PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Sabtu, 06 Agustus 2011

HAID DAN GANGGUANYA

Dr. Suparyanto, M.Kes

HAID DAN GANGGUANYA

1. Pengertian Haid
  • Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertasi pelepasan (deskuamasi) endometrium (Winkjosastro, 2005a).
  • Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat, lamanya 3-6 hari, ganti pembalut 2-5 pembalut perhari, satu siklus normal 21-35 hari (Tim konsultasi kesehatan, 2009).
2. Fisiologi Haid
  • Panjang siklus yang biasa pada manusia ialah 25-32 hari, dan kira-kira 97 persen wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-24 hari. Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya haid itu tetap. Jumlah darah yang keluar sekitar 16 centimeter cubic, pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 centimeter cubic dianggap patologik. Usia gadis remaja pada waktu pertama kali mendapatkan haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun (Winkjosastro, 2005a).
  • Pada tiap siklus dikenal tiga masa utama, antara lain :
1. Masa haid (selama 2 sampai 8 hari)
  • Endometrium dilepas, pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah.
2. Masa proliferasi (sampai hari ke 14)
  • Endometrium tumbuh kembali, disebut juga endometrium mengadakan proliferasi. Antara hari ke 12 dan ke 14 dapat terjadi pelepasan ovum dari ovarium yang disebut ovulasi.
3. Masa sekresi
  • Korpus rubrum menjadi korpus luteum yang mengeluarkan progesteron. Di bawah pengaruh progesteron ini, kelenjar endometrium yang tumbuh berkeluk-keluk mulai bersekresi dan mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak, persiapan proses nidasi. (Winkjosastro, 2005b).
  • Endometrium adalah lapisan dalam rahim yang terbentuk selama siklus normal dan kemudian dilepaskan selama periode menstruasi. Siklus normal berlangsung kira-kira 28 hari, dan ovulasi terjadi kira-kira hari ke 14 atau 15. terdapat dua hormon utama yang terlibat dalam siklus menstruasi wanita, yaitu estrogen dan progesteron. Siklus normal dikendalikan oleh kedua hormon itu, yang dihasilkan dalam jumlah bervariasi selama 28 hari. Estrogen menyebabkan endometrium tumbuh dan menebal, dimulai pada sekitar hari kelima siklus haid dengan hari pertama adalah hari pertama keluarnya darah menstruasi.
  • Ovulasi terjadi pada kira-kira hari ke 14, setelah ovulasi progesteron mulai meningkat, dan bersama dengan estrogen menyebabkan penebalan endometrium lebih lanjut untuk memepersiapkan kemungkinan implantasi sel telur yang terbuahi. Jika sel telur tidak dibuahi, ia akan masuk ke rahim dan akhirnya dikeluarkan bersama darah menstruasi. Kadar estrogen dan progesteron menurun, yang tidak menyebabkan penebalan endometrium, dan endometrium dilepaskan pada sekitar hari ke 28 sementara siklus menstruasi normal dimulai.
  • Dua hormon utama yang dihasilkan di otak mempengaruhi fungsi ovarium. follicle stimulating hormone (FSH) akibat rangsangan dari hipofisis oleh hipothalamus merangsang perkembangan folikel di ovarium yang menjadi tempat perkembangan sel telur. Luteinizing hormone menstimulasi ovarium untuk melepaskan sel telur, sehingga terjadilah ovulasi (Hager, 2002).
3. Mekanisme Terjadinya Haid
  • Pada tiap siklus haid, FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis menyebabkan beberapa folikel primer dapat berkembang di ovarium. Umumnya satu folikel, kadang-kadang juga dari satu berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang ke dua yakni LH (luteinizing hormone). Produksi kedua homone gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormone (RH) yang disalurkan dari hipothalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipothalamus dan dapat dipengaruhi oleh pengaruh dari luar termasuk hal-hal psikologik.
  • Bila penyaluran RH normal, maka gonadotropin-gonadotropin akan baik pula sehingga folikel de Graff semakin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi. Di bawah pengaruh LH folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum kemudian menjadi korpus luteum. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi).
  • Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang di ikuti spasme. Sesudah itu terjadi perdarahan dan pelepasan endometrium. Proses ini disebut haid atau mensis. Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis (Winkjosastro, 2005b).

3. Gangguan Haid

1). Macam-macam Gangguan Haid
  • Gangguan pada saat haid masih dianggap normal apabila gangguan itu terjadi selama dua tahun pertama setelah haid pertama kali (Agus, 2007).
  • Menurut Winkjosastro (2005a) gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid

1. Hipermenore atau menoragia
  • Hipermenore adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal yaitu lebih dari 8 hari (Winkjosastro, 2005b). Hipermenore adalah perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali per hari (Mansjoer, 2002).
2. Hipomenore
  • Hipomenore adalah perdarahan haid yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa dengan siklus haid yang teratur (Winkjosastro, 2005a).
  • Hipomenore adalah perdarahan haid dengan jumlah darah yang sedikit dan biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin (Mansjoer, 2002)
b. Kelainan siklus

1. Polimenore
  • Polimenore adalah keadaan dimana siklus haid lebih pendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari (Winkjosastro, 2005a).
2. Oligomenore
  • Oligomenore merupakan keadaan dimana siklus haid lebih panjang lebih dari 35 hari (Winkjosastro, 2005a).
  • Oligomenore dapat disebabkan karena terjadinya gangguan hormonal, penyakit kronis, adanya tumor, masalah gizi, gangguan makan (anoreksia nervosa) dan stres (Arju, 2008).
3. Amenore
  • Amenore adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Winkjosastro, 2005a). Amenorea merupakan keadaan tidak terjadinya haid lebih dari 3 bulan diluar amenorea fisiologis (Mansjoer, 2002). Amenore fisiologis dapat terjadi pada waktu sebelum pubertas, dalam masa kehamilan, dalam masa laktasi, dalam masa menopause.
  • Amenore dibagi menjadi:
  1. Amenore Primer : terjadi apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tapi belum mendapatkan haid. Penyebabnya lebih sulit diketahui, biasanya karena kelainan kongenital maupun kelainan genetik.
  2. Amenore Sekunder : penderita pernah mendapatkan haid, kemudian tidak terjadi haid lagi selama 3 bulan berturut –turut atau lebih. Penyebabnya meliputi : gangguan gizi, gangguan metabolisme, penyakit infeksi.
c. Perdarahan di luar haid

1. Metroragia
  • Metroragia adalah perdarahan dari vagina tanpa ada hubungannya dengan suatu suklus haid (Mansjoer, 2002). Metroragia adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid (Winkjosastro, 2005a).
d. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid

1. Dismenore
  • Dismenore merupakan nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Okparasta, 2003).
  • Dismenore dibagi menjadi :
  1. Dismenore primer : merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Winkjosastro, 2005a)
  2. Dismenore sekunder : Dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologik (Winkjosastro, 2005a).
2). Oligomenore 

a. Pengertian Oligomenore
  • Oligomenore merupakan keadaan dimana siklus haid lebih panjang lebih dari 35 hari (Winkjosastro, 2005a).
b. Etiologi
  • Oligomenore dapat disebabkan karena terjadinya gangguan hormonal, penyakit kronis, adanya tumor, masalah gizi, gangguan makan (anoreksia nervosa) dan stres (Arju, 2008).
1. Gangguan hormonal
  • Terjadinya gangguan hormonal menyebabkan perubahan keseimbangan hormon sehingga tidak mengalami ovulasi. Hal ini mengakibatkan siklus haid memanjang (oligomenore) (Agus, 2008).
2. Penyakit kronis
  • Akibat menderita penyakit kronis, tubuh mengalami kekurangan nutrisi. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi (Iskandar, 2007).
3. Masalah gizi
  • Tubuh yang sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus haid, karena sistim metabolisme di dalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi termasuk kebutuhan untuk berovulasi sehingga siklus haid pun terganggu (Agus, 2008).
4. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
  • Terjadinya gangguan makan (anoreksia nervosa) mengakibatkan sistim metabolisme di dalam tubuh terganggu. Akibatnya kebutuhan sel-sel tubuh tidak tercukupi sehingga siklus haid juga ikut terganggu (Iskandar, 2007).
5. Stres
  • Wanita yang mengalami stres, biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal. Hipothalamus saat stres akan mensekresi CRF (corticotropin releasing factor) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH (adenocorticotrophic hormone). Pelepasan ACTH menyebabkan kelenjar adrenal mensekresi hormon kortisol. Adanya sekresi hormon kortisol menimbulkan respon kewaspadaan yang merupakan salah satu respon tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi seks hormon (estrogen dan progesteron) ditekan sedemikian rupa sehingga tidak berkompetisi mendapatkan energi. Hal ini mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi (oligomenore) (Hager, 2002).

c. Cara Penanganan oligomenore
  • Untuk mendiagnosis keadaan yang mendasari terjadinya oligomenore, diperlukan keterangan-keterangan seperti riwayat medis, diet sehari-hari, kegiatan fisik, pengobatan yang pernah dilakukan dan lain-lain. Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Bagi penderita gangguan siklus haid (termasuk oligomenore), sebaiknya gangguan ini tidak didiamkan dan harus diperhatikan,karena jika dibiarkan akan berdampak pada kemandulan atau infertilitas. Usaha yang terbaik dalah dengan berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi agar mendapatkan penanganan dengan baik (Teddy, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

  1. A’at, Sriati. (2008). Tinjauan Tentang Stres. Retrieved January 03, 2009, from Http://www.recaucesunpad.ac.id
  2. Agus. (2007). Amenore Primer dan Sekunder. Retrieved December 20, 2008, from Http://cpddokter.com
  3. Agus, Rahmadi. (2008). Beberapa Penyebab Terganggunya Siklus Haid. Retrieved March 06, 2009, from Http://eramuslim.com
  4. Alimul H, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
  5. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
  6. Arju. (2008). Gangguan siklus Haid. Retrieved March 06, 2009, from Http://tabloidnova.com
  7. Aryana, Ahmad. (2009). Remaja dan Stres. Retrieved March 12, 2009, from Http://id.answer.yahoo.com
  8. Ayodya, L.Riyadi. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Stres. Jakarta: Dian Rakyat
  9. Bernike. (2008). Stres Pada Remaja. Retrieved March 12, 2009, from Http://remajaelim1.blogspot.com
  10. Budiarto, Eko. (2004). Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC
  11. Hager, W. David. (2002). Stres dan Tubuh Wanita. Batam: Interaksara
  12. Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
  13. Herlambang. (2008). Stres dan Gangguan Hormonal. Retrieved December 20, 2008, from Http://www.jambi-independent.co.id
  14. Indri, Kemala Nasution. (2007). Stres Pada Remaja. Retrieved January 03, 2009, from Http://libraryusu.ac.idh
  15. Iskandar, Sugi Suhardi. (2007). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gangguan Siklus Haid. Retrieved March 06, 2009, from Http://www.kompas.com
  16. Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
  17. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
  18. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  19. Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta: EGC
  20. Santrock. (2003). Perkembangan Remaja. Retrieved March 06, 2009, from Http://lussysf .multiply.com./journal/journal/item/67
  21. Sastroasmoro, Sudigdo. (2002). Dasar-dasar Mentodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
  22. Teddy, Rochantor. (2008). Penyebab Terganggunya Siklus Haid. Retrieved March 06, 2009, from Http://www.jambi-independence.co.id
  23. Tim Konsultasi Kesehatan. (2009). Fisiologi Haid. Retrieved March 12, 2009, from Http://indonesiaindonesia.com
  24. Usman, Said. (2008). Masa Depan Ginekologi Remaja dalam Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia. Retrieved March 06, 2009, from Http://www.obgyn-unsri.org
  25. Vinosa. (2007). Menilik Beberapa sumber Stres Pada Remaja. Retrieved March 12, 2009, from Http://vinosa.wordpress.com
  26. Windhu, Purnomo. (2008). Handout & Bahan Kuliah Metodologi Penelitian. Surabaya
  27. Winkjosastro, Hanifa. (2005a). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  28. Winkjosastro, Hanifa. (2005b). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar