PROTEINURIA
2.2
Pembentukan
Urin
Pada orang sehat sekitar 650 ml plasma
(1200 ml darah) melalui jaringan ekskresi ginjal yang berfungsi setiap menit
dan dibentuk sekitar 125 ml filtrat glomerulus. Air dari plasma akan melalui
glomerulus dengan bebas dan konstituen plasma yang tidak terikat dengan berat
molekul kurang dari 70.000 ada didalam filtrat glomerulus dengan konsentrasi
yang hampir sama dengan yang ada di dalam plasma. Zat dengan berat molekul
lebih dari 70.000 tidak melalui glomerulus dengan bebas dan ada dalam filtrat
glomerulus dengan konsentrasi lebih rendah dari pada konsentrasinya di dalam
plasma meskipun ukuran molekul bukan
faktor penentu untuk filtrasi. Pada manusia hampir seluruh hasil akhir
metabolisme diekskresi melalui glomerulus. Ekskresi metabolit dari kalsium,
urat dan kreatinin yang melalui tubulus kurang mempunyai arti penting pada
kadar yang tinggi di dalam plasma tetapi ekskresi tubulus dari obat (seperti
penisilin) mempunyai arti penting. Tubulus ginjal berperan memelihara air dan
konstituen yang larut melalui reabsorbsi yang menggunakan transport aktif dan
pasif atau filtrat glomerulus. Glukosa, protein, asam amino, sebagian besar air
dan ion direabsorbsi pada bagian tubulus proksimal. Pada bagian tubulus distal,
sisa air dan ion direabsorbsi maka akan terjadi pengasaman urin dan terjadi
pembentukan amonia (Baron 1990, h. 232).
2.3
Protein Urin (Proteinuria)
Filtrasi glomerulus terhadap protein
berbanding dengan ukuranya, yang umumnya bervariasi terhadap molekulnya. Bentuk
dan muatan molekul juga mempengaruhi filtrasi. Protein dengan berat molekul
lebih besar dari pada 70.000 tidak difiltrasi. Urin normal sangat sedikit
mengandung protein (40-120 mg/24 jam), dan konsentrasi ini tidak dapat
dideteksi dengan tes sederhana. Adanya protein terutama berasal dari protein
plasma. Rasio albumin globulin dari protein urin normal, yang relatif
mengandung lebih banyak globulin dengan berat molekul rendah dari pada dalam
plasma sekitar 1:1. Sebagian kecil protein yang ada dalam urin normal
mengandung sisa dari 8 gram protein (sekitar 4 gram diantaranya albumin) yang
tiap harinya masuk kedalam filtrasi glomerulus pada konsentrasi sekitar 40
mg/l, kebanyakan telah diabsorbsi dan dikatabolisme di dalam tubulus proksimal
dan juga mengandung protein yang diekskresi dari tubulus dan traktus urinarius
bagian bawah (Baron 1990, h. 240).
Adanya protein dalam urin yang menetap
hampir selalu menunujukkan pada penyakit ginjal terutama yang mengenai
glomerulus. Penyebab langsung proteinuria selalu berupa penungkatan
permeabilitas glomerulus. Glomerulus terdiri dari tiga lapisan (endotel, membrana basalis dan epitel)
yang mempunyai rangkaian pori dengan berbagai ukuran. Dalam keadaan normal
hanya sebagian kecil albumin (molekul protein terkecil dalam serum) dapat terfiltrasi
oleh glomerulus, dan sebagian besar dari albumin yang terfiltrasi ini akan
direabsorpsi oleh tubulus. Albuminuria merupakan jenis glomerulonefritis yang
paling sering ditemukan. Proteinuria berat mengacu pada pengeluaran 3,5 gram
protein per hari dan merupakan definisi laboratoris dari sindrom nefrotik.
Beberapa penderita yang menderita sindrom nefrotik dapat mengeluarkan protein
20-30 gram per hari. Proteinuria sedang dikaitkan dengan spektrum penyakit
ginjal yang luas dan proteinuria ringan (kurang dari 1 gram per hari) cenderung
dikaitkan dengan penyakit ginjal seperti pielonefritis kronik dimana
keterlibatan glomerulus tidak terlalu banyak (Price 1995, h. 796).
2.4
Macam Proteinuria
Menurut Behrman dkk (2000, h. 1826) proteinuria ada dua macam yaitu
proteinuria nonpatologis dan proteinuria patologis.
2.4.1 Proteinuria non patologis
a.
Proteinuria
postural
Seseorang dengan gangguan proteinuria postural, mengekskresikan protein
dalam jumlah yang normal atau sedikit meningkat pada posisi terlentang. Pada
posisi tegak, jumlah protein dalam urin dapat meningkat 10 kali atau lebih.
Proteinurianya biasanya ditemukan pada analisis urine rutin, etiologinya belum
diketahui.
b. Proteinuria karena demam
Proteinuria sementara ini dapat ditemukan pada penderita dengan demam
lebih dari 38,3°C. Mekanisme proteinuria yang disertai dengan demam tinggi
belum diketahui. Proteinuria karena demam tinggi akan menghilang pada saat
demamnya menurun.
c. Proteinuria karena olahraga
Proteinuria jenis ini akan timbul karena olahraga yang terlalu berat.
Kadarnya jarang melebihi +2 pada dipstik. Gangguan ini dapat sembuh sesudah 48
jam istirahat.
2.4.2 Proteinuria patologis
a.
Proteinuria
tubulus
Pada orang sehat protein secara normal direabsorbsi di dalam tubulus
proksimal, cedera pada tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya kapasitas
reabsorbsi dan menyebabkan protein dengan berat molekul rendah keluar di dalam
urin. Proteinuria tubulus dapat ditemukan pada penderita yang memiliki riwayat
keluarga proteinuria tubulus sebelumnya. Proteinuria tubulus biasanya disertai
dengan gangguan fungsi tubulus proksimal lain seperti, glukosuria, fosfaturia, pembuangan bikarbonat, dan amoniasidoria. Proteinuria tubulus
jarang menimbulkan permasalahan diagnostik karena penyakit yang mendasari
biasanya terdeteksi sebelum proteinuria.
b.
Proteinuria
glomerulus
Penyebab tersering proteinuria jenis ini adalah kenaikan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus. Jumlah proteinuria glomerulus dapat bervariasi
mulai kurang dari 1 sampai lebih dari 30 g/24 jam. Proteinuria glomerulus
disebut selektif (kehilangan protein plasma dengan berat molekul sampai seberat
albumin, albumin juga termasuk) atau nonselektif (kehilangan albumin dan
protein yang berat molekulnya lebih besar seperti IgG).
2.5
Penyebab Proteinuria
Secara anatomi proteinuria
diklasifikasikan sebagai pre-renal, renal, dan pasca-renal.
a.
Pre-renal.
Disebabkan oleh penyakit umum yang mempengaruhi ginjal dan merupakan indikasi
kerusakan ginjal (karena peningkatan permaebilitas glomerulus) seperti pada
keadaan hipertensi essensial dan eklamsia. Proteinuria pada anemia berat
disebabkan oleh anoksia dan bendungan. Proteinuria sementara sering terdapat
pada demam, berkuat, dan penyakit serebrovaskular yang bisa berasal dari
kerusakan glomerulus toksik sekunder. Proteinuria ringan sering ditemukan pada
penyakit keganasan yang berat. Pada semua tipe proteinuria pre-renal
proteinuria jarang melebihi 2 gram dalam 24 jam. Jarang terjadi proteinuria pre-renal sejati
tanpa kerusakan ginjal. Proteinuria yang berkepanjangan dengan sendirinya akan
menyebabkan kerusakan ginjal.
b.
Renal.
Penyakit ginjal primer hampir selalu berhubungan dengan proteinuria dan
proteinuria yang kontinu harus dianggap disebabkan oleh kerusakan ginjal sampai
terbukti tidak benar. Proteinuria dapat menjadi tanda dari kerusakan ginjal
dini. Pada glomerulonefritis proteinuria disebabkan oleh kebocoran melalui
glomerulus yang rusak bervariasi sesuai jenis gangguan patologis.
c.
Pasca-renal.
Proteinuria yang berasal dari pasca-renal selalu berhubungan dengan sel dan
minimal. Proteinuria pasca-renal ditemukan pada infeksi berat traktus urinarius
bagian bawah dan disertai dengan hematuria bila pelvis ginjal atau ureter
dirangsang oleh batu atau bila ada penyakit keganasan setempat (Baron 1990, h.
243).
2.6
Proteinuria pada Ibu Hamil
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah
yang volumenya meningkat sampai 30-50% atau lebih, yang puncaknya terjadi pada
16-24 minggu sampai sesaat sebelum persalinan penyebabnya karena pada ini
aliran darah pada ginjal berkurang karena penekanan rahim yang membesar
(Sulistyawati 2009, h. 62).
Pada kasus disfungsi plasenta akan menyebabkan produksi vasodilator
menurun yang memungkinkan vasokonstriktor seperti angiotensi bekerja tanpa
hambatan menyebabkan peningkatan resistensi vaskular sistemik dan hipertensi.
Aliran darah ginjal berkurang yang semakin menstimulasi sekresi renin dan
produksi angiotensi. Hipertensi ditransmisikan ke kapiler glomerulus dan
menyebabkan proteinuria. Proteinuria merupakan gejala yang terakhir timbul.
Eklamsia dapat terjadi tanpa proteinuria. Proteinuria indikator pada janin.
Berat badan lahir rendah, kematian perinatal dan resiko terhadap kematian ibu
meningkat pada pre-eklamsia dengan proteinuria (Chris 2009, h. 109).
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier.,
2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia : Jakarta.
Baron.D.N.,
1990.Kapita Selekta Patologi Klinik. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
.
Dinas
Provinsi Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur : Surabaya.
Hidayati,
Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada
Kehamilan fisiologis dan Patologis. Salemba Medika : Jakarta.
Huliana,
Mellyna. 2001. Panduan Menjalani
Kehamilan Sehat. Puspa Swara : Jakarta
Leveno,
Kennethn J. 2009. Obstetri Williams,
Edisi 21. EGC, Jakarta.
Lintang, Sari, Letta, 2003. Gambaran Fraksi Protein pada Preeklamsia dan Hamil Normotif di RSUP. H.
Adam Malik- RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Notoatmodjo,
Soekidjo., 2005.Metodologi Penelitian
Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.
Nugroho,
Taufan.2011.Buku Ajar Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan, cetakan kedua.Nuha Medika : Yogyakarta.
Nurkhanifah,
Dian., 2013. “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,
Bersalin, dan Nifas Normal pada Ny. R di BPS Ny. E desa Kagok Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal 2013”,Karya
Tulis Ilmiah STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal.
Nursalam.,
2008. Konsep Penerapan Metodologi
Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
O’Challaghan,
Crish A.2009.At a Glance Sistem Ginjal,
Edisi Dua.Erlangga : Jakarta.
Price A.
Sylvia, Lorraine M. Wilson., 1995. Patofisiologi,
buku 2 edisi ke-4. EGC : Jakarta.
Pokja
Sanitasi Kabupaten Madiun. 2010. Buku
putih Madiun. Madiun
Rusilanti.,
2006. Menu Bergizi Ibu Hamil. Kawan
Pustaka : Jakarta.
Saifuddin
Bari Abdul., 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama cetakan keempat.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Sulistyawati,
Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.
Wahab,
Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
vol 3, Edisi 15. EGC : Jakarta.
Yulaikhah,
Lily., 2006. Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
dokter...apa kah ini sama dengan nefrotik syndrome....apakah penyakit ini bisa sembuh....atau menahun.....
BalasHapusProteinuria merupakan gejala penyakit nefrotik syndrome (NS), NS merupakan penyakit autoimune, jadi termasuk penyakit menahun. Trims
Hapus