama 5
hari, sebagai kemoprofilaksis. Selain itu, kondisi lingkungan juga berperan
dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi
kasus pes, perlu usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan higienitas
lingkungannya.
2.4
Gejala Pes (Plague)
Gejala
yang paling terkenal dari penyakit pes adalah menyakitkan, kelenjar getah
bening, yang disebut buboes. Ini biasanya ditemukan di pangkal paha, ketiak
atau leher. Karena gigitan berbasis bentuk infeksi, wabah pes sering merupakan
langkah pertama dari serangkaian penyakit progresif. Gejala penyakit pes muncul
tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri.
Gejala
meliputi:
1)
Panas
dingin
2)
Umum
sakit perasaan ( malaise )
3)
Demam
tinggi (39 ° Celcius, 102 ° Fahrenheit)
4)
Kram
Otot
5)
Kejang
6)
Mulus,
bening pembengkakan kelenjar menyakitkan disebut bubo, umumnya ditemukan di
selangkangan, tapi mungkin terjadi di ketiak atau leher, paling sering di
lokasi infeksi awal (gigitan atau awal)
7)
Nyeri
dapat terjadi di daerah tersebut sebelum muncul bengkak
8)
Warna
kulit berubah menjadi warna merah muda dalam beberapa kasus yang ekstrim
9)
Pendarahan
dari koklea akan dimulai setelah 12 jam dari infeksi.
Gejala
lain termasuk napas berat, muntah darah terus menerus, buang air kecil darah,
anggota badan sakit, batuk, dan nyeri eksterm. Rasa sakit ini biasanya
disebabkan oleh pembusukan atau decomposure kulit sementara orang itu masih
hidup. Gejala tambahan termasuk kelelahan ekstrim, masalah gastrointestinal,
lenticulae (titik-titik hitam yang tersebar di seluruh tubuh), delirium dan koma.
Dua
jenis Y.pestis plague pneumonia dan septicemia. Namun, wabah pneumonia, tidak
seperti, pes atau septicemia menyebabkan batuk dan sangat menular, yang
memungkinkan untuk itu menyebar orang-ke-orang.
Wabah
septicemia terjadi ketika wabah bakteri kalikan dalam aliran darah Anda.
Tanda
dan gejala termasuk:
1)
Demam
dan menggigil
2)
Nyeri
perut, diare dan muntah
3)
Perdarahan
dari, hidung mulut atau rektum, atau di bawah kulit Anda
4)
Syok
5)
Menghitam
dan kematian jaringan (gangren) di kaki Anda, paling sering jari, jari kaki dan
hidung
Wabah
pneumonia mempengaruhi paru-paru. Ini adalah paling umum dari berbagai wabah
tetapi yang paling berbahaya, karena dapat menyebar dari orang ke orang melalui
droplet batuk.
Tanda
dan gejala dapat dimulai dalam beberapa jam setelah infeksi, dan mungkin
mencakup:
1)
Batuk,
dahak berdarah
2)
Kesulitan
bernapas
3)
Demam
tinggi
4)
Mual
dan muntah
5)
Kelemahan
Wabah
pneumonia berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan
dan shock dalam waktu dua hari infeksi. Jika pengobatan antibiotik tidak
dimulai dalam waktu satu hari setelah tanda-tanda dan gejala pertama muncul,
infeksi mungkin menjadi fatal.
BAB
3 PEMBAHASAN
3.1.
Pencegahan
Pencegahan
primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan
pijalnya. Di daerah endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang,
untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang
rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan
distribusi pes dapat ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan
penyakit atau dengan menggunakan rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi
Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan
ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.
3.2.
Pemberantasan
Dengan
partisipasi dan memerlukan usaha masyarakat dalam menjaga sanitasi dan
higienitas lingkungannya
3.3.
Pengobatan Pes (Plague)
Abad
Pertengahan dokter berpikir wabah diciptakan oleh udara rusak oleh cuaca
lembab, tubuh membusuk terkubur, dan asap yang dihasilkan oleh sanitasi yang
buruk. Pengobatan yang disarankan adalah wabah diet yang baik, istirahat, dan
pindah ke lingkungan non-terinfeksi sehingga individu bisa mendapatkan akses
untuk membersihkan udara. Ini memang membantu, tapi tidak untuk alasan para
dokter waktu pemikiran. Pada kenyataannya, karena mereka merekomendasikan
bergerak menjauh dari kondisi tidak sehat, orang-orang, pada dasarnya, semakin
menjauh dari tikus yang memendam kutu membawa infeksi.
Pengujian
laboratorium yang diperlukan, dalam rangka untuk mendiagnosa dan mengkonfirmasi
wabah. Idealnya, konfirmasi melalui identifikasi Y.pestisbudaya dari sampel
pasien. Konfirmasi infeksi dapat dilakukan dengan memeriksa serum diambil selama
tahap awal dan akhir dari infeksi . Untuk cepat layar untuk Y.pestisantigen
pada pasien, cepat dipstik tes telah dikembangkan untuk penggunaan lapangan.
Beberapa
kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist(terutama
doksisiklin ), dan fluorokuinolonciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus
dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian
50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati.
Orang
yang berpotensi terinfeksi dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus
diberi antibiotik dalam waktu 24 jam dari gejala pertama untuk mencegah
kematian. Pengobatan lain meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan
pernapasan. Orang-orang yang pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh
wabah pneumonia diberikan antibiotik.
Pencegahan
primer memerlukan penghindaran pemajanan terhadap binatang yang terinfeksi dan
pijalnya. Di daerah endemik masyarakat harus diajar untuk tidak memegang liang,
untuk menahan memegang rodensi yang sakit atau mati, memberi anti kutu binatang
rumah tangga, dan mengurang tempat tinggal tikus domestik. Prevalensi dan
distribusi pes dapat ditentukan dari populasi rodensi liar dengan pengamatan
penyakit atau dengan menggunakan rantai reaksi polimerase untuk mendeteksi
Y.pestis dalam pinjal. Penderita pes harus dikarantina dan diobati dan
ditangani pada isolasi pernafasan yang ketat bila mereka bergejala paru-paru.
BAB
4 PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
rumusan masalah makalah yang berjudul “Pes (Plague) dan Penanggulangannya” maka
penulis merumuskan beberapa kesimpulan yang berkaitan makalah ini sebagai
berikut:
1)
Y.
pestis awalnya menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya
tikus) dan hewan lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena
gigitan pinjal atau dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal
tikus (Xenopsylla cheopis), tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeksi.
Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang terinfeksi dan hasil ini di
loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi, ke situs gigitan hewan
pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat menyebar ke
kelenjar getah bening dan berkembang biak. Y.pestisbasil bisa menahan
fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka. Sebagai
penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan menjadi
bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi mematikan wabah septicemia
dalam beberapa kasus.
2)
Gejala
penyakit pes muncul tiba-tiba, biasanya 2-5 hari setelah terpapar bakteri.
3)
Beberapa
kelas antibiotik yang efektif dalam mengobati penyakit pes. An dist (terutama
doksisiklin ), dan fluorokuinolon ciprofloxacin . Kematian terkait dengan kasus
dirawat wabah pes adalah sekitar 1-15%, dibandingkan dengan angka kematian
50-90% dalam kasus-kasus yang tidak diobati. Orang yang berpotensi terinfeksi
dengan wabah memerlukan perawatan segera dan harus diberi antibiotik dalam
waktu 24 jam dari gejala pertama untuk mencegah kematian. Pengobatan lain
meliputi oksigen, cairan intravena, dan dukungan pernapasan. Orang-orang yang
pernah kontak dengan siapa pun terinfeksi oleh wabah pneumonia diberikan
antibiotik.
4)
Pes
bubo akut menjelek menjelek menjadi deliriu, syok, dan meninggal dalam 3-5 hari
jika tidak diobati. Angka mortalitas untuk keseluruhan pes bubo yang tidak
diobati adalah 60-90%. Penjelekan pes pneomonia cepat dan hampir selalu
mematikan 24-28 jam jika tidak diobati. Jika pes bubo diobati lebih awal, maka
angka mortalitas akan berkurang 10%. Prognosiss pada pes pneumonia tetap jelek
jika pengobatan spesifik tidak diberikan dalam 18 hari dimulainya.
4.2
Saran
Adapun
beberapa saran yang sdirumuskan penuis berkaitan dengan judul makalah ini,
yaitu:
1)
Diharapkan
pembaca mampu mengidentifikasi penyakit pes setelah membaca makalah ini.
2)
Diharapkan
makalah ini dapat membantu dan bermanfaat kepada pembaca
3)
Diharapkan
literatur tentang pes lebih diperbanyak afar sumber bacaan lebih banyak dan
semakin menambah wawasan pembaca
4)
Diharapkan
makalah ini dapat menjadi bahan pustaka untuk keperluan yang semestinya.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Arantina.
2008. Pes yang Mematikan Black Death.
http://mikrobia.wordpress.com/2008/05/15/pes-yang-mematikan-black-death/.
Diakses pada tanggal 18 November 2011.
2. Corwin, Elizabeth.
2009. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.
3. Hamsafir, Evan.2010.
Diagnosis dan Panatalaksaan pada Penyakit Pes.
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-penyakit-pes.html.
Diakses pada tanggal 19 November 2011.
4. Mitcell, dkk. 2008.
Buku Saku Patologis Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Natadisastra,
Djaenuddin.2009. parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
6. Soedarto. 2007.
Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga
Uniersity Press.
7.
Solocats.
2008. Plague/Penyakit Pes.
http://solocats.blogspot.com/2008/12/plaguepenyakit-pes.html. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
Tamboyong,
Jun. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
WHO.
2002. Plague. http://www.who.int/topics/plague/en/. Diakses pada tanggal 17 November 2011.
WHO.
2005. Plague. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs267/en/. Diakses pada
tanggal 17 November 2011.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.mayoclinic.com/health/plague/DS00493/DSECTION%3Dsymptoms.
Diakses pada tanggal 19 November 2011.