SEKILAS
TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
1.
Pengertian Pemberian Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI)
Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada balita yang
telah berumur 6 bulan, berperan penting bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan
tubuh balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat penangkal berbagai
penyakit (Krisnatuti, 2005).
Makanan
Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan
kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya ( Utami, 2006 ).
Makanan
tambahan adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6-24 bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk
menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, makanan pendamping ASI
harus tetap yydiberikan kepada anak, paling tidak sampai usia 24 bulan (
Yesrina, 2000 ).
2.
Tujuan MP-ASI
Air
Susu Ibu (ASI) hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan setelah
itu, produksi Air Susu Ibu (ASI) semakin berkurang sedangkan kebutuhan gizi
bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Tujuan
pemberian MP-ASI (Soenarno, 2007) sebagai berikut:
1)
Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI
2)
Mengembangkan kemampuan bayi untuk
bermacam-macam makanan dari berbagai rasa dan tekstur.
3)
Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah
dan menelan.
4)
Melakukan adaptasi terhadap makanan yang
mengandung kadar energi yang tinggi.
Menurut
WHO (2003) pada saat seorang bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif akan dicapai
usia tertentu dimana ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan
antara kebutuhan nutrisi pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI, ini
berarti:
1)
Makanan tambahan diperlukan untuk mengisi
kesenjangan energi.
2)
Jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat
sewaktu anak bertambah usianya.
3)
Jika kesenjangan tidak diisi anak akan
berhenti pertumbuhannya atau tumbuh
lambat.
3.
Manfaat MP-ASI
ASI
hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 4-6 bulan. Setelah itu,
produksi ASI semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Pertumbuhan dan perkembangan
anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat
badan anak.
Apabila
setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan,
menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi tidak terpenuhi. Hal ini
dapat disebabkan asupan makanan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian
makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu, faktor terjadinya
infeksi pada saluran pencernan memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti
dan Yenrina, 2000).
Menurut
Indiarti ( 2008 ) manfaat makanan pendamping ASI adalah :
1)
Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik
psikomotor, otak dan kognitif si kecil yang semakin meningkat.
2)
Untuk melatih keterampilan mengunyah dan
menelan si kecil.
3)
Untuk belajar mengembangkan kemampuan
menerima berbagai rasa dan struktur makanan.
4.
Syarat MP-ASI
Menurut
Krisnatuti dan Yenrina ( 2000 ), makanan pendamping ASI yang baik harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu :
1)
Memiliki nilai energi dan kandungan protein
tinggi.
2)
Memiliki nilai suplementasi yang baik serta
mengandung vitamin dan mineral yang cocok.
3)
Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi
dengan baik.
4)
Harganya relatif murah.
5)
Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan – bahan
yang tersedia secara ideal.
6)
Bersifat padat gizi.
7)
Kandungan serat kasar atau bahan lain yang
sukar dicerna dalam jumlah sedikit. Kandungan serat kasar yang terlalu banyak
justru akan menggangu pencernaan bayi.
5.
Pemberian MP-ASI Tidak Tepat Usia
Memberi
makanan tambahan terlalu cepat atau dini menurut WHO (2006) akan berakibat :
1)
Seorang anak belum memerlukan makanan
tambahan saat ini, dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan
diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit sehingga ASI yang diproduksi
sedikit.
2)
Resiko infeksi meningkat
3)
Resiko diare meningkat karena makanan yang
dikonsumsi tidak sebersih ASI.
4)
Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil
kembali jika jarang menyusui.
6.
MP-ASI Terlambat
Bahaya
Pemberian MP-ASI terlalu lambat. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu
lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005) karena:
1)
Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan
untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien.
2)
Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh
lambat.
3)
Pada anak resiko malnutrisi dan defesiensi
mikronutrien meningkat.
7.
Makanan Bayi
Mengatur
makanan bayi dapat dibagi dalam beberapa tahapan (Krisnatuti, 2007) sebagai
berikut :
a.
Makanan bayi usia 6 bulan
Makanan
bayi usia 6 bulan sebagai berikut:
1)
ASI tetap diberikan
2)
Susu botol kecil (200 cc) diberikan 5 kali
sehari
3)
Sereal: beras putih, beras merah diberikan 1
kali.
4)
Buah: pisang, alpukat, apel, pir diberikan
satu kali
b.
Makanan bayi usia 7-8 bulan
Makanan
bayi usia 7-8 bulan adalah sebagai berikut:
1)
ASI tetap diberikan
2)
Susu botol kecil (220 cc) 4 kali sehari
3)
Sereal: lanjutan pemberian beras merah, beras
putih 2 kali sehari
4)
Buah-buahan: mangga, pir, blewah, timun suri
diberikan 1 kali sehari
5)
Daging dan makanan yang mengandung protein:
daging sapi, daging ayam, hati, tahu, tempe diberikan 1 kali sehari.
c.
Makanan bayi usia 9-12 bulan
Bayi
mulai mendekati masa batita, ia sangat aktif dan cenderung sulit untuk berhenti
bergerak. Semakin mendekati ulang tahun pertama, makanan semakin bervariasi dan
bertekstur kasar. Frekuensi makanan juga sangat bisa ditingkatkan menjadi 2-3
kali dengan 1-2 kali makanan selingan. Walaupun dia sudah mulai kehilangan
minat pada payudara atau botol, lanjutkan pemberian ASI kapanpun bayi
memintanya karena ASI tetap menjadi dasar utama dari kebutuhan nutrisinya
selama masa pertumbuhan yang pesat. Tetap perkenalkan jenis makanan baru untuk
memperluas variasi makanan dan nutrisi yang dikonsumsi (Imelda, 2009).
Makanan
yang diberikan pada bayi usia 9-12 bulan (Krisnatuti, 2007) sebagai berikut:
1)
ASI tetap diberikan atau susu formula
2)
Nasi tim atau sereal diberikan 2 kali sehari
3)
Buah: nanas, kiwi, mangga, melon diberikan 1
kali sehari
4)
Sayuran: buncis, kacang kapri, kacang
panjang, labu diberikan dicampur pada nasi tim
5)
Daging sapi, daging ayam, hati, kuning telur
diberikan satu kali sehari
6)
Biskuit sebagai selingan diberikan 2 kali
sehari
8.
Tumbuh Kembang Optimal.
Untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal, WHO dan UNICEF merekomen-dasikan empat
hal penting yang harus dilakukan yaitu:
1)
Memberikan ASI kepada bayi segera setengah
jam setelah bayi lahir.
2)
Memberikan hanya ASI saja atau ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan.
3)
Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan.
4)
Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia
24 bulan atau lebih.
9.
Pengolahan MP-ASI
Cara
pengolahan MP-ASI (Krisnatuti dkk, 2005) sebagai berikut:
a.
Makanan pokok
Makanan
pokok adalah makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang paling banyak dan
mengandung zat tepung sebagai sumber tenaga jenis makanan pokok adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar,
sagu umbi-umbian. Bubur susu yang lembut, kental dan gurih dapat dibuat dari
makanan pokok apapun dan dapat diberikan sebagai pendamping ASI.
b.
Kacang-kacangan
Kacang-kacangan
diperlukan oleh bayi untuk memenuhi kebutuhan protein yang sangat penting untuk
pertumbuhan. Jenis kacang- kacangan seperti kacang tanah, kedelai, kacang
hijau, kacang tunggak, kacang merah, kacang karo, dan lain-lain. Kulit luar
kacang-kacangan sulit dicerna, tetapi melalui pemasakan yang benar dan baik
masalah ini dapat diatasi. Pertama kacang direndam beberapa saat, kemudian
direbus sampai lunak. Buang kulit arinya lalu dihaluskan dengan cara menggerus
dan menyaring.
c.
Bahan pangan hewani
Bahan
pangan hewani bergizi tinggi dan sangat baik untuk makanan bayi. Bahan pangan
hewani yang baik untuk bayi antara lain daging sapi, ayam termasuk jeroannya
(terutama hati), ikan segar, telur, susu beserta olahannya. Sebaiknya daging
dicincang atau di tumbuk halus terlebih dahulu sebelum dimasak, sedangkan ikan
dipisahkan dari durinya kemudian di cincang. Bagian telur yang diberikan
biasanya kuningnya saja setelah direbus kemudian dihaluskan setelah itu
dicampurkan ke dalam bubur.
d.
Sayuran
Jenis
sayuran yang mengandung gizi serta yang baik untuk dimakan oleh bayi adalah
sayuran yang banyak mengandung karotennya, yaitu yang berwarna jingga dan
hijau, seperti wortel, tomat merah, bayam, kangkung sawi. Cara mengolahnya,
sayuran direbus dan dikukus hingga lunak, kemudian dicincang dan diparut dan
dicampur kedalam bubur.
e.
Buah-buahan
Buah
harus dipilih yang sudah masak dan tidak masam. Pisang biasanya sering
digunakan sebagai makanan bayi usia 4-6 bulan karena selain mengandung vitamin
dan mineral juga mengandung karbohidrat. Buah-buahan yang baik antara lain
pepaya, mangga, jeruk manis. Sebelum dikupas, cuci buah sampai bersih dan
setelah dikupas cuci buah dengan menggunakan air matang. Untuk bayi usia 5-7
bulan, buah harus diparut atau ditumbuk, kemudian disaring. Dengan demikian
bayi hanya diberi sari buah. Setelah bayi berusia 8 bulan buah tidak perlu
disaring sehingga dapat diminum bersama ampasnya.
f.
Lemak dan minyak.
Lemak
dan minyak mengandung energi yang tinggi memberi rasa lebih gurih serta makanan
lebih lunak dan mudah ditelan. Beberapa
jenis lemak yang harus ditambahkan antara lain mentega, margarine keju dan
lemak dari binatang lainnya. Jenis minyak yang umum digunakan yaitu minyak
kelapa, santan, minyak jagung, minyak kacang, minyak nabati.
10.
Pemberian MP-ASI
Makanan
MP-ASI dapat diberikan secara efisien, hal-hal yang perlu diperhatikan
(Soenardi T, 2007) sebagai berikut:
1)
Berikan secara hati-hati, sedikit demi
sedikit dari bentuk encer secara berangsur angsur kebentuk yang kental.
2)
Makanan baru dikenalkan satu persatu dengan
memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat
diterima dengan baik.
3)
Makanan yang mudah menimbulkan alergi, yaitu
sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberiannya buah-buahan,
tepung-tepungan, sayuran, daging dan lain-lain. Sedangkan telur diberikan pada
usia 6 bulan.
4)
Cara memberikan makanan bayi mempengaruhi
perkembangan emosionalnya. Oleh sebab itu jangan dipaksakan.
Tahap
awal pemberian MP-ASI, perkenalkan bubur dan sari buah 2x sehari sebanyak 1-2
sendok makan penuh. Frekuensi pemberian ini lambat laun harus
ditingkatkan. Menginjak usia 7–9 bulan
dapat diberikan makanan 3-6 sendok makan penuh
tiap kali makan paling tidak 4x sehari (Krisnatuti dkk, 2005). MP-ASI,
ASI harus tetap diberikan kepada bayi sampai berusia sekitar dua tahun atau
lebih (Depkes RI, 2005).
ASI
merupakan makanan bayi paling utama karena:
1)
ASI mengandung anti bodi yang diperlukan
bayi.
2)
Lemak yang dikandung oleh ASI lebih mudah
dicerna bayi.
3)
ASI mengandung protein yang sangat baik untuk pertumbuhan.
4)
ASI tidak mengandung alergen, sehingga tidak
menimbulkan alergi.
Tabel
2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI Menurut
Umur Bayi, Jenis Makanan Dan Frekuensi Pemberian
UMUR
|
JENIS MAKANAN
|
FREKUENSI
|
6
Bulan
|
ASI/PASI
Bubur
Susu
Sari
buah
Kuning
telur
|
Sekehendak / 5 x 185-200ml
1x sehari
1x sehari
1x sehari
|
7
Bulan
|
ASI/PASI
Bubur
Susu
Buah-buahan
Nasi
Tim saring
Kuning
telur
|
Sekehendak / 4 x 210-220ml
1x sehari
1x sehari
2x sehari
1x sehari
|
8
Bulan
|
ASI/PASI
Bubur
Susu
Buah-buahan
Nasi
Tim saring
Kuning
telur
|
Sekehendak / 4 x 200-210ml
1x sehari
1x sehari
2x sehari
1x sehari
|
9
Bulan
|
ASI/PASI
Bubur
Susu
Buah-buahan
Nasi
Tim Biasa
Kuning
telur, dan
Selingan
|
Sekehendak / 4 x 200-210ml
1x sehari
1x sehari
2x sehari
1x sehari
|
10
Bulan
|
ASI/PASI
Buah
Nasi
Tim Biasa
Kuning
Telur,
Selinngan
|
Sekehendak / 3 x 220-230ml
1x sehari
3x sehari
1x sehari
1x sehari
|
11
Bulan
|
ASI/PASI
Buah
Nasi
Tim Biasa
Kuning
Telur,
Selingan
|
Sekehendak / 3 x 220-240ml
1x sehari
3x sehari
1x sehari
2x sehari
|
12
Bulan
|
ASI/PASI
Buah
Nasi
Tim Biasa
Kuning
Telur,
Selinngan
|
Sekehendak / 3 x 230-250ml
1x sehari
3x sehari
1x sehari
2x sehari
|
Sumber:
Krisnatuti dkk, 2005
11.
Pemberian makanan yang tidak tepat pada bayi (Krisnatuti, 2005)
1)
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini
akan menurunkan frekuensi dan intensitas penghisapan bayi, yang akan merupakan
suatu resiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI.
2)
Pemberian makanan padat yang terlalu dini dapat
mengganggu sistem pencernaan bayi, karena sistem pencernaannya belum sempurna.
3)
Pemberian makanan tambahan yang terlambat
dapat menyebabkan bayi kurang gizi sehingga mudah terserang penyakit dan
infeksi, karena daya tahan tubuh menurun.
12.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Tepat Waktu
1.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan hasil dari “Tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu obyek. Penginderaan terjadi melalui panca indera
yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Namun sebagian besar
pengetahuan seseorang didapat melalui panca indera mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Orang
tua yang telah memberikan MPASI ke anaknya sebelum berumur 6 bulan, alasan yang
diberikan karena memberikan MP-ASI < 6 bulan beranggapan jika anaknya
kelaparan menyebabkan tidur nyenyak anak tidak lelap, anak menangis terus
karena rasa lapar, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki orang
tua tentang pemberian MP-ASI masih kurang (Soraya, 2010). Memasuki usia 6 bulan
Bayi sudah siap untuk menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan
lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Pengetahuan tentang pemberian
MP-ASI pada bayi usia > bulan diperlukan untuk memberikan MPASI yang sesuai
dengan usia bayi.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut
Mubarok (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai
berikut:
a.
Umur
Dengan
bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan
psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat
kategori perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi,
ketiga, hilangnya ciri-ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini
terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpikir semakin matang dan dewasa.
b.
Pengalaman
Pengalaman
adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
berusahan untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut
menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap
positif dalam kehidupannya.
c.
Minat
Minat
sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
d.
Pendidikan
Pendidikan
berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal
agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada
akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
e.
Pekerjaan
Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
f.
Kebudayaan lingkungan sekitar
Kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan
sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga
kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
g.
Informasi
Kemudahan
untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang baru.
Pengukuran
pengetahuan
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.
Kriteria
untuk pengetahuan menurut Nursalam (2008):
1)
Baik :
76%-100%
2)
Cukup :
56%-75%
3)
Kurang < 56%
2.
Motivasi
a.
Pengertian motivasi
Motivasi
adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan,
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
Motivasi menurut Purwanto (2007) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong
seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam
berperilaku.
Definisi
motivasi menurut Stanford (1970), ada tiga point penting dalam pengertian
motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul
karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis
maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi,
sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Sobur, 2005).
Umumnya
orang menyebut dengan motif untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat
sesuatu. Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan
di dalam subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan).
Berawal
dari kata “motif” inilah, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif, motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Purwanto
(2007) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului tanggapan terhadap adanya
tujuan pengertian ini mengandung tiga elemen penting sebagai berikut :
1)
Bahwa motivasi ini mengawali terjadinya
perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan
membawa beberapa energi di dalam system Neurophysiological yang ada pada
organisme manusia, karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun
motivasi itu sendiri muncul dari dalam diri manusia). Penampakannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia.
2)
Motivasi ditandai dengan munculnya,
rasa/feeling afeksi seseorang. Motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3)
Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan.
Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu
tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
jadi motivasi ini dapat dirangsang oleh factor dari luar, walau motivasi itu
sendiri tumbuhnya dari dalam diri seseorang.
Komponen
utama dalam motivasi yaitu: kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi
bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan apa
yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka memenuhi harapan; sedangkan tujuan adalah hal yang ingin dicapai
oleh seseorang individu, artinya tujuanlah yang mengarahkan perilaku seseorang
itu.
Motif
adalah suatu istilah-istilah psikologis yang berasal dari bahasa Latin movere.
Menurut Branca (dikutif Sobur, 2005) movere berarti bergerak. Selanjutnya
pengertian motif lebih banyak dihubungkan dengan faktor penyebab timbulnya
aktifitas dalam suatu proses terjadinya aktifitas itu sendiri.
Motif
adalah suatu pengertian yang mencakup semua penyebab, alasan, dorongan di dalam
diri manusia yang membuat manusia bergerak. Segala perilaku manusia dimulai
dari adanya kebutuhan dalam diri. Kebutuhan inilah yang kemudian yang mendorong
manusia untuk bergerak, berarti bahwa sumber dari motif adalah kebutuhan (need)
dan dorongan (drive). Motif, disamping sebagai dorongan dari dalam diri manusia
juga mengandung pengertian adanya suatu tujuan yang ingin dicapai (Sobur,
2005). Motif adalah kondisi internal yang membuat orang aktif dan
mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagian ahli berpendapat bahwa
istilah motif dan motivasi mengandung pengertian yang sama (Purwanto, 2007).
Dari
pendapat kedua ahli tersebut ditarik kesimpulan bahwa motif adalah alasan atau
dorongan yang menggerakkan orang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi
adalah proses pembangkitan gerak agar seseorang bergerak untuk melakukan
sesuatu.
b.
Bentuk motivasi
Bentuk
motivasi, maka dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang sangat bervariasi
(Sobur, 2009) yakni:
1.
Motivasi kebutuhan organis
Motivasi
ini sama dengan motivasi physiological drives, misalnya: kebutuhan minum, makan
dan lain-lain.
2.
Motivasi darurat
Motivasi
ini timbul karena rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menyelamatkan
diri, dorongan untuk membalas dan lain-lain.
3.
Motivasi objektif
Motivasi
ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, manipulasi untuk menaruh
minat. Motivasi ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar
secara efektif.
4.
Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Motivasi
jasmaniah, misalnya: refleks, intrinsik otomatis dan nafsu. Motivasi rohaniah
adalah kemauan. Kemauan seseorang timbul melalui empat momen yaitu sebagai
berikut:
a).
Momen timbulnya alasan
Timbulnya
alasan-alasan baru sehingga seseorang itu melakukan sesuatu kegiatan baru.
b).
Momen pilih
Sesuatu
keadaan dimana alternatif-alternatif atau alasan-alasan yang ada mengakibatkan
persaingan, sehingga seseorang akan menimbang-nimbang dari berbagai alternatif
atau alasan itu untuk kemudian menentukan pilihan alternatif atau alasan yang
akan dijalankan.
c).
Momen putusan
Persaingan
antara berbagai alternatif atau alasan sudah barang tentu akan berakhir dengan
pilihannya satu alternatif atau alasan. Alternatif atau alasan yang telah
dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan.
d).
Momen terbentuknya kemauan
Momen
terbentuknya kemauan disebabkan seseorang sudah menetapkan suatu putusan untuk
dikerjakan maka timbul dorongan pada diri seseorang itu untuk bertindak
melaksanakan putusan itu.
c.
Pengukuran motivasi
Skala
Likert digunakan untuk mengukur motivasi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial, dengan Skala Likert maka motivasi akan dijabarkan menjadi
suatu indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan.
Jawaban
setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara (Azwar, 2008)
lain:
Pernyataan
positif :
1)
Sangat
Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2)
Setuju
(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 3
3)
Tidak
Setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4)
Sangat
Tidak Setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
Pernyataan
negatif :
1)
Sangat
Setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
2)
Setuju
(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner, dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 3
3)
Tidak
Setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner, dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
4)
Sangat
Tidak Setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner, dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1.
d.
Kategori Motivasi
Skala
motivasi yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas
dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan motivasi kelompok
responden. Kriteria pengukuran motivasi (Azwar, 2008) yakni:
1)
Motivasi
positif jika nilai T skor yang diperoleh
responden dari kuesioner > T mean.
2)
Motivasi
negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.
3.
Pengalaman
Pengalaman
dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan
merubah perilaku seseorang.
4.
Sosial Budaya
Sosial
budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan berevolusi
dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dari masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial
budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya
berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.
5.
Lingkungan
Lingkungan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku
seseorang.
6.
Penyuluhan
Meningkatkan
pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan penyuluhan
bertambah seseorang akan merubah perilakunya.
7.
Informasi
Informasi
merupakan pemberitahuan secara kognitif baru bagi penambahan pengetahuan.
Pemberian informasi adalah untuk menggugah kesadaran ibu hamil terhadap suatu
motivasi yang berpengaruh terhadap perilaku.
8.
Perilaku Pemberian MPASI
Dari
segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua
makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga
yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca
dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2005).
Menurut
Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2005) mengemukakan bahwa perilaku merupakan
faktor yang dominan mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan, dimana perilaku
selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial maupun sosial
budaya dan kemudian baru ditunjang oleh tersedianya fasilitas kesehatan yang
terjangkau oleh masyarakat, dan terakhir adalah faktor keturunan, dimana faktor
ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu.
Blum
(1974) menambahkan bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat
termasuk kepada orangtua yang ada anaknya mengalami penderita gizi buruk,
memerlukan intervensi dengan dua upaya yang saling bertentangan melalui:
a.
Tekanan (Enforcement)
Upaya
agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah cara
tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk
undang-undang, peraturan, intruksi, tekanan dan sanksi.
b.
Edukasi (education)
Upaya
agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar, adalah dengan
cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan
kesadaran dan sebagainya. Seperti memberikan penyuluhan dan pendidikan dan
sebagainya. Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) kesehatan seseorang
atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor
diluar perilaku.
Selanjutnya
perilaku itu sendiri terbentuk oleh 3 faktor yaitu :
1)
Faktor
Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2)
Faktor
pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti kontrasepsi dan
obat-obatan.
3)
Faktor
pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan ataupun petugas lainnya, merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
c.
Proses Adopsi Perilaku
Pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa peilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baik), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:
kesadaran, interes, evaluasi, percobaan dan adopsi.
Namun
demikian dalam penelitian lanjutan Roger (1983), telah menemukan model baru
dalam memperbaiki penelitiannnya proses perubahan perilaku terdahulu dengan teori yang di kenal “
Deffusion of innovation “ meliputi :
1)
Knowledge
(pengetahuan) terjadi bila individu (ataupun suatu unit perbuatan keputusan
lainnya) diekspos terhadap eksistensi inovasi dan memperoleh pemahamannya.
2)
Persuasion
(persuasi) terjadi bila suatu individu ( ataupun suatu unit keputusan lainnya)
suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3)
Decision
(keputusan) terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya)
terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan untuk menerapkan
dan menolak inovasi.
4)
Implementation
(implementasi) terjadi bila individu (atau unit keputusan lainnya) menggunakan
inovasi.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Arikunto
Suharsimi, 2008, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
2.
Azwar
Saifudin, 2007, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jogyakarta. Pustaka
Pelajar.
3.
Depkes
RI, 2005, Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Surabaya.
4.
Dinkes
Prop Jatim, 2011, Profil Kesehatan Jawa Timur.
5.
Hasan
Iqbal, 2009, Analisis Statistik, Jakarta, Alfabeta.
6.
Hayati.2005.
MP-ASI Pada Bayi Jakarta: Bina Cipta
7.
Krisnatuti,
2005, Menyiapkan Makanan Pendamping ASI.
Jakarta: Puspa Swara.
8.
Imelda
Rina, 2009, Panduan Kehamilan dan Perawatan Bayi, Surabaya, Victory.
9.
Indiarti
MT, 2009, Buku Pintar Ibu Kreatif, ASI, Susu Formula dan Makanan Bayi.
Yogyakarta. Khasanah Ilmu Terapan.
10.
Notoatmodjo
Soekidjo, 2005, Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Seagung Seto.
11.
Nursalam,
2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan, Edisi III .
Jakarta: Salemba Medika
12.
Nurpudji,
2007, Perkembangan Anak Usia 1-5 Tahun. Jakarta. Gramedia
13.
Purwanto,
2007, Perilaku dan Sikap. Jakarta. Gramedia
14.
Riduwan
Muhammad, 2008, Penyusunan Tesis dan Skripsi, Bandung, Alfabeta.
15.
Sobur
Alex, 2005, Pengantar Psikologi Umum, Bandung, Alfabeta.
16.
Soenardi
T, 2007, Seri Menu Anak Makanan Untuk Tumbuh Kembang Bayi,
17.
Soenarno,
2007, Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh Sehat. Jakarta. Gramedia
18.
Soraya,
2010, Panduan Makanan Bayi dan Balita, Surabaya, Victory.
19.
Soekirman,
2003. Makanan Bergizi Pendamping ASI. Jakarta: Karya Cipta
20.
Supariyasa.2004. Status Ilmu Gizi. Jakarta: EGC
21.
Clumbey,
Jane. 2004. Panduan Para Ibu untuk Menyusui dan Mengenalkan Bayi pada Botol Susu. Jakarta: Erlangga
22.
Yenrina,
2000. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya
23.
Utami.
2006. Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar