SEKILAS
TENTANG HIV/AIDS
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
AIDS
adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate
100% dalam lima tahun, artinya dalam waktu lima tahun setelah diagnosis AIDS
ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pertama kali ditemukan pada tahun
1981 di Amerika Serikat dilaporkan bahwa penyakit infeksi ini diduga kuat terjadi melalui hubungan seksual.
“Pada tahun 1982-1983 mulai diketahui adanya transmisi di luar jalur hubungan
seksual, yaitu melalui transfusi darah, pengguna jarum suntik secara bersama
oleh para pengguna narkotika suntik”.
Adanya
perilaku menyimpang masyarakat mulai dari pekerja seks komersial, homoseks, dan
penggunaan narkoba suntik yang saling bergantian sangat memengaruhi meningkatnya
penyebaran HIV/AIDS di Indonesia. Adanya pola transmisi yang berkembang selain
hanya transmisi seksual, transmisi nonseksual melalui mekanisme transmisi
parenteral dan transmisi transplasental (dari ibu kepada janinnya) menjadi
ancaman baru yang melahirkan korban yang tidak berdosa. Pola pemberantasan
HIV/AIDS di Indonesia harus dilakukan secara nasional melalui kebijakan khusus
pemerintah dan dukungan pembiayaan yang cukup besar. Diharapkan hal itu mampu
menyelamatkan SDM berusia produktif yang berpotensi bagi pembangunan dari
mewabahnya HIV/AIDS di lingkungan masyarakat.
Keberadaan
virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan the acquired immuno deficiency
syndrome (AIDS) telah menarik perhatian dunia terhadap penanggulangan dan
pemberantasan IMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran IMS dengan penularan
HIV, baik IMS yang ulseratif maupun yang nonulseratif, telah terbukti
meningkatkan resiko penyebaran HIV melalui hubungan seks. Meningkatnya infeksi
HIV menyebabkan semakin rumitnya penatalaksanaan dan penanggulangan beberapa
IMS lainnya. Selain itu, peningkatan resistensi antimikroba terhadap beberapa
kuman penyebab infeksi menular seksual telah menyebabkan beberapa rejimen
pengobatan menjadi tidak efektif”
1.2
Tujuan
1)
Untuk
mengetahui HIV/AIDS tersebut.
2)
Agar
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi HIV/AIDS.
3)
Agar
mengetahui cara pencegahan HIV/AIDS.
4)
Agar
mengetahui cara pemberantasan HIV/AIDS.
5)
Agar
mengetahui cara pengobatan / penatalaksanaan HIV / AIDS.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian HIV/AIDS
HIV
(Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia,
yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit dari luar.
Orang
yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan penular AIDS selama
hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan
penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin yang
bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan
tekanan mental dan penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya
akan mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi
akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya
sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan meninggal.
Secara
etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia
sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA)
menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1
dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS
di seluruh dunia.
Genom
HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup
virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa
protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh
protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya tular) dan mungkin
merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan
transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para
perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit
klinis tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Marlink, 1994).
2.2
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi HIV/AIDS
2.2.1
Faktor Agent
Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
2.2.2
Faktor Host
1)
Orang
yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan
kondom
2)
Pengguna
narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3)
Pasangan
seksual pengguna narkoba suntik
4)
Bayi
yang ibunya positif HIV
2.2.3
Faktor Environment
1)
Lingkungan
lokalisasi
2)
Daerah
Prostitusi
3)
Daerah
Metropolitan
2.2.4
Port of Entry and Exit
Port
of Entry :
1)
Alat
Kelamin
2)
Kulit
3)
Anal
4)
Membrane
Mukosa
5)
Darah
Port
of Exit :
1)
Alat
kelamin
2)
Kulit
3)
Anal
4)
Membrane
Mukosa
5)
Darah
2.2.5
Transmisi
1)
Darah
2)
ASI
3)
Cairan
vagina
4)
Air
mani
5)
Alat
( Jarum suntik )
BAB
III PEMBAHASAN
3.1
Cara Pencegahan HIV/AIDS
1)
Hindarkan
hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang
pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2)
Pergunakan
kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3)
Ibu
yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan
hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4)
Kelompok
resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5)
Penggunaan
jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
Adapun
usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah
penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau
informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau
informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada
semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS,
sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
virus AIDS.
3.2
Cara Pemberantasan HIV/AIDS
Langkah
– langkah memerangi HIV/AIDS antara lain :
1)
Bertindak
menghindari penularan pada diri sendiri
2)
Mempelajari
fakta yang benar tentang HIV/AIDS, karena banyak beredar anggapan dan pemikiran
yang keliru tentang hal tersebut.
3)
Menghindari
diskriminasi terhadap pengidap HIV/AIDS, memperlakukan mereka secara manusiawi.
4)
Mengadakan
tindakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV/AIDS pada lingkungan Anda
dan mencegah ketakutan yang tidak beralasan terhadap pengidap penyakit ini.
3.3
Cara Pengobatan / Penatalaksanaan Penyakit AIDS
Apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu
Pengendalian
Infeksi Opurtunistik
Bertujuan
menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial,
atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
Terapi
AZT (Azidotimidin)
Disetujui
FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
Terapi
Antiviral Baru
Beberapa
antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
1)
Didanosine
2)
Ribavirin
3)
Diedoxycytidine
4)
Recombinant
CD 4 dapat larut
Vaksin
dan Rekonstruksi Virus
Upaya
rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
Kendatipun
dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi HIV AIDS,
namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu
memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang
diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan
kematian.
Kita
semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka
membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban
dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas..
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah :
1)
HIV
(Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia,
yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap
serangan penyakit dari luar.
2)
Pencegahan
dan pemberantasan HIV/AIDS harus digalakkan untuk menurunkan angka penderita
HIV/AIDS tersebut.
3)
Hingga
saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada
hanyalah pencegahannya saja.
4.2
Saran
Kepada
pembaca janganlah mendekat pada free sex, narkoba, dan hal – hal negatif
lainnya agar kita tidak terjangkit virus tersebut, biasanya orang yang terkena
virus HIV itu gara-gara orang itu psiko tinggi (heteroseksual) yang berganti
- ganti pasangan, terutama kepada kaum
perempuan yang suka berganti - ganti
pasangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar