PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Jumat, 03 September 2010

HIPERPIGMENTASI ( EFEK SAMPING KONTRASEPSI SUNTIK )

Dr. Suparyanto, M.Kes

HIPERPIGMENTASI ( EFEK SAMPING KONTRASEPSI SUNTIK )

Konsep Hyperpigmentasi

Pengertian
  • Hiperpigmentasi merupakan gangguan pigmentasi kulit dimana warna kulit berubah menjadi lebih gelap (kecoklatan, keabuan, kebiruan, atau kehitaman). Kelainan ini dapat mengubah penampilan dan menimbulkan keluhan estetika bahkan gangguan psikososial (Sulistia, 2005).

  • Melasma/Chloasma/hiperpigmentasi adalah bercak berwarna coklat kehitaman di kulit muka yang sangat khas, terdapat di daerah pipi dan dahi, kadang-kadang bibir atas. Melasma sering timbul selama kehamilan, akibat kontrasepsi suntik, akibat pemakaian kosmetika dan sinar matahari. Melasma salah satu dari tiga jenis bercak yang biasa hinggap di kulit wajah (Wanda, 2008).

  • Dua lainnya yaitu keratosis seboroik yang permukaannya menonjol dan freckles yang permukaannya datar. Keratosis seboroik terjadi akibat pengaruh usia, dan biasanya menyerang kulit wajah wanita berusia 35 tahun ke atas. Pemicunya faktor keturunan dan paparan sinar matahari (Nada, 2009).

  • Ephilide/Freckle adalah bercak-bercak hiperpigmentasi dengan ukuran sebesar jarum pentul sampai sebesar kacang polong atau lebih besar lagi dengan warna kecoklatan, coklat tua, dan umumnya terdapat di daerah yang terkena sinar matahari : muka, leher, lengan dan tangan bagian luar, tungkai. Kelainan ini sering bergerombol simetris kiri dan kanan. Karena sinar matahari, kelainan ini bertambah hitam dan banyak. Pada orang tua disebut Ephelide senilis atau Liver Spot atau Lentigo Senilis Sifat kelainan ini diturunkan. Timbul pada usia dewasa dan Tua. Penyebabnya juga faktor keturunan dan bahkan bisa muncul sejak masih kanak-kanak. Warnanya bervariasi mulai dari merah, kuning, cokelat muda, sampai hitam. Yang jelas, bercak ini selalu lebih gelap dibandingkan dengan warna kulit akibat dari timbunan pigmen gelap yang disebut melanin. Seiring bertambahnya usia, freckles akan memudar jika tidak terpapar sinar matahari (Nada, 2009).

Penyebab :
  1. Faktor keturunan
  2. Sinar matahari. Hal ini tergantung pada kuatnya sinar matahari (terutama jam 09.00 – 15.00 ) dan lamanya terkena sinar matahari.
  3. Kehamilan, akibat peningkatan hormon yang memacu produksi pigmen kulit.
  4. Obat-obat hormonal untuk Kontrasepsi (tablet, suntikan, susuk)
  5. Kosmetik dengan bahan tertentu.

Bagian yang diserang
  • Hyperpigmentasi umumnya menyerang bagian pipi, dahi, bibir bagian atas, hidung, dan dagu. Meski bisa pula menyerang lelaki, flek ini lebih suka hinggap di kulit wajah mulus perempuan. Ia muncul ketika kulit dirangsang untuk memproduksi pigmen melanin (zat pewarna tubuh) akibat kulit terpapar sinar ultraviolet (UV) dari Matahari. Oleh sebab itu, mereka yang tinggal di daerah tropis berpeluang lebih besar terkena melasma ketimbang mereka yang tinggal di daerah subtropis (Sulistia, 2005).

  • Melanin yang diproduksi di melanosit atau sel kulit ini berfungsi melindungi lapisan kulit bagian dalam dari sinar jahat UV itu. Jika kulit terus-menerus terpapar sinar Matahari, otomatis melanosit terus memproduksi melanin yang akhirnya menumpuk dan menimbulkan noda-noda hitam di wajah. Jika tidak ditangani, noda ini akan semakin melebar. Selain bisa menimbulkan melasma, paparan sinar matahari yang terus-menerus pada kulit yang tidak terlindung bisa membuat kulit menjadi tua sebelum waktunya (Narendra, 2008).

Macam Hyperpigmentasi
Secara umum, hiperpigmentasi dapat dibedakan atas :
  1. Hiperpigmentasi dangkal / epidermal. Terletak di lapisan epidermis kulit. Paling sering berupa bercak kecil kecoklatan di daerah terpapar sinar matahari (Efelid / freckles)
  2. Hiperpigmentasi dalam / dermal. Terletak di lapisan dermis kulit. Misalnya Nevus Ota
  3. Hiperpigmentasi bawaan
  4. Hiperpigmentasi campuran. Dapat terletak di lapisan epidermis, dermis maupun keduanya, seperti pada melasma ( bentuk lebar pada dahi, pipi, hidung, dan diatas bibir)
  5. Hiperpigmentasi pasca radang. Menyertai semua proses inflamasi kulit seperti trauma, infeksi, gigitan serangga, jerawat, dll. (Sheila, 2008)

Cara Mencegah Hyperpigmentasi
  1. Menghindari pemicu flek, yakni paparan sinar matahari, terutama pada pukul 12.00 – 15.00. Jika terpaksa tidak bisa menghindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari, gunakanlah tabir surya atau sunblock.
  2. Memperhatikan asupan makanan. Jangan memanjakan mulut, tapi melupakan kulit. Maksudnya, konsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung antioksidan.
  3. Berolahraga secara teratur
  4. Istirahat cukup
  5. Menghindari stres dengan melakukan yoga atau meditasi misalnya, serta menggunakan perawatan dari dalam.
  6. Dapat menggunakan krim yang berfungsi mengontrol penggandaan jumlah sel kulit dan melanin berlebih (Narendra, 2008).

Dampak
  • Dampak dari hyperpigmentasi adalah wanita merasa tidak pede (percaya diri) dengan penampilan wajahnya yang dihinggapi bintik-bintik hitam sehingga banyak wanita yang berusaha untuk menghilangkan noda hitam dengan menggunakan kosmetik yang sangat berbahaya. Kebanyakan wanita setelah menggunakan kosmetik tidak menjadi putih terkadang bertambah hitam (Suhaemi, 2009).

Penatalaksanaan
  • Pengobatan yang terbaik adalah pengobatan kausal, sehingga penting dicari faktor penyebabnya. Selain itu penatalaksanaannya meliputi aspek kuratif dan preventif. Dan perlu diingat, makin dalam letak pigmen dalam kulit, akan makin sulit pengobatannya. 
  • Secara umum penatalaksanaan hiperpigmentasi meliputi :
  1. Pemakaian sun block / sun screen spektrum luas.
  2. Terapi topikal, dengan menggunakan zat-zat pemutih seperti hidrokuinon 2-5 % atau kombinasi dengan zat lain seperti tretinoin, steroid, dll.
  3. Chemical peeling.
  4. Mikrodermabrasi.
  5. Laser ( Q-Switched Ruby, Q-Switch-Nd ).
  6. Pemakaian tabir surya yang benar :
  • Dioleskan ½ jam sebelum terkena matahari, sehingga diperoleh perlindungan yang optimal .
  • Oleskan tabir surya agak tebal terutama bila akan beraktifitas di bawah sinar matahari.
  • Kemampuan krim tabir surya melindungi wajah sekitar 4-5 jam sehingga pemakaiannya perlu diulang.
  • Bila melakukan olah raga berat atau berenang, pemakaian tabir surya perlu diulang tiap 2 jam.(Maramis, 2006)

Hubungan Lama Kontrasepsi Suntik Dengan Hyperpigmentasi
  • Metode suntik 3 bulan membuat hyperpigmentasi pada wajah yang merupakan hal dilematis pada penggunaannya. Hal ini dikarenakan pemakaian kontrasepsi suntik 3 bulan yang lama yaitu lebih dari 2 tahun, mengakibatkan penumpukan hormon progesteron di dalam tubuh sehingga mempengaruhi timbulnya hyperpigmentasi pada wajah (Varney’s, 2006).

  • Sementara itu melasma yang lebih dikenal awam sebagai flek itu sering menimpa wanita. Bisa dimengerti sebab salah satu pemicunya adalah faktor hormonal, selain keturunan dan pajanan sinar matahari. Faktor hormon ini yang menjelaskan mengapa wanita pengguna kontrasepsi suntik atau sedang melakukan sulih hormon terkadang dihinggapi flek pada wajahnya (Jesica, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arfiko.2005. Farmapologis Kontrasepsi Suntik. Jakarta : FKUI.
  2. Bambang. 2006. Journal of Faktor Libido (Internet). Available from : (http//.www.kespro.com) (Accessed March 15, 2010).
  3. BKKBN. 2005. Peran Serta Masyarakat Dalam Ber-KB. Jakarta : BKKBN.
  4. Denisa, 2009. Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.
  5. George, 2006. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta EGC.
  6. Hanafi. 2005. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN.
  7. Manuaba, Ida Bagus Gde.2003. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. EGC. Jakarta.
  8. Nada. 2009. Journal of Libido (Internet). Available from : (http//.www.info-kespro.com.id) (Accessed March 15, 2010).
  9. Prawiroharjo 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
  10. Rochjati. 2008. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya:Universitas Airlangga
  11. Suhaemi. 2009. Journal of Libido dan Pengaruhnya (Internet). Available from : (http//.www.info-kespro.com.id) (Accessed March 15, 2009).
  12. Suhermi. 2009. Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
  13. Sulistia. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta : EGC.
  14. Wanda. 2008. Journal of Hasil Penelitian Hubungan antara Alat Kontrasepsi dengan Gairah Seksual. (Internet). Available from : (http//.www.info-kia.com) (Accessed March 15, 2008)..
  15. Varney.2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.
 

    2 komentar:

    1. thanks artikelnya...
      mantab banget...

      BalasHapus
    2. Artikelnya keren :) ijin copy untuk tambahan materi KIR ya Pak... Terimakasih :D

      BalasHapus