SEKILAS
TENTANG PENYAKIT DISENTERI
BAB
I PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Disentri
merupakan salah satu jenis diare akut atau timbul mendadak , umumnya banyak
dialami anak pada usia balita . penyebab disentri yakni infeksi kuman shigella
(disentri basiler) dan parasitentamoebah
histolitika (disentri amoba) . gejala
disentri pada anak biasanya didahului demam ( pada disentri basiler) , ada
gejala sakit perut ketika BAB dan setelahnya rasa sakit tersebut hilang serta
feses berlendir dan berdarah.
Disentri
juga dikenal sebagai fluks atau fluks berdarah yang merupakan gangguan
peradangan usus terutama usus besar yang menghasilkan diare berat yang
mengandung lender atau darah dalam feses . disentri jika terlambat di obati
akan mengakibatkan fatal .
Disentri
pada dasarnya mengacu pada ganggaun pencernaan yang ditandai dengan peradangan
pada usus atau infeksi usus . Hal ini disebabkan oleh amuba yang disebut
Entamoebahistolitika . Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO , disentri ini
dikategorikan dalam diare , diamana darah bisa muncul saat buang air besar dan
encer.
Dalam
musim penghujan penyakit disentri sangat umum terjadi pada setiap kelompok usia
sehingga pada musim tersebut sangat perlu dilakuan pencegahan penyakit
disentri. Dengan melakukan sedikit usaha dan memberikan perhatian yang layak
kearah itu kita dapat mencegah diri kita dari terjangkit penyakit itu .
Disenti
ini terkait dengan kondisi sanitasi yang buruk dan menyebar terutama melalui
makanan dan air yang terkontaminasi . Ketika sesorang terinfeksi , organisme
hidup pada usus dan dilewatkan dalam tinja orang yang terinfeksi . Jika ini
terjadi kontak dengan makanan atau air , hal itu akan terkontaminasi hal ini
biyasanya ditularkan oleh makanan atau air .
3.
Tujuan Masalah
Dengan
mengetahui penyebab penyakit disentri diharapkan masyarakat mampu
menjaga pola hidup yang bersih dan sehat
4.
Rumusan Masalah
1)
Apakah
yang dimaksud penyakit penyakit disentri?
2)
Bagaimana
etiologi dan klasifikasi penyakit disentri?
3)
Apakah
penyebab dan gejala penyakit disentri?
4)
Bagaimana
pencegahan penyakit disentri?
5)
Bagaimana
cara pemberantasan penyakit disentri dalam masyarakat?
6)
Bagaimana
pengobatan dan penatalaksanaan penyakit disentri?
7)
Bagaimana
penyakit disentri mempengaruhi factor host, agent dan environment?
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Definisi
Disentri
adalah penyakit yang timbul karena adanya infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan peradangan dan tukak pada usus besar. Pada kondisi tersebut
penderita biasanya akan sering mengalami sindroma disentri seperti sakit perut
dan diare yang bercampur darah dan amper
.
Penyakit
disentri termasuk penyakit yang mudah menular,
penyebarannya dapat ditularkan melalui makanan dan air yang telah
terkontaminasi oleh kotoran melalui perantara lalat yang membawa kuman-kuman
penyebab disentri. Penyakit ini umumnya
lebih cepat menyerang anak-anak.
Kuman-kuman
masuk ke dalam organ pencernaan yang mengakibatkan pembengkakan dan pemborokan
sehingga timbul peradangan pada usus besar. Untuk itu perlu disadari bahwa
kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih merupakan amper yang sangat penting dalam menekan angka
penyakit ini
2.
Etiologi
Bakteri
(Disentri basiler) Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk
serta amper semua kasus disentri yang
berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
1)
Escherichia
coli enteroinvasif (EIEC)
2)
Salmonella
3)
Campylobacter
jejuni, terutama pada bayi
4)
Amoeba
(Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak
usia > 5 tahun.
3.
Klasifikasi Disentri
Ada
2 macam disentri, yaitu
1)
Disentri
Amoebica
2)
Disentri
Bacilaris
|
Disentri
Amoebica
|
Disentri
Bacilaris
|
Penyebab
Dimulai
Panas
Berak
Berjangkitnya
Diagnosa
Prognosis
|
Entamoeba
Histolitika
Tidak
dengan tiba-tiba dan hebat
Tidak
ada
Tidak
sering kali, tidak banyak darah dan lender dan baunya amat busuk
Tidak
berat dan tidak secara wabah
Dapat
dengan mikroskop
Pada
penyakit endokrin tergantung pada penyakit dasarnya. Pada penyebab
obat-obatan tergantung kemampuan menghindari pemakaian obat.
|
Shigela
Disentri
Dengan
hebat dan tiba-tiba
Ada
Terlalu
sering, lebih banyak darah, lender dan nanah, tidak bau busuk.
Hebat
dan sering secara wabah
Menghendaki
pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium.
Pada
bentuk berat angka kematian tinggi, kecuali mendapat pengobatan dini. Pada
bentuk sedang angka kematian
|
|
|
|
4.
Gejala
Disentri
berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus) yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dan tinja lendir bercampur
darah.
a.
Gejala-gejala disentri antara lain:
1)
Buang
air besar dengan tinja berdarah
2)
Diare
encer dengan volume sedikit
3)
Buang
air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
4)
Nyeri
saat buang air besar (tenesmus)
b.
Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :
1)
Panas
tinggi (39,50°C – 400°C), appear toxic
2)
Muntah-muntah
3)
Sakit
kram di perut dan sakit di anus saat BAB
4)
Kadang
disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
5)
Diare
disertai darah dan lendir dalam tinja
6)
Frekuensi
BAB umumnya lebih sedikit
7)
Sakit
berut hebat (kolik)
5.
Penyebab
Disentri
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri atau protozoa atau infestasi cacing
parasit, tetapi juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia atau infeksi virus.
Dua penyebab yang paling umum adalah infeksi dengan basil dari kelompok
Shigella, dan kutu oleh amuba, Entamoeba histolytica. Ketika disebabkan oleh
basil itu disebut disentri basiler, dan ketika yang disebabkan oleh amuba itu
disebut disentri amuba.
6.
Pencegahan
Disentri
tersebar sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko
terkena kondisi tersebut, maka harus dilakukan pencegahan pada penyakit
disentri:
1)
Disentri
tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan risiko terkena
penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.
2)
Cuci
tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan sesudah makan,
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.
3)
Bila
Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus selama paling
sedikit 10 menit. Atau gunakan air
kemasan atau minuman bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam kondisi
bersegel.
4)
Jangan
minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air keran
5)
Jangan
makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum makan.
6)
Jangan
makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin belum dipasteurisasi.
7)
Jangan
makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali minuman dari kaleng
benar disegel atau botol).
7.
Pengobatan Dan Penatalaksanaan
1.
Perhatikan keadaan umum, bila pasien appear toxic, status gizi kurang, lakukan
pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk
mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi
sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.
2.
Komponen terapi disentri :
1)
Koreksi
dan maintenance cairan dan elektrolit.
2)
Diet
3)
Antibiotika
4)
Sanitasi
a).
Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti
pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi
terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit.
b).
Diet
pasien dengan disentri harus diteruskan pemberian
makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah
malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk
menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada pasien yang diduga
mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan
sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus
diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak
diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.
c).
Antibiotika
1)
pasien
dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi
yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa
sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
2)
Pilihan
utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim
10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama
5 hari.
3)
Dari
hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol
dibandingkan plasebo10.
4)
Alternatif
yang dapat diberikan : o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis o
Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis
tunggal IV atau IM o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
5)
Perbaikan
seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam
tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi
perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
6)
Terapi
antiamebik diberikan dengan indikasi : o Ditemukan trofozoit Entamoeba
hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja. o Tinja berdarah menetap
setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan
untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
7)
Terapi
yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol
30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang
disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.
d).
Sanitasi
beritahukan
pada pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungannya khususnya kebiasaan
mecuci tangan sebelum dan sesudah makan atau sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan dan buang air besar dan kecil.
8.
Hubungan Host, Agent Dan Environment
Dalam
epidemiologi atau penyebaran penyakit terdapat 3 faktor yang daapat
mempengaruhi penyebaran penyakit yaitu adanya factor host ( penyakit ), agent (
inang/ tempat penyebaran penyakit) dan environment ( lingkungan ).
Dalam
segitiga ini ketiga tiganya sangat berpengaruh pada epidemiologi masyarakat,
apabila salah satunya tidak imbang atau lebih besar maka penyebaran penyakit
akan semakin banyak, begitu pula dengan penyakit disentri dalam masyarakat yang
dipengaruhi oleh host, agent, dan environment.
A.
Environment (lingkungan)
Saat
kemarau banyak debu dan kotoran di tempat-tempat yang tersembunyi dan pada
musim hujan maka air membawanya ke tempat yang lebih terbuka. Kotoran tersebut
merupakan tempat potensial hidupnya berbagai kuman penyakit, termasuk di
dalamnya kotoran berbagai binatang khususnya tikus.
Tikus
merupakan vektor utama pembawa kuman leptospira (penyebab penyakit
leptospirosis yang sangat berbahaya). Kuman tersebut hidup pada urin tikus.
Jika kita
menginjak
kotoran tikus, dan kebetulan pada telapak kaki kita lecet/terluka maka kuman
masuk ke dalam tubuh.
Air
hujan yang kotor dapat mencemari berbagai sumber air bersih. Air yang tercemar
akan menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Maka karena
sanitasi masyarakat berkurang karena mungkin terkena banjir atau air hujan yang
kotor dan mengkonsumsi air yang kotor maka sangat rentan terhadap penyakit
disentri pada masyarakat. Jadi, factor lingkungan juga berpengaruh terhadap
penyebaran penyakit disentri dan kesehatan masyarakat.
B.
Agent
Perubahan
suhu dari panas ke dingin akan mempengaruhi daya tahan tubuh. Apalagi pada
mereka yang dalam kesehariannya selalu terpapar dengan udara terbuka dan
teriknya panas matahari, dan kini kehujanan, biasanya masyarakat yang mudah
terserang adalah masyarakat yang kekebalan tubuhnya rendah. Akibat lingkungan
yang tidak bersih dan mendukung akan menyebabkan masyarakat mudah terserang
penyakit, khususnya disentri.Kelompok masyarakat yang paling rentan dalam
kondisi ini adalah anak-anak khususnya anak balita, ibu hamil dan menyusui,
orang-orang tua serta orang dengan berbagai penyakit kronis.
C.
Host
Kuman
atau bibit penyakit akan tumbuh subur pada lingkungan kotor, keadaan lingkungan
saat musim hujan merupakan keadaan lingkungan yang memungkinkan tumbuh suburnya
berbagai kuman penyakit khususnya kuman penyakit yang potensial untuk
terjadinya wabah.
Ketika
hujan, tumpukan sampah cenderung menjadi lembab sehingga mengundang datangnya
lalat dan kecoa, vector penting pembawa kuman penyakit terutama kuman penyakit
yang menyerang pencernaan. Berbagai kuman penyakit penyebab seperti Entamoeba
histolitika dan shigela penyebab penyakit Disentri dan penyakit lainnya.
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan
Penyakit
disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai
dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang
bercampur lendir, nanah, dan darah.
Berdasarkan
penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan
disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba
histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
Bakteri
tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah
terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan
serangga yang hidup di tempat yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah
menempel di tubuhnya dan menyebar di setiap tempat yang dihinggapi.
Penyakit
juga dipengaruhi oleh factor agent, host dan environment yang saling berkaitan
dalam proses mewabahnya suatu penyakit dalam masyarakat. Jadi, tugas kita
adalah berusaha menyeimbangkan segitiga epidemiologi tersebut agar masyarakat
tetap sehat.
2.
Saran
Adapun
saran penulis kepada para pembaca adalah hendaknya menjaga kontaminasi makanan
dan air, sayur yang dicuci dengan air hangat,membiasakan hidup dengan
menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti menjaga kebersihan
perorangan dengan selalu mencuci tangan memakai sabun setelah memegang sesuatu
dan selalu menjaga kebersihan lingkungan.Kebersihan dan sanitasi yang memadai
merupakan tantangan besar bagi orang yang hidup dalam kondisi miskin di negara
berkembang di mana ada sedikit atau tanpa akses ke air tawar dan desinfektan.
Jika Anda bepergian ke negara yang memiliki risiko tinggi kontaminasi oleh
amuba penyebab disentri, saran di bawah ini dapat membantu mencegah infeksi
DAFTAR
PUSTAKA
1. http://yanuarariefudin.wordpress.com/2011/03/03/sudahkah-kita-menerapkan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/
2.
http://billybahrurrizki.blogspot.com/p/kesehatan-lingkungan-adalah.html
3.
Tulusputra,
2000, kapita selekta kodokteran jilid 2, Media Aesculapius.
4.
Braunwald
E., Faucy AS, Kasper DL, Hauzer SL, et al. Harrison’s Manual of Medicine.
McGraw Hill, ed 15. 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar