PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Minggu, 31 Maret 2013

SEKILAS TENTANG KONTRASEPSI

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG KONTRASEPSI

1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Atikah, 2010).

2. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

1. Metode Sederhana
a. Tanpa alat
1). Coitus Interruptus ( senggama terputus)

2). KB alamiah
1.    Metode kalender ( pantang berkala)
2.    Metode suhu basal tubuh
3.    Metode pengamatan lendir/mukosa serviks
4.    Metode keefe (autopalpation)
5.    Metode simpto-termal
6.    Metode menyusui tanpa haid (Lactational Amenorrhea Method)

3). Dengan alat
a). Mekanis (Barrier)
1.    Kondom pria
2.    Barrier intra-vaginal : diafragma, kap serviks (Cervikal Cap), spons, kondom wanita
b). Kimiawi
1.    Spermatisida            : vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet (busa), vaginal soluble film

2. Metode Modern
1.    Kontrasepsi hormonal: Per-oral: Pil Oral Kombinasi (POK), Mini-pil, Morning-after pil
2.    Injeksi/Suntikan: DMPA, NET-EN, microspheres, microcapsules
3.    Sub-kutis : implant (alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
4.    Intra Uterine Devices (IUD/AKDR): Copper-T, Copper-7, Multi Load, Lippes Lop
5.    Kontrasepsi Mantap: Tubektomi, Vasektomi

3. Syarat Kontrasepsi
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik adalah:
1.    Aman pemakaiannya dan dipercaya
2.    Tidak ada efek samping yang merugikan
3.    Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4.    Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5.    Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama   pemakaiannya
6.    Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit
7.    Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
8.    Dapat diterima oleh pasangan suami istri

4. Faktor yang Mempengaruhi Kontrasepsi
Sebelum menetapkan suatu metode kontrasepsi, individu atau pasangan suami istri mula-mula harus memutuskan apakah mereka akan menerapkan program keluarga berencana, sejumlah faktor akan mempengaruhi keputusan ini, antara lain:
  1. Faktor sosial budaya: tren saat ini tentang jumlah keluarga, dampak jumlah keluarga tempat individu tumbuh dan berkembang terhadap individu tersebut. Pentingnya memiliki anak laki-laki di mata masyarakat Karena akan meneruskan nama keluarga apakah masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah anak yang dimiliki seorang laki-laki dan kejantanannya. Nilai dalam masyarakat tentang menjadi seorang “wanita” hanya bila dapat “memberi” anak kepada pasangannya.
  2. Faktor pekerjaan dan ekonomi: kemungkinan perpisahan yang lama karena melakukan wajib militer, kebutuhan untuk mengalokasi sumber-sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan atau bidang usaha, kemampuan ekonomi untuk menyediakan  calon anak-anaknya dengan makanan, pakaian, tempat berlindung, perawatan medis dan gigi, pendidikan di masa depan, pengangguran dan tuna wisma.
  3. Faktor keagamaan: pembenaran terhadap prinsip-prinsip pembatasan keluarga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh semua agama.
  4. Faktor hukum: peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluarga berencana sejak diberlakukannya undang-undang Negara Connecticut tentang pembatasan penggunaan semua alat kontrasepsi yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh majelis tertinggi pada tahun 1965.
  5. Faktor fisik: kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan, usia dan waktu “jam biologis” yang akan habis, gaya hidup tidak sehat (misal : alkholisme,  penyalahgunaan obat, merokok, bulimia, anoreksia, obesitas) penggunaan obat teratogenik.
  6. Faktor hubungan: stabilitas hubungan, masa krisi dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya anak.
  7. Faktor psikologis: kebutuhan untuk memiliki anak untuk di cintai dan mencintai orang tuanya, pemikiran bahwa kehamilan di anggap bukti bahwa kita dicintai (kedua faktor ini merupakan alasan yang umum dilontarkan oleh remaja yang mengalami kehamilan) keyakinan yang salah bahwa anak akan menyatukan kembali hubungan yang retak, rasa takut untuk mengasuh dan membesarkan anak, ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani jika menjadi orang tua.
  8. Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik: adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat di tularkan kepada bayi (misal: HIV, AIDS, Tay-Sachs, Korea Huntington, anemia sel sabit).

5. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian individu atau pasangan
Dalam menghadapi kontraindikasi medis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian individu atau pasangan terhadap pemilihan metode kontrasepsi adalah sebagai berikut:
  1. Keinginan untuk mengendalikan kehamilan secara permanen atau sementara
  2. Efektevitas metode yang digunakan, keefektifan metode kontrasepsi sangat  beragam, jumlah wanita yang tidak menginginkan kehamilannya kemudian mengalami kehamilan selama bulan pertama penggunaan metode kontrasepsi adalah 53% lebih besar sedikit dari setengah jumlah keseluruhan
  3. Pengaruh media (penekanan pada aspek positif dan negatif atau efek samping metode kontrasepsi)
  4. Efek samping dan pertanyaan yang mungkin muncul tentang keamanan suatu metode
  5. Kemungkinan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap metode
  6. Kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, penyakit menular seksual, kanker)
  7. Perkiraan lamanya penggunaan metode kontrasepsi
  8. Biaya
  9. Frekuensi hubungan seksual
  10. Jumlah pasangan seksual
  11. Faktor sosial (tren sosial saat ini terkait penggunaan berbagai metode)
  12. Faktor keagamaan (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh badan-badan keagamaan yang di anut individu atau pasangan)
  13. Faktor psikologis: perasaan tentang setiap aspek yang terkait dengan metode tertentu, (misal: prosedur yang digunakan, apakah hal tersebut berkaitan dengan aktivitas seksual, pengalaman masa lalu yang tidak menguntungkan karena penggunaan metode tertentu)
  14. Kemudahan dalam menggunakan metode tertentu (kemampuan individu untuk menguasai teknik penggunaan metode tertentu, misal: penggunaan cervical cap, diafragma, atau hal-hal yang harus dilakukan dalam menggunakan suatu metode misal pemasangan AKDR, prosedur sterilisasi, atau apakah individu mampu konsisten dalam menggunakan pil) (Buku ajar asuhan kebidanan 2007)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
  2. Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika
  3. Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
  4. Notoatmodjo. Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  5. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  6. Arum, Dyah Noviawati Setya, DKK. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Yogyakarta : Mutia Medika
  7. Shaleh, Abdul Rahman, DKK. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Prenada Media
  8. Nursalam. 2011. Kosep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu  Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  9. Mubarak, Wahid Iqbal, DKK. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
  10. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. 2011. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jombang : Permenkes
  11. Pendit. Brahm U. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  12. Mardapi. Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta : Mitra Cendekia
  13. Varney. Helen. DKK. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
  14. Surjaningrat. Suwardjono. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. 2006. Jakarta : EGC

SEKILAS TENTANG MINAT

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG MINAT

1. Pengertian Minat
Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian (Djemari Mardapi, 2008)

2. Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995 : 117)
1). Aspek kognitif
Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dari berbagai jenis media massa. Menurut Notoatmojo 2003 sumber informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh sumber informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media massa.

2). Aspek afektif
Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu: orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang  berkaitan dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

3). Aspek Psikomotorik
Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat. Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

3. Faktor- faktor yang mempengaruhi timbulnya minat menurut crow and crow (1973) yaitu:
1.    Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan untuk makan, ingin tahu seks, dorongan untuk bekerja atau mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain.
2.    Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu misal minat terhadap pakaian timbul karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain.
3.    Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

4. Macam- macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri.

1. Berdasarkan timbulnya, minat dan dapat dibedakan menjadi minat primitif dan minat kiltural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh: keinginan untuk memiliki mobil, kekayaan, pakaian mewah dan lain-lain (Witherington,1982). Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat yaitu:

a. Status ekonomi
Apabila status ekonomi, orang cenderung memperluas minat mereka mencakup hal yang semula belum mampu  mereka laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggung jawab keluarga  atau usaha yang kurang maju, maka cenderung untuk mempersempit minat mereka.

b. Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin besar pula kegiatan  yang bersifat intelek yang dilakukan. Seperti yang di kutip  notoatmojo, 1997 dari L.W. Green mengatakan bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih aman baginya”. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada sehingga berpengaruh  pada kondisi kesehatan  mereka.

c.Tempat tinggal
Di mana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak.

2. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat instrinsik dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli sebagai contoh: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang, sebagai contoh: seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas dan lulus ujian saringan SIPENMARU, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SIPENMARU minat belajarnya menjadi turun (Joner, 1965)

3. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu: Expressed interest, manifest interest, tested interest, inventoried interest (Super & Crites, 1965).
a. Expressed interest adalah minat yang diungkapakan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang di senangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.

b. Manifest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya.

c. Tested interest adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

d. Inventoried interest adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandardisasikan dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.

5. Metode Pengukuran Minat
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran minat, menurut Nurkancana dan Sumartana (Dalam Tomi Darmawan, 2007) metode pengukuran minat yaitu:

a. Observasi
Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai 1 keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

b. Interview
Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga mencakapkan akan dapat  berlangsung lebih bebas.

c. Angket atau kuesioner
Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dan penggunaan waktu, isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda pertanyaan interview. Minat diukur dengan menggunakan kuesioner atau dengan menggunakan wawancara. Dalam TRA (Theory of Reasoned Action), minat merupakan bagian dari intense sehingga belum Nampak kegiatannya dan tidak dapat dilakukan observasi secara langsung (Fishben, 1975). Hasil pengukuran minat menurut Azjen (1996), dapat dikategorikan menjadi minat tinggi (67-100%), minat sedang (34-66%) dan minat rendah (0-33%) (referensi kesehatan, 2010).

d. Inventori
Adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relatif panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan membertanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat (Arihdya, 2010).

Pengukuran minat dengan menggunakan skala likert. Skala likert ini pada umumnya dibuat seperti checklist terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif dengan 4 pilihan jawaban. Interpretasi penilaiannya adalah sebagai berikut:

Pernyataan positif:
Sangat setuju           (SS)    nilainya adalah 4
Setuju                        (S)       nilainya adalah 3
Tidak Setuju             (TS)     nilainya adalah 2
Sangat tidak setuju             (STS) nilainya adalah 1

Pernyataan negatif:
Sangat setuju (SS)              nilainya adalah 1
Setuju            (S)       nilainya adalah 2
Tidak setuju  (TS)     nilainya adalah 3
Sangat tidak setuju (STS)  nilainya adalah 4 (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012)

Kemudian hasilnya di analisis dan di presentasekan dengan criteria:
a.         Minat tinggi               : 67-100%
b.         Minat sedang            : 34-66%
c.         Minat lemah/rendah            : 0-33% (Hidayat, 2009)

6. Kriteria Minat
Menurut Nursalam (2003), minat seseorang dapat digolongkan menjadi:
1.    Rendah, Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat
2.    Sedang, Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera
3.    Tinggi, Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat dalam waktu segera.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
2.    Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika
3.    Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
4.    Notoatmodjo. Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
5.    Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6.    Arum, Dyah Noviawati Setya, DKK. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB terkini. Yogyakarta : Mutia Medika
7.    Shaleh, Abdul Rahman, DKK. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Prenada Media
8.    Nursalam. 2011. Kosep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu  Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
9.    Mubarak, Wahid Iqbal, DKK. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
10. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang. 2011. Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan. Jombang : Permenkes
11. Pendit. Brahm U. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC
12. Mardapi. Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta : Mitra Cendekia
13. Varney. Helen. DKK. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
14. Surjaningrat. Suwardjono. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. 2006. Jakarta : EGC