SEKILAS
TENTANG PIL KB
1.
Pengertian
Pil
KB adalah tablet yang berisi hormon esterogen dan progesterone yang
berbeda-beda pula jenis dan takarannya (Mochtar, 2002 : 268).
Kontrasepsi
pil adalah alat kontrasepsi yang berbentuk tablet yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan, mengandung hormone estrogen dan progesterone. Ada tiga
macam pil kontrasepsi, yaitu minipil, pil kombinasi, dan pil pascasanggama
(morning after pill). Yang umum digunakan adalah pil kombinasi antara esterogen
dan progesteron. Minipil yang hanya mengandung progestin dosis rendah biasanya
diberikan pada ibu menyusui (hingga kira-kira 9 bulan setelah melahirkan)
(Mansjoer, 2009 : 360).
Pil
KB merupakan kontrasepsi hormonal yang terdiri atas kombinasi esterogen dan
progestin atau hanya berisi progestin saja. Hormon seks ini dapat menekan
produksi gonadotropin sehingga menghambat ovulasi. Hormon yang dikonsumsi per
oral ini juga bisa menjadi pilihan kontrasepsi pasca koitus dalam kondisi
darurat (Varney.H, 2007 : 462).
Menurut
Manuaba (2005), kontrasepsi hormonal pil telah mengalami penelitian panjang,
sehingga sebagian besar wanita dapat menerima tanpa kesulitan, dengan patrun
menstruasi normal serta durasi antara 4 samapi 6 hari. Disamping durasi antara
4 samapi 6 hari masih terdapat patrun menstruasi wanita :
1)
Wanita
tergolong durasi menstruasi kurang dari 4 hari, memerlukan pil KB dengan efek
esterogen tinggi
2)
Wanita
tergolong durasi menstruasi lebih dari 6 hari, memerlukan pil KB dengan efek
esterogen rendah
Menurut
Guttmacher yang dikutip oleh Manuaba, karena sangat efektif kalau dimakan
menurut aturan pakai, maka kontrasepsi pil adalah satu cara yang terbaik dalam
usaha kontrasepsi pada masa sekarang ini. Pendapat ini didasarkan kepada
hal-hal berikut :
1)
Meningginya
pemakaian kontrasepsi pil pada segala usia
2)
Meningginya
kepercayaan terhadap pil
3)
Menurunnya
takaran esterogen dan progesteron beserta rangkaiannya
4)
Meningginya
daya penerimaan dan fasilitas pengadaan
5)
Meningginya
efektifitas dan menurunnya efek samping
2.
Macam Kontrasepsi Pil
1.
Pil Kombinasi
a.
Profil
1)
Efektif
dan reversible.
2)
Harus
diminum setiap hari.
3)
Pada
bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan perdarahan bercak yang tidak
berbahaya dan segera akan hilang.
4)
Efek
samping serius sangat jarang terjadi.
5)
Dapat
dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak atau
belum.
6)
Dapat
mulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil.
7)
Tidak
dianjurkan pada ibu yang menyusui.
8)
Dapat
dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
b.
Jenis
1)
Monofasik
: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
esterogen/progesteron dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
2)
Bifasik
: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif esterogen
atau progesteron dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
3)
Trifasik
: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif esterogen
atau progesteron dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
c.
Cara Kerja
1)
Menekan
ovulasi.
2)
Mencegah
implantasi.
3)
Lendir
serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
4)
Pergeseran
tuba tergantung sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu
pula.
d.
Manfaat
1)
Memiliki
efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektifitas tubektomi), bila
digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
pemakaian).
2)
Resiko
terhadap kesehatan sangat kecil.
3)
Tidak
mengganggu hubungan seksual.
4)
Siklus
haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak
terjadi nyeri haid.
5)
Dapat
digunakan jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya untuk
mencegah kehamilan.
6)
Dapat
digunakan sejak usia remaja sampai menopause.
7)
Mudah
dihentikan setiap saat.
8)
Kesuburan
segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9)
Dapat
digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10) Membantu mencegah
kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit
radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore, dan akne.
e.
Keterbatasan
1)
Mahal
dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
2)
Mual
terutama pada 3 bulan pertama.
3)
Perdarahan
bercak atau perdarahan sela terutama pada 3 bulan pertama.
4)
Pusing,
nyeri payudara.
5)
Berat
badan sedikit naik, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat justru
memiliki dampak positif.
6)
Berhenti
haid (amenorea) jarang pada pil kombinasi.
7)
Tidak
boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).
8)
Pada
sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati,
sehingga keinginan untuk berhubungan seks berkurang.
9)
Dapat
meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan
gangguan pembekuan darah dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35
tahun dan merokok perlu hati-hati.
10) Tidak mencegah IMS
(Infeksi Menular Seksual).
f.
Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada
prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti :
1)
Usia
reproduksi.
2)
Telah
memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak.
3)
Gemuk
atau kurus.
4)
Menginginkan
metode kontrasepsi dengan efektifitas tinggi.
5)
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui.
6)
Setelah
melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan semua
kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
7)
Pasca
keguguran.
8)
Anemia
karena haid berlebihan.
9)
Nyeri
haid hebat.
10) Siklus haid tidak
teratur.
11) Riwayat kehamilan
ektopik.
12) Kelainan payudara
jinak.
13) Kencing manis tanpa
komplikasi pad aginjal, pembuluh darah, mata, dan saraf.
14) Penyakit tiroid,
penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak.
15) Menderita tuberkulosis
(kecuali yang sedang menggunakan rifampisin).
16) Varises vena.
g.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi
1)
Hamil
atau dicurigai hamil.
2)
Menyusui
eksklusif.
3)
Perdarahan
pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
4)
Penyakit
hati akut (hepatitis).
5)
Perokok
dengan usia >35 tahun.
6)
Riwayat
penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >180/110 mmHg.
7)
Riwayat
gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun.
8)
Kanker
payudara atu dicurigai kanker payudara.
9)
Migrain
atau gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi).
10) Tidak dapat
menggunakan pil setiap hari secara teratur.
h.
Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
1)
Setiap
saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil.
2)
Hari
pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
3)
Boleh
menggunakan pada hari ke 8 tetapi perlu menggunakan metode kontrasepsi yang
lain (kondom) mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai anda menghabiskan paket pil tersebut.
4)
Setelah
melahirkan : setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif, setelah 3 bulan dan tidak
menyusui, pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
5)
Bila
berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
i.
Instruksi Kepada Klien
Catatan
: tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan pesankan untuk mengikuti
panah yang menunjuk deretan pil berikutnya.
1)
Sebaiknya
pil diminum setiap hari. Lebih baik pada saat yang sama setiap hari.
2)
Pil
yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
3)
Sangat
dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
4)
Pada
paket 28 pil dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai dengan hari yang ada
pada paket.
5)
Beberapa
paket pil mempunyai 28 pil yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis sebaiknya
anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya
tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
6)
Bila
muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil lain yang
mungkin, dan tidak memperburuk keadaan anda. Pil dapat diteruskan.
7)
Bila
muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara menggunakan pil
mengikuti cara menggunakan pil lupa.
8)
Bila
lupa minum 1 pil (hari 1-21) segera minum pil setelah ingat, boleh minum 2 pil
pada hari yang sama. Tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila
lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai
sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang
lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai tlah menghabiskan paket pil
tersebut.
9)
Bila
tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
j.
Informasi Lain Yang Perlu Disampaikan
1)
Pada
permulaan penggunaan pil kadang-kadang timbul mual, pening atau sakit kepala,
nyeri payudara, serta perdarahan bercak (spotting) yang bisa hilang sendiri.
Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama penggunaan pil, dan
semakin lama penggunaannya kelainan tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Cobalah minum pil pada saat hendak tidur atau pada saat makan malam. Bila saja
tetap timbul keluhan, silahkan berkonsultasi lagi ke dokter.
2)
Beberapa
jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil seperti rifampisin, fenitoin
(dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik, antidepresan, ampisilin dan
penisilin, tetrasiklin. Klien yang memakai obat-obatan di atas untuk jangka
panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan dosis etinilestradiol 50mg
atau dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi yang lain (Setyaarum, 2009 :
96-105).
2.
Kontrasepsi Pil Progestin
a.
Profil
1)
Cocok
untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB
2)
Sangat
efektif pada masa laktasi.
3)
Dosis
rendah.
4)
Tidak
menurunkan produksi ASI.
5)
Tidak
memberikan efek samping esterogen.
6)
Efek
samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak atau perdarahan
tidak teratur.
7)
Dapat
dipakai sebagai sebagai kontrasepsi darurat.
b.
Jenis Minipil
1)
Kemasan
dengan isi 5 pil : 300 µg levonogestrel atau 350 µg noretindron.
2)
Kemasan
dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel.
c.
Cara Kerja Minipil
1)
Menekan
sekresi gonadotropin dan sintesis steroid di Ovarium (tidak begitu kuat).
2)
Endometrium
mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit.
3)
Mengentalkan
lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma.
4)
Mengubah
motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu.
d.
Efektifitas
Sangat
efektif (98,5%). Pada penggunaan minipil jangan sampai terlupa satu dua tablet
atau jangan sampai terjadi gangguan gastrointestinal (muntah,diare), karena
akibatnya kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Agar didapatkan
kehandalan yang tinggi, maka :
1)
Jangan
sampai ada tablet yang lupa.
2)
Sebaiknya
tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari).
e.
Keuntungan Kontrasepsi
1)
Sangat
efektif bila digunakan secara benar.
2)
Tidak
mengganggu hubungan seksual.
3)
Tidak
mempengaruhi ASI.
4)
Kesuburan
cepat kembali.
5)
Nyaman,
mudah digunakan.
6)
Sedikit
efek samping.
7)
Dapat
dihentikan setiap saat.
8)
Tidak
mengandung esterogen.
f.
Keuntungan Nonkontraseptif
1)
Mengurangi
nyeri haid.
2)
Mengurangi
jumlah darah haid.
3)
Menurunkan
tingkat anemia.
4)
Mencegah
kanker endometrium.
5)
Melindungi
dari penyakit radang panggul.
6)
Tidak
meningkatkan pembekuan darah.
7)
Dapat
diberikan pada penderita endometriosis.
8)
Kurang
menyebabkan peningkatan tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi.
9)
Dapat
mengurangi keluhan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung, nyeri
payudara, nyeri pada betis, lekas marah).
10) Sedikit sekali
mengganggu metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada
perempuan pengidap kencing manis yang belum menglami komplikasi.
g.
Keterbatasan
1)
Hampir
30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea).
2)
Peningkatan/penurunan
berat badan.
3)
Harus
digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
4)
Bila
lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
5)
Payudara
menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat.
6)
Resiko
kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kahamilan) tetapi resiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil.
7)
Efektivitasnya
menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi.
8)
Tidak
melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS.
9)
Hirsutisme
(tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi.
h.
Yang Boleh Menggunakan Minipil
1)
Usia
reproduksi.
2)
Telah
memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
3)
Menginginkan
suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif selama periode menyusui.
4)
Pasca
persalinan dan tidak menyusui.
5)
Pasca
keguguran.
6)
Perokok
segala usia.
7)
Mempunyai
tekanan darah tinggi (selama <180 atau="" darah.="" dengan="" masalah="" mmhg="" pembekuan="" span="">180>
8)
Tidak
boleh menggunakan esterogen atau lebih senang tidak menggunakan esterogen.
i.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil
1)
Hamil
atau diduga hamil.
2)
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3)
Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4)
Menggunakan
obat tuberkulosis rifampisin, atau obat untuk epilepsi fenitoin dan barbiturat.
5)
Kanker
payudara atau riwayat kanker payudara.
6)
Sering
lupa menggunakan pil.
7)
Miom
uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
8)
Riwayat
stroke. Progestin menyebabkan spasme pembuluh darah.
j.
Waktu Mulai Menggunakan Minipil
1)
Mulai
hari pertama sampai hari ke lima siklus haid. Tidak diperlukan pencegahan
dengan kontrasepsai lain.
2)
Dapat
digunakan setiap saat, asal saja tidak terjadi kehamilan. Bila menggunakannya
setelah hari ke 5 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
3)
Bila
klien tidak haid (amenorea), minipil dapat digunakan setiap saat asal saja
diyakini tidak hamil. Jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain selama 2 hari saja.
4)
Bila
menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan dan tidak haid,
minipil dapat digunakan setiap saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan
kontrasepsi tambahan.
5)
Bila
lebih dari 6 minggu pasca persalinan dan klien telah mendapat haid, minipil
dapat dimulai pada hari ke 1-5 siklus haid.
6)
Minipil
dapat digunakan segera pasca keguguran.
7)
Bila
klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin menggantinya
dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak hamil, tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid beriktnya.
8)
Bila
kontrasepsi yang sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, minipil diberikan pada
jadwal suntikan berikutnya.
9)
Bila
metode kontrasepsi sebelumnya non hormonal atau ibu tersebut ingin menggantinya
dengan minipil diberikan pada hari ke 1-5 siklus haid dan tidak memerlukan
metode kontrasepsi lainnya.
10) Bila kontrasepsi yang
digunakan sebelumnya AKDR (termasuk AKDR yang mengandung hormon), minipil dapat
diberikan pada hari ke 1-5 siklus haid. Dilakukan pengangkatan AKDR.
k.
Instruksi Kepada Klien
1)
Minum
minipil setiap hari pada waktu yang sama.
2)
Minum
pil pertama pada hari pertama haid.
3)
Bila
klien muntah pada waktu 2 jam setelah
menggunakan pil, minumlah pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi
lain bila klien berniat melakukan hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
4)
Bila
klien menggunakan pil terlambat 3 jam, minumlah pil tersebut begitu klien
ingat. Gunakan metode pelindung selama 48 jam.
5)
Bila
klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa tersebut segera
setelah klien ingat dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
6)
Walaupun
klien belum haid, mulailah paket baru sehari setelah paket terakhir habis.
7)
Bila
haid klien teratur setiap bulan dan kemudian kehilangan 1 siklus (tidak haid)
atau bila merasa hamil, temui petugas klinik klien untuk memeriksa uji
kehamilan.
l.
Informasi Lain Yang Perlu Diperhatikan
1)
Terjadinya
perubahan pola haid merupakan hal yang sering ditemukan selama menggunakan
minipil, terutama pada 2 atau 3 bulan pertama. Perubahan pola haid tersebut
umumnya hanya bersifat sementara dan tidak sampai mengganggu kesehatan.
2)
Kadang-kadang
dapat timbul efek samping berupa peningkatan berat badan, sakit kepala ringan
dan nyeri payudara. Semua efek samping ini tidak berbahaya dan biasanya hilang
dengan sendirinya.
3)
Obat-obatan
tertentu seperti obat untuk tuberkulosis (rifampisin) dan beberapa obat
epilepsi dapat mengurangi efektivitas minipil. Minipil tidak mencegah
terjadinya infeksi menular seksual, termasuk AIDS. Bila pasangan memilki
resiko, kondom perlu digunakan.
m.
Peringatan Khusus Untuk Pemakai Minipil
1)
Bila
beberapa bulan mengalami haid teratur dan kemudian terlambat haid, perlu
dipikirkan kemungkinan terjadi kehamilan.
2)
Bila
mengeluh perdarahan bercak yang disertai nyeri perut hebat, maka yang pertama
kali dipikirkan adalah kemungkinan kehamilan ektopik.
3)
Problem
mata (kehilangan penglihatan atau kabur), nyeri kepala hebat, maka perlu
dipikirkan kemungkinan terjadinya hipertensi atau problem vaskular (Setyaarum,
2009 : 106-115)
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Azwar,
Saifuddin, 2010, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta : 155-157
2.
BKKBN,
2011, Pasutri Jarang Pake Kontrasepsi BKKBN Turunkan 35 Ribu Bidan,http://ekbis.rmol.co/read/2011/10/02/41128/Pasutri-Jarang-Pake-Kontrasepsi-BKKBN-Turunkan-35-Ribu-Bidan,
diakses tanggal 14 Januari 2013
3.
Depkes,
2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.depkes.go.id/downloads/ Profil_Data_Kesehatan_Indonesia_Tahun_2011.pdf, diakses tanggal 13 Januari 2013
4.
Depkes,
2011, Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri Dan Wanita Usia
Subur, gizi.depkes.go.id/anemia/Pedoman%20Anemia% 20Gizi.doc, diakses tanggal
18 Januari 2013
5.
Dinkes
Jatim, 2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://dinkes.Jatimprov
.go.id/userfile/dokumen/1321926974_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2011.pdf,
diakses tanggal 13 Januari 2013.
6.
Dinkes
Jombang, 2011, Situasi Derajat Kesehatan, http://www.jombangkab. go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2011%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
7.
Dinkes
Jombang, 2010, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.jombangkab.
go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2010%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
8.
Dinkes
Jombang, 2009, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.jombangkab.
go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2009%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
9.
Hartanto,
Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta : 26-27
10. Hidayat, Azis Alimul,
2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika,
Jakarta : 60-79
11. Humas BKKBN Jatim,
2012, BKKBN Ajak Ulama Dukung Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Ber-KB, http://www.bkkbnjatim.com
/berita.php?p=berita_detail&id=705, diakses tanggal 14 Januari 2013
12. Humas BKKBN Jatim,
2012, Upayakan Optimalisasi Pelayanan KB, Gelar Temu Koordinasi bersama IBI dan
Dinkes, http://www.bkkbnjatim.com /berita.php?p=berita_detail&id=470,
diakses tanggal 13 Januari 2013
13. Mansjoer, Arif, 2009,
Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaplus, Jakarta : 350-355
14. Manuaba, Ida Bagus,
2005, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta : 441-444
15. Mochtar, Rustam,
2002, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta : 268-276
16. Nazir, Moh, 2009,
Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor : 84-85
17. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta : 92
18. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta : 35-36
19. Nursalam, 2011,
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta : 109-111
20. Saryono, 2011,
Metodelogi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendekia, Yogyakarta : 66-70
21. Setyaarum, Dyah
Noviawati, 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Muha Medika, Yogyakarta
: 96-115
22. Simbolon, Desnal,
2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Pil Pada Akseptor KB Di Desa Pandiangan Kecamatan Laeparira Kabupaten
Dairi, http://repository.usu .ac.id/bitstream/123456789/20492/7/09E02377.pdf,
diakses tanggal 23 Februari 2013
23. Sobur, Alex, 2011, Psikologi Umum, CV Pustaka Setia,
Bandung : 446 – 497
24. Suparyanto, 2011,
Wanita Usia Subur (WUS), http://dr.suparyanto. blogspot.com/2011/10/wanita-usia-subur-wus.html,
diakses tanggal 20 Januari 2013
25. Sugiyono, 2009,
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung : 147
26. Sunaryo, 2004,
Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta : 93-98
27. Syaifuddin, Abdul Bari,
2006, Buku Pelayanan Praktis Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta : MK-29
28. Varney, Helen, 2008,
Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta :462-465
29. Wiknjosastro, Hanifa,
2005, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 534
Tidak ada komentar:
Posting Komentar