SEKILAS
TENTANG KONSEP SEGITIGA (TRIAS) EPIDEMIOLOGI
1.
Konsep Agent penyakit, manusia (Host) dan lingkungan (Environment)
Ditinjau
dari sudut ekologis ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kecacatan,
kesakitan, ketidakmampuan dan kematian yang disebut sebagai trias epidemiologi
yaitu agent penyakit, manusia dan lingkungan. Dalam keadaan normal terjadi
suatu keseimbangan yang dinamis diantara tiga komponen ini atau dengan kata
lain di sebut sehat. Pada suatu keadaan
terjadinya suatu gangguan pada keseimbangan dinamis ini, misalnya akibat
menurunnya kualitas lingkungan hidup sampai pada tingkat tertentu maka akan
memudahkan agen penyakit masuk kedalam tubuh manusia dan keadaan disebut sakit
(Chandra, 2009).
2.
Konsep agen penyakit
Agen
penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang
kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak di ketahui seperti pada
penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan lain-lain. Agen penyakit
dapat di klasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1)
Agen
biologi: Bakteri, virus, riketsia, protozoa, metazoa
2)
Agen
nutrisi: Karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan lainnya.
3)
Agen
fisik: Panas, radiasi, kelembaban, dingin, tekanan, cahaya, dan kebisingan.
4)
Agen
kimiawi: Dapat bersifat endogen seperti : asidosis, diabetes (hyperglikemia),
uremia dan bersifat eksogen seperti alergen, debu, gas, debu dan lainnya.
5)
Agen
mekanis: Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan pada
jaringan tubuh host (pejamu).
3.
Konsep Host (pejamu)
Faktor
manusia sangat komplek dalam proses terjadinya penyakit dan tergantung pada
karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain:
1.
Umur
Menyebabkan
adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-anak,
penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit arteroklerosis pada usia
lanjut.
2.
Jenis kelamin
Frekwensi
penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit
tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada
wanita sebagaimana halnya penyakit hypertrofi prostat hanya di jumpai pada
laki-laki.
3.
Ras
Hubungan
antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat dan perkembangan
kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya di jumpai pada ras tertentu
seperti sicle cell anemia pada ras negro.
4.
Genetik
Ada
penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, buta
warna, hemofilia dan lain-lain.
5.
Pekerjaan
Status
pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti :
kecelakan kerja, keracunan, silikosis, asbestosis dan lain lain.
6.
Status nutrisi
Gizi
jelek mempermuda seseorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan
gizi seperti obesitas, kolestrol tinggi dan lainnya.
7.
Status kekebalan
Reaksi
tubuh pada penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya
seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
8.
Adat istiadat
Ada
beberapa adat istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan
ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
9.
Gaya hidup
Kebiasaan
minum alkohol, narkoba, merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.
10.
Psikis
Faktor
kejiwaan seperti stres, emosional dapat menyebabkan penyakit hypertensi, ulkus
peptikum, depresi, insomnia.
2.4
Konsep Enviroment
Lingkungan
hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan internal
berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostatis. Dan
lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal
terdiri dari tiga komponen yaitu :
1.
Lingkungan fisik
Bersifat
abiotik atau benda mati seperti air, tanah, udara, cuaca, makanan, rumah, panas
dan lain lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia
sepanjang waktu dan masa . serta memegang peran penting dalam proses terjadinya
penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama
pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare dimana-mana.
2.
Lingkungan biologis
Bersifat
biotik atau benda hidup seperti tumbuh tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur,
parasit, serangga dan lain lain yang dapat berfungsi sebagai agen
penyakit.reservoir infeksi, vektor penyakit atau penjamu.
Hubungan
manusia dengan lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
ketidakseimbangan antara hubungan manusia dengan lingkungan dengan lingkungan
biologisnya maka manusia akan menjadi sakit.
3.
Lingkungan sosial
Berupa
kultur, adat istiadat, kebiasaan, kultur, agama, sikap, gaya hidup,
pekerjaan, kehidupan masyarakat. Bila
manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik yang bersifat kejiwaan dan menimbulkan penyakit psikosomatik,
stres, depresi dan lainnya.
2.5
Interaksi agen penyakit, host dan environment
Dalam
usaha pencegahan dan kontrol yang efektif terhadap penyakit perlu di pelajari
mekanisme yang terjadi antara agen, host dan environment yaitu:
1.
Interaksi antara agen penyakit dan lingkungan
Suatu
keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang
menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit,
misalnya viabilitas bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin yang
terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia
beracun oleh proses pemanasan bumi global.
2.
Interaksi antara manusia dan lingkungan
Suatu
keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungan dan terjadi pada
saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan dan kebiasaan
membuat dan menyediakan makanan.
3.
Interaksi antara host dengan agen penyakit
Suatu
keadaan agen penyakit yang menetap, berkembangbiak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respon berupa tanda-tanda dan gejala penyakit berupa demam,
perubahan fisiologi jaringan tubuh dan pembentukan kekebalan atau mekanisme
pertahanan tubuh lainnya. Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna,
kecacatan atau kematian.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Almasri
(2011). Mycoplasma Pneumoniae Respiratory Tract Infections Among Greek
Children. Hippokratia: 147–152.
2)
Arikunto,
Suharsimin (2002). Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
3)
Aziz,
Hidayat (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya:
Health Books Publishing.
4)
Calvo
C. (2007). Role of rhinovirus in
hospitalized infants with respiratory tract infections in Spain. Pediatric
Infection Dis J; 26: 904-8.
5)
Cartamil
S. (2008). Estudio de dos nuevos virus respiratorios en poblacion pediatrica
con infeccion respiratoria aguda: el metapneumovirus (hMPV)y el bocavirus
(hBoV). Revista Argentina Microbiologia; 40 Supl: 78.
6)
Chandra
Budiman, (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7)
Chandra
Budiman, (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
8)
Corwin,
Elizabeth (2008). Buku Saku Patofisiologi, ed. 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
9)
Debora
N. (2012). Rhinovirus detection by real-time RT-PCR in children with acute
respiratory infection in Buenos Aires, Argentina. Revista Argentina de
Microbiologia; 44: 259-265
10)
Depkes
RI. (2000). Informasi tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Kesehatan
Masyarakat Depkes RI.
11)
Depkes
RI. (2004). Pedoman Program Pemberantasan Peneumonia Pada Balita. Jakarta:
Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan,
Pemukiman.
12)
Depkes
RI. (2012). Buletin Jendela Epidemiologi Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RI.
13)
Dinkes
Kab. Jombang. (2010). Kondisi Geografis Kecamatan Mancar Tahun 2010. Jombang:
Bidang Yankesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
14)
Djaja
S, dan Afifah T. (2001). Determinan Prilaku Pencarian Pengobatan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan.
29:1-10.
15)
Erlien
(2008). Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
16)
Kartasasmita
CB. (2010). Morbiditas dan Faktor Risiko ISPA pada Balita di Indonesia. Majalah
Kedokteran Jakarta. 25:135-142.
17)
Keman
S. (2004). Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
1: 30-43.
18)
Narbuko,
Cholid (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Bumi Aksara
19)
Nastiti
Rahajoe, dkk. (2008). Buku Ajar Respirologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
20)
Nindya
TS dan Sulistyorini L. (2005). Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
2:43-52.
21)
Notoadmodjo,
Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
22)
Notoadmodjo,
Soekidjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
23)
Nursalam
(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
24)
Nursalam
(2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
25)
Nursalam
dan Siti pariani (2008). Pendekatan Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
26)
Ranuh
IGN. (1997). Masalah ISPA dan Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak.
27)
Saryono
(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
28)
Savolainen
C. (2003). Human rhinoviruses. Pediatric
Respiratory. Rev 2003; 4: 91-8.
29)
Setiadi
(2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
30)
Sugiono
(2000). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.
31)
Sugiyono
(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
32)
Suryo,
Joko (2010). Herbal Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
33)
Sylvia,
Price A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis proses – proses Penyakit; Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
34)
Tambayong
Jan (1999). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC.
35)
Wasis
(2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
36)
Yusuf
NA dan Sulistyorini L. (2008). Hubungan sanitasi rumah secara fisik dengan
kejadian ISPA pada anak Balita. Jurnal
Kesehatan Lingkungan.1:110-119.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar