MENGAPA KITA TIDAK BAHAGIA?
Yan Karta Sakamira
13 Januari 2020
Kesengsaraan merupakan dampak memperturutkan hawa nafsu, yaitu akibat
melakukan maksiat, berbuat dosa, serta meraih kesenangan dunia yang haram
bercampur dengan mudharat. Semua itu merupakan perkara yang menjadikan hidup
sengsara baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ
عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
أَعْمَى
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan
menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta.” (QS: Thaha, 124)
Maksud dari kehidupan sempit adalah kehidupan yang penuh dengan
kesusahan dan kesempitan. Syaikul Islam berkata:”Setiap kejahatan yang terjadi
di ala mini ada kaitannya dengan hamba. Penyebabnya adalah sikapnya yang menyelisihi
Rasul atau bodoh dengan ajarannya. Adapaun sebab kebahagiaan hamba dalam
kehidupannya di dunia dan akhirat dengan mengikuti ajaran Rasul”.
Untuk merubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan, dapat diperoleh dengan
bertaubat dan kembali (inabah) kepada Allah. Ibnu Qayim berkata, “Pintu
kejahatan itu bisa ditutup dengan
bertaubat dan beristighfar”.
Oleh karena itu, ketuklah pintu-pintu taubat dan tutuplah pintu-pintu
kemaksiatan agar kita bisa merasakan masisnya kebahagiaan.
Saudaraku sesama muslim, mari kita biasakan setiap hari untuk bertaubat
dan beristighfar kepada Allah atas segala dosa yang telah kita lakukan, agar
kita berakhir husnul khotimah.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar