METABOLISME PROTEIN
2.1.3 Metabolisme Protein
1. Transport dan absorpsi asam amino
Asam amino dari
protein yang ada dalam makanan akan diabsorbsi dari usus melalui transport
aktif dan dibawa ke hati. Di hati, asam amino disintesis menjadi molekul
protein atau dilepas kedalam sirkulasi untuk ditransport menuju sel lain.
2.
Setelah
memasuki sel tubuh asam amino bergabung dengan ikatan peptida untuk membentuk protein selular yang
digunakan untuk pertumbuhan dan regenerasi jaringan.
3.
Hanya
ada sedikit simpanan asam amino dalam sel tubuh kecuali sel hati. Protein intraselular tubuh sendiri
terus terhidrolisis menjadi asam amino dan disintesis ulang menjadi protein.
Asam amino dari makanan dan asam amino dari penguraian protein intraselular
membentuk kelompok asam amino utama yang akan memenuhi kebutuhan tubuh (Sloane
2003, h. 308).
2.1.4 Pengatur metabolisme protein
Pengaturan metabolisme protein sama seperti
metabolisme karbohidrat dan lemak yang terutama dilakukan oleh hormon.
1.
Hormon
pertumbuhan merangsang transport aktif asam amino ke dalam sel terutama sel
otot dan merangsang sintesis protein.
2.
Testosteron
adalah hormon pada laki-laki yang bermanfaat untuk menstimulasi sintesis
protein dan meningkatkan simpanan protein dalam jaringan. Estrogen adalah
hormon pada perempuan yang juga bermanfaat untuk menstimulasi sintesis protein
pada derajat yang lebih kecil.
3. Hormon tiroid meningkatkan laju
metabolisme semua sel dan penting untuk sintesis protein dan pertumbuhan.
4. Glukokortikoid menstimulasi
katabolisme protein dalam sel dan meningkatkan penggunaan asam amino oleh hati
dalam glukoneogenesis.
5. Insulin meningkatkan pemasukan asam
amino ke dalam sel dan menstimulasi sintesis protein (Sloane 2003, h. 309).
2.1.5 Katabolisme Protein
Penguraian asam amino menjadi energi
berlangsung di hati. Kelebihan asam
amino diguanakan sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.
1.
Deaminasi
merupakan proses asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan
pelepasan satu hidrogen atau satu gugus amino sehingga membentuk amonia ().
2.
Pembentukan urea oleh hati. Amonia
diubah menjadi urea melalui siklus urea oleh hati. Urea diekskresi oleh ginjal
ke dalam urine.
3.
Oksidasi asam amino terdeaminasi.
Bagian asam amino non nitrogen yang tersisa tersebut produk asam keto yang
teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto
dapat diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis)
atau lemak (lipogenesis).
4.
Karbohidrat dan lemak adalah “cadanfan protein” dan dipakai tubuh
sebagai pengganti protein untuk energi. Pada saat kelaparan tubuh menggunakan
karbohidrat dan lemak baru, kemudian memulai mengkatabolisme protein (Sloane
2003, h. 308).
2.1.6
Anabolisme
Protein
1.
Sintesis
protein dari asam amino berlangsung disebagian besar sel tubuh. Asam amino
bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang ditentukan
berdasarkan pengaturan gen.
2.
Transaminasi
yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino non essensial melalui
pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya. Proses ini melibatkan
pemindahan satu gugus amino ( dari sebuah asam amino menjadi satu asam keto
sehingga terbentuk satu asam amino dan satu asam keto yang baru.
3.
Asam amino essensial dan non
essensial. Ada 9 asam amino (fenilalanin,
valin,triptofan, treonin, lisin, leusin, isoleusin, metionin dan histadin) yang
merupakan asam amino essensial. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh
sel dan harus didapat dari makanan. 11 asam amino lainnya dapat disintesis dan
disebut asam amino non essensial
a.
Protein hewani mengandung semua asam
amino essensial dan disebut protein lengkap
b.
Protein nabati tidak memiliki
beberapa asam amino essensial yang disebut protein tidak lengkap. Protein
nabati dapat dikombinasikan dalam diet untuk memperoleh semua asam amino
essensial (Sloane 2003, h. 308).
2.1.7 Fungsi Protein
a.
Pertumbuhan
dan pemeliharaan
Sebelum sel dapat mensintesis protein
baru maka harus tersedia semua asam amino essensial yang diperlukan dengan
cukup nitrogen atau ikatan amino untuk pembetukan asam amino non essensial yang
diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin terjadi jika tersedi
campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan.
Beberapa jenis jaringan tubuh membutuhkan asam amino tertentu dalam jumlah
besar. Asam amino yang mengandung sulfur lebih banyak dibutuhkan oleh rambut,
kulit dan kuku. Protein kolagen merupakan protein utama otot urat dan jaringan
ikat. Fibrin dan miosin adalah protein lain yang terdapat dalam otot.
Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis
yang secara bergantian dipecah dan disitesis kembali. Tiap hari sebanyak 3%
jumlah protein total berada dalam keadaan dinamis. Dinding usus yang setiap 4-6
hari harus diganti membutuhkan sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh
sangat efisien dalam memelihara protein yang ada dan menggunakan kembali asam
amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan
yang sama atau jaringan lain (Almatsier 2009, h. 96).
b. Pembetukan ikatan essensial tubuh
Hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin
adalah protein, demikian pula dengan berbagai enzim. Ikatan enzim bertindak
sebagai katalisator atau membantu perubahan biokimia yang terjadi di dalam
tubuh. Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Begitupun bahan
lain yang berperan dalam penggumpalan darah. Protein lain adalah fotoreseptor pada
mata. Asam amino triptofan berfungsi
sebagai prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin yang berperan
dalam membawa pesan dari sel saraf yang satu ke yang lain. Dalam hal kekurangan
protein, tubuh memprioritaskan pembentukan ikatan tubuh yang vital ini
(Almatsier 2009, h. 96).
c. Mengatur keseimbangan air
Cairan tubuh terdapat di dalam tiga
kompartemen yaitu intraselular (di dalam sel), ekstraselular/interselular
(diantara sel), dan intravaskular (di dalam pembuluh darah). Kompartemen ini
harus dipisahkan satu sama lain oleh membran sel. Distribusi cairan di dalam
kompartemen ini harus dijaga dalam keadaan seimbang atau homeostasis.
Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem komplek yang melibatkan protein dan
elektrolit. Penumpukan cairan di dalam jaringan dinamakan edema dan merupakan
tanda awal kekurangan protein (Almatsier 2009, h. 96).
d. Memelihara netralitas tubuh
Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan
basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan tubuh
berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45) (Almatsier
2009, h. 97).
e. Pembentuk antibodi
Kemampuan tubuh untuk memerangi
infeksi bergantung pada kemampuanya untuk memproduksi antibodi terhadap
organisme yang menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan asing yang
memasuki tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak yang menderita kurang gizi
kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap infeksi karena
ketidakmampuan membentuk antibodi dalam jumlah yang cukup (Almatsier 2009, h.
97).
Kemampuan tubuh untuk melakukan
detoksifikasi terhadap bahan racun dikontrol oleh enzim yang terutama terdapat
di dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi
pengaruh toksik bahan racun ini kurang. Seseorang yang menderita kekurangan
protein lebih rentan terhadap bahan racun dan obat (Almatsier 2009, h. 97).
f. Mengangkut zat gizi
Protein memegang peranan esensial
dalam mengangkut zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke
dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel.
Sebagian besar bahan yang mengangkut zat gizi ini adalah protein. Kekurangan
protein menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi zat gizi (Almatsier
2009, h. 97).
DAFTAR
PUSTAKA
Almatsier.,
2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Gramedia : Jakarta.
Baron.D.N.,
1990.Kapita Selekta Patologi Klinik. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
.
Dinas
Provinsi Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur : Surabaya.
Hidayati,
Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada
Kehamilan fisiologis dan Patologis. Salemba Medika : Jakarta.
Huliana,
Mellyna. 2001. Panduan Menjalani
Kehamilan Sehat. Puspa Swara : Jakarta
Leveno,
Kennethn J. 2009. Obstetri Williams,
Edisi 21. EGC, Jakarta.
Lintang, Sari, Letta, 2003. Gambaran Fraksi Protein pada Preeklamsia dan Hamil Normotif di RSUP. H.
Adam Malik- RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Notoatmodjo,
Soekidjo., 2005.Metodologi Penelitian
Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo.
Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.
Nugroho,
Taufan.2011.Buku Ajar Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan, cetakan kedua.Nuha Medika : Yogyakarta.
Nurkhanifah,
Dian., 2013. “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil,
Bersalin, dan Nifas Normal pada Ny. R di BPS Ny. E desa Kagok Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal 2013”,Karya
Tulis Ilmiah STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal.
Nursalam.,
2008. Konsep Penerapan Metodologi
Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
O’Challaghan,
Crish A.2009.At a Glance Sistem Ginjal,
Edisi Dua.Erlangga : Jakarta.
Price A.
Sylvia, Lorraine M. Wilson., 1995. Patofisiologi,
buku 2 edisi ke-4. EGC : Jakarta.
Pokja
Sanitasi Kabupaten Madiun. 2010. Buku
putih Madiun. Madiun
Rusilanti.,
2006. Menu Bergizi Ibu Hamil. Kawan
Pustaka : Jakarta.
Saifuddin
Bari Abdul., 2006. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama cetakan keempat.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Sulistyawati,
Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.
Wahab,
Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson
vol 3, Edisi 15. EGC : Jakarta.
Yulaikhah,
Lily., 2006. Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar