PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Selasa, 02 Maret 2010

SCREENING / SKRINING / PENYARINGAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

Apa Itu Screening
  • Penyaringan atau screening adalah upaya mendeteksi/ mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan

Tujuan Screening
  • Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapi nya
  • Mencegah meluasnya penyakit
  • Mendidik masyarakat melakukan general check up
  • Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit (waspada mulai dini)
  • Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi

Bentuk Pelaksanaan Screening
  • Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
  • Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca servik pada wanita yang sudah menikah
  • Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis penyakit
  • Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas

Kriteria Program Penyaringan
  • Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas
  • Tersedia obat potensial untuk terapi nya
  • Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya nya
  • Penyakit lama dan dapat dideteksi dengan test khusus
  • Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
  • Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
  • Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
  • Ada SOP tentang penyakit tersebut
  • Biaya screening harus seimbang (lebih rendah) dengan resiko biaya bila tanpa screening
  • Penemuan kasus terus menerus

Contoh Screening
  • Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
  • Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
  • Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
  • Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
  • Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
  • Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner

Apa Itu Validitas
  • Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat
  • Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit)
  • Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik

Komponen Validitas
  • Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit
  • Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif betul-betul tidak sakit

Hasil Screening



Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)

Spesivisitas: TN / (TN + FP)

Contoh Soal


Hitung berapa sensitivitas dan spesivisitas test diatas?

Latihan:
  1. Hasil pemeriksaan screening terhadap 5000 orang PSK dengan pemeriksaan HIV cara dipstik didapatkaan hasil sebagai berikut: 100 orang hasil test positif, diantaranya dikonfirmasi dengan Western Blot positif 20, untuk yang dipstik negatif positif 1. Hitung sensitivitas dan spesificitas alat tersebut 

  1. Pemeriksaan Hb terhadap 1000 MHS D3 Kebidanan Stikes Sehat dengan cara Sahli didapatkan hasil yang anemia 400 MHS, konfirmasi dengan alat HB meter ternyata yang anemia 300 MHS, yang tidak anemia dengan cara Sahli didapatkan 30 MHS anemia. Hitung efektivitas dan spesifisitasnya

Apa Itu Reliabilitas
  • Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama
Ada 2 faktor yg mempengaruhi;
  1. Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
  2. Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil beda

Upaya Meningkatkan Reliabilitas
  • Pembakuan/standarisasi cara screening
  • Peningkatan ketrampilan pengamat
  • Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
  • Menggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
  • Memperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit juga bervariasi/ bertingkat

Bentuk mScreening
  • Screening Seri adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika hasil kedua penyaringan tersebut positif
  • Bentuk screening seri akan menghasilkan positive palsu rendah, negative palsu meningkat
  • Screenig paralel adalah screening yang dilakukan 2 kali penyaringan dan hasilnya dinyatakan positif jika hasil salah satu hasil penyaringan adalah positive
  • Bentuk screening paralel akan menghasilkan positive palsu meningkat; negative palsu lebih rendah

Predictive Value
  • Nilai Prediktif adalah besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes
  • Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar benar sakit
  • Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negative yang benar benar tidak sakit

Rumus predictive Value:

PPV: TP / (TP + FP)

NPV: TN / (TN + FN)

Latihan:
  • Pemeriksaan terhadap 500 Napi untuk penyakit HIV/AIDS dengan cara ELISA didapat hasil 50 Napi positif diantaranya yang benar menderita HIV 5 Napi, dan diantara yang negative ada 1 Napi yang menderita HIV. Hitung PPV dan NPV

  • Pemeriksaan kehamilan dengan tes urine terhadap 100 Ibu didapatkan hasil 40 ibu positif, ternyata yang benar hamil 25, sedang yang hasil urine negatif terdapat 2 ibu yang benar hamil. Hitung PPV dan NPV

Derajat Screening (Yied)
  • Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini
Faktor yg mempengaruhi:
  1. Derajat sensitivitas tes
  2. Prevalensi penyakit
  3. Frekuensi penyaringan
  4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari

Referensi
  1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
  6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

3 komentar: