IBADAH 24 JAM, MAMPUKAH?
Oleh:
Yan Karta Sakamira
23 Februari 2019
Saudaraku sesama muslim, kajian kita kali ini tentang ibadah. Ibadah
adalah melaksakan perintah Allah. Allah menciptan jin dan manusia, dengan
tujuan agar jin dan manusia beribadah kepada Allah, berarti jin dan manusia
selama hidupnya diperintah oleh allah untuk beribadah. Perintah Allah tidak
hanya yang bersifat ritual saja seperti shalat, puasa, haji, namun juga ibadah
sosial seperti berbakti kepda kedua orangtua, menghormati tamu, berbuat baik
dengan tetangga dan lain sebagainya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Sanggupkah manusia beribadah terus menerus selama selama 24 jam?
Jawabannya bisa (sanggup).
Berikut ini adalah contoh kisah si Fulan yang melaksanakan ibadah terus
menerus selama 24 jam.
Pada saat Fulan bangun tidur, dilihat jam di dinding menunjukan jam 3
malam, dilihat istrinya masih tidur nyenyak disampingnya, kemudin dia
membangunkan istrinya untuk shalat tahajud. Membangunkan istri untuk shalat malam
termasuk ibadah:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ مِنَ
اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ
فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ
فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ وَجْهِهِ
الْمَاءَ.
“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu
shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila
istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati
seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun
membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air
ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud).
Selesai shalat malam, si Fulan memperbaiki wudhunya, kemudian pergi ke
masjid untuk shalat shubuh berjamaah. Pergi ke masjid dalam keadaan sudah
berwudhu juga merupakan ibadah:
Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وما من رجل يتطهر فيحسن الطهور ثم يعمد
إلى مسجد من هذه المساجد إلا كتب الله له بكل خطوة يخطوها حسنة،ويرفعه بها
درجة،ويحطّ عنه بها سيئة
“Jika seseorang wudhu dengan sempurna, kemudian menuju masjid, maka
Allah akan mencatat setiap langkahnya sebagai pahala untuknya, mengangkat
derajatnya, dan menghapuskan dosanya…” (HR. Muslim).
Sepulang dari masjid, si Fulan menolong pekerjaan istrinya sebelum
berangkat kerja, seperti membantu menyuapi anak, memandikan anak, dan menyiapkan
perlengkapan sekolah anak. Membantu pekerjaan istri juga merupakan ibadah.
‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا
حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesibukan membantu
istrinya, dan jika tiba waktu sholat maka beliaupun pergi shalat” (HR Bukhari).
Selesai membantu pekerjaan istri, si Fulan berangkat kerja, dia tidak lupa
berdoa kepada Allah sebelum berangkat kerja, agar dimudahkan dan di amankan
selama dalam perjalanan. Berdoa sebelum berangkat kerja juga merupakan ibadah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjelaskan keutamaan doa ini,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ
فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللَّهِ، قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ، وَكُفِيتَ، وَوُقِيتَ،
فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ
بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ؟
”Apabila seseorang keluar dari rumahnya kemudian dia membaca doa di
atas, maka disampaikan kepadanya: ‘Kamu diberi petunjuk, kamu dicukupi
kebutuhannya, dan kamu dilindungi.’
Seketika itu setan-setanpun menjauh darinya. Lalu salah satu setan
berkata kepada temannya,
’Bagaimana mungkin kalian bisa mengganggu orang yang telah diberi
petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ (HR. Abu Daud 5095, Turmudzi 3426, dan
dishahihkan al-Albani)
Pada saat memasukan ruangan kantor si Fulan mengucapkan salam kepada
semuanya yang telah hadir duluan. Mengucapkan salam kepada sesama teman kantor
juga merupakan ibadah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله
عنه قَالَ: [قَالَ] رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُسَلِّمْ اَلصَّغِيرُ
عَلَى اَلْكَبِيرِ, وَالْمَارُّ عَلَى اَلْقَاعِدِ, وَالْقَلِيلُ عَلَى
اَلْكَثِيرِ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ: –
وَالرَّاكِبُ عَلَى اَلْمَاشِي
“Hendaklah yang kecil memberi salam pada yang lebih tua, hendaklah yang
berjalan memberi salam pada yang sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi
salam pada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih)
Walaupun si Fulan hanya seorang staf, namun dalam hal bekerja, dia
berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, melayani masyarakat dengan
baik dan membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan. Pada
saat adzan dhuhur dan ashar, dia selalu minta ijin untuk shalat berjamaah di
masjid kantor. Membantu masyarakat dan teman selama bekerja juga merupakan
ibadah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ
عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ
كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ،
يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ
مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ
الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا
يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًـا ، سَهَّـلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَـى
الْـجَنَّةِ ، وَمَا اجْتَمَعَ قَـوْمٌ فِـي بَـيْتٍ مِنْ بُـيُوتِ اللهِ
يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ ، وَيَتَدَارَسُونَـهُ بَيْنَهُمْ ، إِلَّا نَـزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ ، وَغَشِـيَـتْـهُمُ الرَّحْـمَةُ ، وَحَفَّـتْـهُمُ
الْـمَلاَئِكَةُ ، وَذَكَـرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ، وَمَنْ بَطَّـأَ بِـهِ
عَمَلُـهُ ، لَـمْ يُسْرِعْ بِـهِ نَـسَبُـهُ
“Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin,
maka Allâh melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa
memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allâh
Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat.
Barangsiapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup (aib)nya di
dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut
menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allâh
akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu rumah Allâh (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di
antara mereka, melainkan ketenteraman akan turun atas mereka, rahmat meliputi
mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allâh menyanjung mereka di tengah
para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang diperlambat oleh
amalnya (dalam meraih derajat yang tinggi-red), maka garis keturunannya tidak
bisa mempercepatnya.” (HR: Muslim no. 2699)
Pada saat bel pulang kerja berbunyi, si Fulan segera pulang ke rumah
agar dapat shalat magrib berjamaah di masjid dekat rumah, pulang dari masjid,
si Fulan membantu anaknya menyelesaikan Pekerjaan Rumah (PR) dan mengajarinya
membaca Al Qur’an. Sekali lagi membantu pekerjaan anak juga merupakan ibadah.
Saat adzan isya’ berkumandang si Fulan segera ke masjid untuk shalat
isya’ berjamaah, sepulang dari masjid si Fulan segera tidur untuk istirahat,
dan tidak lupa sebelum tidur, si Fulan selalu berwudhu dulu dan berdoa. Selama
tidurnya si Fulan juga sedang beribadah, karena si Fulan tidur dalam keadaan
suci. Tidur dalam keadaan suci juga merupakan ibadah.
Dari Al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ
وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ ، ثُمَّ قُلْ
: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ
ظَهْرِي إِلَيْكَ ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا
مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ،
وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ ؛ فَإِنْ مُتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ فَأَنْتَ عَلَى
الْفِطْرَةِ ، وَاجْعَلْهُنَّ آخِرَ مَا تَتَكَلَّمُ بِهِ
“Apabila engkau hendak tidur, berwudhulah sebagaimana wudhu ketika
hendak shalat. Kemudian berbaringlah miring ke kanan, dan bacalah
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي
إِلَيْكَ ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ ،
رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا
إِلَيْكَ ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ ، وَبِنَبِيِّكَ
الَّذِي أَرْسَلْتَ
Ya Allah, aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku pasrahkan urusanku
kepada-Mu, aku sandarkan punggungku kepada-Mu, karena rasa takut dan penuh
haram kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari
hukuman-Mu kecuali kepada-Mu. Ya Allah, aku beriman kepada kitab-Mu yang telah
Engkau turunkan, dan kepada nabi-Mu yang telah Engkau utus.
Jika kamu mati di malam itu, kamu mati dalam keadaan fitrah. Jadikanlah
doa itu, sebagai kalimat terakhir yang engkau ucapkan sebelum tidur.” (HR.
Bukhari 247 danMuslim 2710)
Pada saat si Fulan bangun jam 3 malam, dia mengulangi kegiatan
rutinnya, berarti si Fulan bisa beribadah 24 jam.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar