IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN.
1.
Pengertian Implementasi keperawatan
Implementasi
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam Haryanto, 2007).
Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,
1994, dalam Potter & Perry, 2011).
Implementasi
keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan
anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Nettina, 2002).
Jadi,
implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk
membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria
hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2.
Tipe implementasi keperawatan
Secara
garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan (Craven dan
Hirnle, 2000) antara lain:
a.
Cognitive implementations.
Meliputi
pengajaran atau pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan
kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan,
dan lain lain.
b.
Interpersonal implementations.
Meliputi
koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi
terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain
lain.
c.
Technical implementations.
Meliputi
pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan,
menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang
abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan
lain-lain.
3.
Jenis implementasi keperawatan
Sedangkan
dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai
dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Dalam
pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain:
a.
Independent implementations.
Adalah
implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien dalam
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi
activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan
kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan
klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
b.
Interdependen/ Collaborative implementations.
Adalah
tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan
tim kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral,
obat injeksi, infus, kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya dalam pemberian obat injeksi,
jenis obat, dosis, dan efek samping merupakan tanggungjawab dokter tetapi benar
obat, ketepatan jadwal pemberian, ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis
pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien setelah pemberian merupakan
tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat.
c.
Dependent implementations.
Adalah
tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi
pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
4.
Prinsip implementasi keperawatan
Ada
tiga prinsip pedoman implementasi keperawatan (Haryanto,2007), yaitu :
a.
Mempertahankan keamanan klien
Keamanan
merupakan focus utama dalam melakukan tindakan. Oleh karena, tindakan yang
membahayakan tidak hanya dianggap sebagai pelanggaran etika standar keperawatan
professional, tetapi juga merupakan suatu tindakan pelanggaran hukum yang dapat
ditutut.
b.
Memeberikan asuhan yang efektif
Asuhan
yang efektif adalah memberiakan asuhan sesuai dengan yang harus dilakukan
semakin baik pengetahuan dan pengalaman seorang perawat, maka semakin efektif
asuhan yang diberikan.
c.
Memberikan asuhan seefisien mungkin
Asuhan
yang efisien berarti perawat dalam
memberikan asuhan dapat mengunakan waktu sebaik mungkin sehingga dapat
menyelesaikan masalah kilen.
5.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikan dalam implementasi
keperawatan
Dalam
Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara
lain:
1)
Individualitas
klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan
yang akan dilakukan.
2)
Melibatkan
klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat
stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi.
3)
Pencegahan
terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4)
Mempertahankan
kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan
kesehatan.
5)
Upayakan
rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
6)
Penampilan
perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien.
Secara
operasional hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan adalah:
a.
Pada tahap persiapan.
1)
Menggali
perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
2)
Memahami
rencana keperawatan secara baik.
3)
Menguasai
keterampilan teknis keperawatan.
4)
Memahami
rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
5)
Mengetahui
sumber daya yang diperlukan.
6)
Memahami
kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan.
7)
Memahami
standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan.
8)
Memahami
efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
9)
Penampilan
perawat harus menyakinkan.
b.
Pada tahap kerja.
1)
Mengkomunikasikan
atau menginformasikan kepada klien tentang keputusan tindakan keperawatan yang
akan dilakukan oleh perawat.
2)
Beri
kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan
yang telah diberikan oleh perawat.
3)
Menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia dan kemampuan teknis
keperawatan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
4)
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien,
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privasi, kondisi klien, respon
klien terhadap tindakan yang telah diberikan.
c.
Pada tahap terminasi.
1)
Terus
memperhatikan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan.
2)
Tinjau
kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang telah diberikan.
3)
Lakukan
pendokumentasian.
6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi proses keperawatan kesehatan jiwa
a.
Tingkat pendidikan
Pendidikan
adalah menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif
dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang timbul dari dan bergantung dari
kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu (Imam Barnadit,
1985).
b.
Pengetahuan
Pengetahuan
adalah hasil dari tahu ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan
pendengaran (Notoatmojo, 2007).
c.
Motivasi
Motivasi
berasal dari bahasa latin movere yang berarti mendorong dari dalam diri manusia
atau berperilaku (Notoatmodjo, 2007).
d.
Formulir Pengkajian Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa
Adalah
alat untuk mendapatkan data lengkap klien di RS Jiwa yang meliputi ; identitas
klien, alasan masuk RS, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan, aspek medik, daftar masalah keperawatan dan diagnosa
keperawatan (Keliat, 2006). Formulir pengkajian proses keperawatan kesehatan
jiwa tersebut diisi oleh perawat selama klien dirawat sampai persiapan pulang
dari RS.
e.
Petunjuk teknis (Juknis) Pengisian Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Adalah
pedoman yang dapat menuntun perawat dalam mengisi formulir pengkajian proses
keperawatan kesehatan jiwa yang meliputi cara pengisian identitas klien, alasan
masuk RS, faktor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan, aspek medik, daftar masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan
(Keliat, 2006).
f.
Prosedur Tetap (Protap) Kerja
Adalah
standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa sehingga pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa dapat dipertanggung jawabkan atau gugatkan secara profesional.
Standar tersebut merupakan komponen utama dalam mengendalikan mutu keperawatan
karena dapat dijadikan tolak ukur dalam mengevaluasi asuhan keperawatan yang
telah diberikan (Depkes RI, 1995).
7.
Cara mengukur implemantasi pada fase kerja
Untuk mengukur implementasi pedomannya adalah pada
standar asuhan keperawatan yang berlaku, oleh karena itu pengetahuan mengenai
standar keperawatan harus mutlak harus dimiliki. Untuk mengukur setiap
parameter yang harus diukur dapat mengunakan wawancara, kuesioner, observasi,
dan sebagainya
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Arikunto,
Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta :
Jakarta.
2.
Asmadi,
2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC :
Jakarta.
3.
Carpeniti,
L,J, 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawata. EGC : Jakarta.
4.
Gail
W, Stuart, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa,
Edisi 5. EGC : Jakarta.
5.
Gazalba,
Sidi. 2007. Pengantar Sejarah sebagai Ilmu. Bhatara : Jakarta.
6.
Haryanto,
2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaaan Konsep (Concept Mapping). Salemba Medika
: Jakarta.
7.
Herdman,
T. Helther, 2009. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. EGC : Jakarta.
8.
Hidayat,
A.Alimul Aziz, 2006. Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
9.
Irawati,
Dewi, 2011. Kualitas perawat di Indonesia buruk.
http://www.wartakotalive.com/mobile/detil/70944. Diakses 12 April
2012.
10. Keliat, Budi Anna,
2011. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa CMHN (
Intermediate Course ). EGC : Jakarta.
11. Keliat, Budi Anna,
2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa
CMHN ( Intermediate
Course). EGC : Jakarta.
12. Keliat, Budi Anna,
2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi 2. EGC : Jakarta.
13. Nettina, Sandra M,
2002. Pedoman Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
14. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta.
15. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
16. Nursalam, 2009.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta.
17. Potter, Perry, 2011.
Fundamental Keperawatan, Edisi . EGC :
Jakarta.
18. Riyadi, Sujono dan
Riyadi, Teguh, 2009. Asuhan Keperawatan
Jiwa. Graha Ilmu : Jakarta.
19. Riyanto, Agus, 2010.
Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Offset : Yogjakarta.
20. Santosa, Singgih,
2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Non Parametrik. PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
21. Soesanto, Wibisono,
2009. Biostatistik Penelitian Kesehatan (spss 16 for windows). Perc. Duatujuh :
Surabaya.
22. Surajiyo, 2006. Dasar
Dasar Logika. Bumi Aksara : Jakarta.
23. Videbeck, Sheila L,
2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
24. Wiracahyo, 2011,
Rata-rata 1000 orang di JATIM sakit jiwa.
http://www.informasijatim.com/2011/10/rata-rata-1000-orang-di-jatim-sakit.html.
Diakses 12 April 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar