PROMOSI KESEHATAN ANAK PRASEKOLAH, REMAJA DAN
LANSIA
1.
Anak Pra Sekolah
1)
Definisi Anak PraSekolah
Anak Prasekolah adalah anak yang berusia
antara 3-6 tahun,mereka biasanya
mengikuti program prasekolah baik di taman
kanak-kanak, kelompok bermain maupun tempat penitipan anak.Joyce Engel (1999)
Anak usia prasekolah adalah usia mainan,
karena pada masa itu anak
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
untuk bermain dengan mainannya.
( Elizabeth,2005 )
Pada usia ini berkembang rasa inisiatif anak.
prilaku yang nampak adalah anak banyak bertanya, banyak meniru aktivitas orang
lain dan mencoba melakukan tugas tertentu. Anak mulai menunjukkan inisiatif
misalnya mandi, membereskan mainannya sendiri, membantu adiknya dan sebagainya.
Pada usia ini anak juga mulai melibatkan diri
dalam aktivitas bersama. Anak pada usia ini juga mulai menghadapi tuntutan oleh
lingkungannya untuk berprilaku dalam batas tertentu. Ini dapat menimbulkan
krisis, sehingga anak dapat mengalami kekecewaan. Bersama munculnya inisiatif,
anak juga mulai merasakan rasa bersalah yang dapat mengahambatnya untuk maju.
Bila lingkungan tidak kondusif terhadap inisiatif anak maka rasa bersalah akan
menjadi lebih dominan dalam kehidupan anak selanjutnya
2)
Ciri-ciri Anak Prasekolah
1. Ciri Sosial
a)
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu
atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara social
b)
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak
terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti
c)
Anak lebih mudah seringkali bermain
bersebelahan dengan anak yang lebih besar
2. Ciri Emosional
a)
Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut.
b)
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi,
mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
3. Ciri kognitif anak prasekolah
a)
Anak prasekolah umumnya terampil dalam
berbahasa
b)
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui
interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang
3)
Cara mengembangkan agar anak dapat berkembang
menjadi kompeten:
a)
Lakukan interaksi sesering mungkin dan
bervariasi dengan anak.
b)
Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan
dan dikatakan anak.
c)
Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti
dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
d)
Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk
melakukan berbagai kegiatan secara mandiri.
e)
Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan
ketrampilan dalam berbagai tingkah laku.
f)
Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan
oleh lingkungannya.
g)
Kagumilah apa yang dilakukan anak.
h)
Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak,
lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati. Ainsworth dan Wittig (1972)
serta Shite dan Wittig (1973)
2.
Pendidikan Anak Usia Dini
1)
Definisi PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2)
Tujuan diselenggarakannya PAUD:
a)
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia
yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki
pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
b)
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan
anak mencapai kesiapan belajar di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU
Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun
keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan
sejak usia 0-8 tahun
3)
Lembaga yang Berkaitan Dengan PAUD
a)
DepKes
b)
BKKBN
c)
DepAg
d)
DepDagri
e)
DepDikNas
Di dukung sarana , tenaga, Dana, Pola,
pembinaan, Sistem Evaluasi dll.
Program Paud dalam bentuk Taman kanak- kanak
dan Radhatul Alfan ( RA )
PAUD diselenggarakan melalui pendidikan jalur
Formal, non formal, informal.
a)
Formal
: TK, RA
b)
Non Formal : kelompok bermain, TPA
c)
Informal
: Pendidikan keluarga, atau
pendidikan yang diselengarakan oleh
lingkungan.
Berbagai Bentuk Pelayanan PAUD di Masyarakat.
Nama Layanan
|
Tatanan
|
Usia yang diLayani
|
Bina Keluarga Balita
( BKB )
|
Rumah, Sarana Desa
|
Ibu dan Anak balita
|
Taman penitipan Anak (TPA)
|
Bagi Masyarakat berpenghasilan Rendah
|
1,5 bulan – 5 tahun
|
Kelompok Bermaian, Sanggar Kegiatan
Belajar ( SKB )
|
Di rumah / berpindah-indah
|
3-6 Tahun
|
Taman kanak-kanak
( TK ) /
Raudhatul Anfal ( RA )
|
Sekolah
|
Kelompok A : 4-5 tahun
Kelompok B : 5-6 tahun
|
Taman pendidikan Al-Quran ( TPQ )
|
Masjid, Mushola
|
-
|
POSYANDU
|
Tempat serbaguna di Desa
|
0-5 tahun
|
4)
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
a)
Infant (0-1 tahun)
b)
Toddler (2-3 tahun)
c)
Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
d)
Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8
tahun)
5)
Pentingnya pelayanan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD)
a)
PAUD sebagai titik sentral strategi
pembangunan sumber daya manusia dan sangat fundamental.
b)
PAUD memegang peranan penting dan menentukan
bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya, sebab merupakan fondasi dasar bagi
kepribadian anak.
c)
Anak yang mendapatkan pembinaan sejak dini
akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik maupun mental yang
akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, produktivitas,
pada akhirnya anak akan mampu lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya.
d)
Merupakan Masa Golden Age (Usia Keemasan).
Dari perkembangan otak manusia, maka tahap perkembangan otak pada anak usia
dini menempati posisi yang paling vital yakni mencapai 80% perkembangan otak.
e)
Cerminan diri untuk melihat keberhasilan anak
dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan baik semenjak usia 0-6 tahun
memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya
anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan
perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan hidup selanjutnya.
3.
Screning Anak Sekolah
1)
Pengertian
Skrining perkembangan merupakan prosedur yang
didesain untuk mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang
lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga
dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada.
Tujuan utama dari skrining adalah untuk
mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko
tinggi sehingga penanganan dapat dilakukan pada usia dini dimana penanganan
paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu
waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode
waktu tertentu.
Tes skrining yang ideal harus mempunyai
sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan spesifitas (dapat
mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut juga harus
dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan hasil yang
sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan cepat
digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak sepenuhnya ada.
Perlu dipisahkan antara skrining
perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian
perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan
yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang
berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk
aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi
perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan
termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan
imunisasi.
Terdapat tiga pendekatan pada proses
skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan rutin dan
skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal berdasarkan
observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua mengenai
perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak, bagaimanapun juga
perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone perkembangan anak pada
berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah untuk para klinisi umum.
Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai panduan untuk
mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa penelitian juga
melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan status
perkembangan anak.
Skrining perkembangan formal dilakukan secara
sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah terstandarisasi.
Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak dan orang yang
terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden dari
masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah.
Skrining perkembangan yang terfokus
melibatkan dua kelompok anak, yaitu a.Anak dengan orang tua yang memberi
perhatian yang lebih pada
perkembangan anak dan guru atau dokter yang
mencurigai adanya masalah,
b.Neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk
terjadinya keterlambatan
perkembangan
contohnya:
a)
BBLR (<1500 g="g" span="span">1500>
b)
Kondisi neurologis
c)
Perdarahan intraventrikular Gr. III or IV
d)
Periventricular leukomalacia
e)
Hipoksia iskemik ensefalopati
f)
Apgar skor 0-3 pada menit 10, 15 and 20
g)
Meningitis
h)
Kejang persistent
i)
Apnea
j)
Hyperbilirubinemia
k)
Kejang dengan hipoglikemi
l)
Septikemia
4.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS )
1)
Definisi UKS
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah Usaha
Kesehatan Masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat sekolah, yaitu : anak
didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya.(Indan. 2000).
Prioritas pelaksanaan UKS diberikan kepada SD
mengingat SD merupakan dasar dari sekolah-sekolah lanjutannya (Indan. 2000).
2)
Alasan diadakannya UKS
a)
Golongan masyarakat usia sekolah (6-18 tahun)
merupakan bagian yang besar dari penduduk Indonesia (kurang lebih 29 %), di
perkirakan 50 % dari jumlah tersebut adalah anak-anak sekolah.
b)
Masyarakat sekolah yang terdiri atas murid,
guru serta orang tua murid merupakan masyarakat yang paling peka (sensitif)
terhadap pengaruh modernisasi dan tersebar merata diseluruh Indonesia.
c)
Anak-anak dalam taraf pertumbuhan dan
perkembangan sehingga masih mudah dibina dan dibimbing.
d)
Pendidikan kesehatan melalui masyarakat
sekolah ternyata paling efektif diantara usaha-usaha yang ada untuk mencapai
kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya
3)
Tujuan Upaya Kesehatan Sekolah
a)
Umum : Mempertinggi nilai kesehatan, mencegah
dan mengobati penyakit serta rehabilitasi anak-anak sekolah dan lingkungannya
sehingga didapatkan anak-anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya.
b)
Khusus : Mencapai keadaan sehat anak-anak
sekolah dan lingkungannya sehingga dapat memberikan kesempatan tumbuh dan
berkembang secara harmonis serta belajar secara efisien dan optimal.
4)
Kegiatan-kegiatan Usaha kesehatan sekolah
1. Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
(Health school living).
a)
Bangunan dan perlengkapan sekolah yang sehat.
b)
Kebersihan ruangan dan halaman sekolah.
c)
Tersedianya kakus dan air yang memenuhi syarat
kesehatan.
d)
Hubungan yang baik antara guru, murid dan
masyarakat/orang tua murid
2. Pendidikan Kesehatan
a)
Pendidikan tentang kesehatan perorangan dan
lingkungan.
b)
Pendidikan tentang pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular.
c)
Pendidikan tentang makanan sehat dan hidup
yang teratur.
d)
Pendidikan tentang sikap yang baik dan
kebiasaan –kebiasaan yang rapi.
e)
Pendidikan tentang pencegahan kecelakaan.
3. Usaha Pemeliharaan kesehatan disekolah
a)
Pemeriksaan kesehatan perorangan dan
lingkungan secara berkala.
b)
Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular (vaksinasi dan sebagainya).
c)
Usaha kesehatan gigi sekolah.
d)
Mengirimkan anak-anak yang memerlukan
perawatan khusus ke pihak yang lebih ahli.
e)
PPPK dan pengobatan sederhana.
5.
Remaja
1)
Definisi
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak
ke dewasa.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja
adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang
remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup
yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan
orangtuanya.
2)
Perkembangan Remaja
a. Remaja awal (11/12 – 13/14)
Praremaja ini mempunyai masa yang sangat
pendek, kurang lebih hanya 1 tahun. Untuk wanita 11/12 – 12/13 tahun untuk laki
– laki, 12/13 – 13/14 tahun. Diakatakan sebagai fase negative, terlihat tingkah
laku yang cenderung negative. Perkembangan fungsi – fungsi tubuh, terutama
seks, juga mengganggu
b. Remaja tengah (13/14 – 17 tahun)
Perubahan - perubahan fisik terjadi sangat
pesat dan mencapai puncaknya. Ketidak seimbangan emosional dan ketidak stabilan
dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Ia mencari identitas diri karena pada
masa ini, statusnya tidak jelas. Pola – pola hubungan sosial mulai berubah.
c. Remaja Akhir (17 – 20/21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian, ia
ingin menonjolkan diri, caranya lain dengan remaja awal. Ia idealis, menggunai
cita tinggi, bersemangat dan mempunyai energy yang besar. Ia berusaha
memantapkan identitas diri, dan tidak ingin mencapai ketidak tergantungan
emosional.
3)
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja pada masa dewasa
sebelum menjadi individu dewasa yang matang :
a)
Menerima citra tubuh
b)
Menerima identitas seksual
c)
Mengembangkan system nilai personal
d)
Membuat persiapan untuk hidup sendiri
e)
Menjadi mandiri dan bebas dari orang tua
f)
Mengembangkan mengambil keputusan
g)
Mengembangkan identitas seseorang yang dewasa
4)
Peran Remaja dalam Masyarakat
Kontek kultur dan sub kultur ini merupakan
segi lain yang sangat perlu diperhatikan dalam menganalisis masalah – masalah remaja,
di samping yang sudah dibicarakan yaitu yang menyangkut masalah diri dalam diri
remaja itu sendiri.
a. Masyarakat Transisi
Salah satu cirri masyarakat Indonesia adalah
tempat sebagian besar remaja tinggal adalah masyarakat transisiyang sedang
beranjak dari keadaannyayang tradisional menuju kondisi yang lebih modern.
b. Remaja Dan Masyarakat Transisi
Keadaan masyarakat transisi seperti yang
diuraikan diatas (diindonesia terjadi pasca-reformasi) oleh emire dukleim
dikatakan akan membawa individu anggota masyarakat kepada keadaan anomie.
Anomie menurut durkleim adalah normlessmess, yaitu suatu system social tanpa
adanya petunjuk atau pedoman untuk mengatur tingkah laku. Yang ada adalah
keadaan eksternal sepertidalam keadaan hokum rimba yang terdapat dalam
masyarakat yang tiba – tiba dilanda perang. Kebiasaan – kebiasaan dan aturan
yang biasa berlaku tiba – tiba tidak berlaku lagi. Akibatnya adalah
individualisme dimana individu – individu bertindak pada kepentingannya masing
– masing.
c. Remaja Sebagai Anggota Keluarga
Dalam masyarakat yang modern, masalah
penerusan nilai – nilai dalam keluarga menjadi lebih rumit. Bermacam – macam
norma dan nilai yang ada, tidak terbendung lagi masuk kedalam masyarakat yang
bentuknya yang masih tradisional hanya mengenai sejumlah norma dan nilai yang
terbatas. Teknologi informasi menyebabkan masuknya norma dan nilai baru dari
luar dan perkembangan – perkembangan dalam masyarakatsendiripun menyebabkan
timbulnya norma dan nilai baru. Pada gilirannya, norma dan nilai – nilai yang
baru ini masuk kedalam lingkungankeluarga sehingga terjadilah bermacam
konflikdan kesenjangan dalam keluarga.
d. Remaja Di Sekolah
Sekolah adalah pendidikan sekunder. Bagi anak
yang sudah sekolah, lingkungan yang setiap hari dimsukinya selain lingkungan
rumah adalah sekolahnya. Perkembangan jiwa remaj di sekolah berpengaruh sangat
besar karena sepertiga dari wakti setiap hari dilewatkan di sekolah. Factor
yang berpengaruh di lingkungan sekolah bukan hanya guru dan sarana serta
prasarana pendidikan saja. Lingkungan bergaul antar temanpun besar pengaruhnya.
Apabila sekolah tersebut berada dikeramaian kota dapat berpengaruh sangat besar
karena anak – anak yang akan kesekolah mendapat berbagai rangsangan sosial.
Misalnya;pusat perbelanjaan yang menawarkan barang yang mewah,pengangguran yang
menawarkan obat terlarang, dan pedagang kaki lima yang menawaarkan video porno.
e. Remaja Dalam Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tersier
(ketiga) adalah lingkungan yang terluas bagi remaja dan sekaligus paling banyak
menawarkan pilihan. Terutama dengan maju pesatnya teknologikomunikasi massa,
maka hampir tidak ada batas geografis, etnis, politis maupun sosial antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
6.
Pendidikan Seks
1)
Definisi
Pendidikan Seks adalah upaya untuk memberikan
pengetahuan tentang fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agama agar tidak
terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.
Pendidikan Seks terdiri dari dua segi:
a)
Pengetahuan secara biologis yang termasuk
dalam pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses
reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara
penularan PMS dan HIV/AIDS.
b)
Pengetahuan dengan pendekatan
sosial/psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi,
mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita
serta keputusan untuk melakukan hubungan seks.
2)
Tujuan Pendidikan Seks
Pendidikan seks selain menerangkan tentang
aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seks yang
benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur
dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral
juga.
Tujuan dari pendidikan seks bagi remaja antara lain :
a)
Untuk membekali diri tentang pengetahuan yang
berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut dengan pribadi wanita khususnya
yang berkaitan dengan urusan kewanitaan, seperti masa subur, kehamilan, penyakit
kelamin, akibat dari pergaulan bebas, dan sebagainya.
b)
Jika pendidikan seks bagi remaja tidak
diberikan, maka terdapat kecenderungan bahwa mereka akan melakukan hal-hal yang
mengarah kepada perbuatan zina, karena pada masa remaja merupakan masa mulai berkembang
dan berfungsinya organ tubuh khususnya organ yang mengarah kepada berfungsinya
alat kelamin. Secara otomatis mereka akan terdorong ingin tahu tentang hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan seks dan terdorong ingin ikut mencobanya. Bagi
remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang seks dan usaha
menanggulanginya, maka akan sangat mudah terjerumus ke jalan yang tersesat,
bahkan mereka besar kemungkinan akan mengalami hamil sebelum nikah atau
terjerumus kepada jalan menuju perzinaan. Sebagai contoh dengan pergaulan yang
kurang terkendali terhadap teman kencannya, akhirnya mereka melakukan hal-hal
yang dilarang oleh Allah, dan ditambah iman yang kurang kuat, akhirnya mereka
justru masuk ke lembah prostitusi.
c)
Pendidikan seks bagi remaja diberikan memiliki
tujuan utama yaitu agar mereka memiliki bekal yang cukup tentang hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan seks, pergaulan bebas, serta memahami akibat dari
semua perbuatan tersebut.
3)
Dampak dari Pergaulan Bebas
Beberapa bahaya dari pergaulan bebas dapat di
jabarkan antara lain :
a)
Beberapa penyakit yang siap mendatangi
seperti, herpes, HIV/ AIDS, Raja singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini
tentu sudah diketahui sangat membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada
obatnya.
b)
Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan
permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan
sangat kesal. Maka akan takut untuk jujur kepada orang tua akhirnya memutuskan
untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.
c)
Apabila menikah di usia muda, permasalahan
yang belum siap di hadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah
kebiasaan, masalah anak.
d)
Nama baik keluarga akan tercoreng. Keluarga
akan menghadapi masalah yang di buat dari efek buruk dari seks bebas ini.
e)
Apabila hamil dan pasangan tidak mau
bertanggung jawab, apa yang akan lakukan? Akan banyak pikiran buruk yang akan
mengganggu , seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak rasional yang
mengakibatkan gangguan mental atau gila.
4)
Cara Penangulangan
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk
menanggulangi perilaku yang menyimpang:
a)
Selalu menegakkan tata aturan baik aturan
agama maupun aturan dalam keluarga yang mengarah kepada batas menutup aurat.
Remaja yang memiliki iman yang kuat, memahami ajaran Islam secara sempurna akan
memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki kemampuan untuk menghindari
hal-hal yang dilarang oleh Allah. Demikian juga aturan dalam keluarga, bahwa
orang tua selalu mengajarkan agar berpakaian yang rapi dan sopan sehingga tidak
mengundang fitnah.
b)
Anak selalu diberi bimbingan tentang seks dan
fungsinya, serta cara menanggulangi diri dari penyimpangan seks yang dianggap
tabu dan melanggar syariat Islam. Pendidikan seks bagi remaja, diberikan jika
mereka benar-benar siap dan ingin mengetahui tentang seks dan problematikanya.
Oleh karena itu selain diberikan tentang pendidikan seks dan fungsi reproduksi,
juga diberikan upaya penanggulangan secara Islam, yaitu menghindarkan diri dari
segala sesuatu yang mengundang fitnah dan kesesatan.
c)
Selalu dibiasakan menjaga diri dalam
keluarga, sehingga mereka mampu memiliki iman yang kuat dan budi pekerti yang
luhur. Dalam hal ini peran orang tua dituntut agar menjadi teladan yang baik
bagi anggota keluarganya, khususnya bagi anak-anaknya yang sedang menginjak
remaja. Mereka harus selalu diberi bimbingan tentang perilaku yang baik dan
menghindarkan diri dari perilaku yang tidak sopan dan mengarah kepada pergaulan
bebas, karena hal itu sangat dilarang oleh Islam.
d)
Memberi pengetahuan dan bimbingan tentang
perkembangan biologisnya khususnya menyangkut seks dan auratnya yang sedang
dialami anak-anak mereka, sehingga anak-anak tersebut tidak akan mengalami
salah pergaulan yang mengarah kepada pelanggaran seksualitas. Dengan
pengetahuan seperti ini, mereka akan semakin siap dan mampu menjaga diri serta
memiliki pengetahuan yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan
yang cerah, khususnya persiapan untuk berumah tangga.
e)
Selalu menanamkan pemahaman bahwa
dibolehkannya melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya jika telah
melaksanakan akad nikah atau perkawinan, karena hal ini memiliki tujuan yang
utama yaitu membentuk keluarga bahagia san sejahtera. Dalam hal ini remaja
dibekali tentang larangan hubungan seks sebelum nikah, dan dibekali pula
kewajiban-kewajiban seorang wanita jika telah memiliki suami atau telah sah
menjadi suami istri.
f)
Memberi penjelasan kepada anak usia remaja
bahwa pemenuhan hasrat seks tidak sekedar mendapatkan kesenangan saja, tetapi
agar ditanamkan pula bahwa seks merupakan kodrat Tuhan yang harus kita lakukan
dengan mengikuti aturan yang telah ditentukan agar tetap berada dalam jalan
kebenaran
7.
HIV AIDS dan Narkoba
1)
Pengertian HIV dan AIDS
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus
yang hanya hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh
manusia.
AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer)
adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2)
Bahaya AIDS
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan
menjadi pembawa dan penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit
dan tampak sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai
saat ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu
orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin
karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya.
Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan.
Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga
serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau
bahkan meninggal.
3)
Gejala-Gejala AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV,
maka virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak
menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif
seperti biasa.
Adapun gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah
:
a)
Berat badan turun dengan drastis.
b)
Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
c)
Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan
lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
d)
Mencret atau diare yang berkepanjangan.
e)
Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada
kulit
f)
Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
g)
Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat
kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-kelamaan akan berakhir dengan
kematian.
4)
Penularan AIDS
Sebelumnya virus AIDS tidak mudah menular
virus influensa. Kita tidak usak terlalu mengucilkan atau menjauhi penderita
AIDS, karena AIDS tidak akan menular dengan cara – cara seperti di bawah ini :
a)
Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal
tidak mengadakan hubungan seksual ).
b)
Bersenggolan atau berjabat tangan dengan
penderita.
c)
Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain
barang bekas penderita AIDS.
d)
Makan dan minum.
e)
Gigitan nyamuk dan serangga lain.
f)
Sama-sama berenang di kolam renang
Menularnya AIDS dapat terjadi melalui
cara-cara sbb :
a)
Melakukan hubungan seksual dengan seseorang
yang mengidap HIV
b)
Transfusi darah yang mengandung virus HIV
c)
Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan
alat tindik yang sudah di pakai orang yang mengidap virus AIDS
d)
Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus
dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada janin yang dikandungnya.
e)
Mereka yang sering melakukanhubungan seksual
diluar nikah, seperti wanita dan pria tuna susila dan pelanggannya.
f)
Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual
misalnya : Homo seks ( melakukan hubungan dengan sesama laki-laki ), Biseks (
melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita ), Waria dan mucikari.
g)
Penerima transfusi darah
h)
Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap
virus AIDS.
i)
Pecandu narkotika suntikan.
j)
Pasangan dari pengidap AIDS
5)
Cara pencegahan AIDS
a)
Hindarkan hubungan seksual diluar nikah.
Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak
berhubungan dengan orang lain.
b)
Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila
melakukan hubungan seksual.
c)
Ibu yang darahnya telah diperiksa dan
ternyata mengandung virus, hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan
virus AIDS pada janinnya.
d)
Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi
donor darah.
e)
Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya (
akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan
pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya :
memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat
tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui
seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang
berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik
media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi tersebut
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan
masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga
berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus
AIDS.
6)
Definisi Narkoba
Narkoba sebelumnya dikenal dengan istilah:
NAZA: Narkotika dan Zat Adiktif
NAPZA: Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif
NARKOBA di Indonesia merupakan singkatan dari
Narkotika dan Obat Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan
psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke
dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,
intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)
golongan, yaitu :
a)
Narkotika - untuk menurunkan kesadaran atau
rasa.
b)
Psikotropika - mempengaruhi psikis dari
pengaruh selektif susunan syaraf pusat otak.
c)
Obat atau zat berbahaya.
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 Narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis.Zat tersebut menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif). WHO sendiri memberikan definisi
tentang narkotika sebagai berikut: "Narkotika merupakan suatu zat yang
apabila dimasukkan ke dalam tubuh akan memengaruhi fungsi fisik dan/atau
psikologi (kecuali makanan, air, atau oksigen)."
7)
Jenis & Macam Narkoba / Narkotika
Seperti yang kita tahu bahwa Narkoba adalah
bahan atau zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh, yang dampaknya bisa mengubah perasaan , mood dan emosi bagi
si pemakai.
Dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan
pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan:
1. Depressants
Obat-obatan ini memperlambat sistem saraf
pusat.Obat ini bisa membuat orang merasa santai, kurang tegang, dan kurang
menyadari peristiwa sekelilingnya. Contohnya adalah:
a)
Alkohol
b)
Heroin
c)
Inhalants
d)
Sleeping Pills
e)
Ketamine
f)
Pain killers ( obat penghilang rasa sakit).
2. Stimulant
Obat ini dapat mempercepat sistem saraf
pusat, dapat membantu orang merasa lebih waspada dan meningkatkan kinerja
fisik.Stimulant diambil untuk membuat orang merasa senang dan penurunan nafsu
makan.contoh adalah:
a)
Tembakau
b)
Kokain dan kokain jenis bubuk (Crack)
c)
Amphetamine
d)
Methamphetamine
3. Hallucinogens
Obat ini kadang-kadang disebut "mengubah
pikiran" atau halusinasi.Obat ini dapat meningkatkan kesadaran seseorang
dari pandangan, sentuhan, rasa dan pendengaran.Dapat mendengar suara
lembut.Hallucinogens juga dapat merubah suasana hati seseorang. Contohnya
adalah:
a)
Marijuana
b)
Ecstasy
c)
LSD (Lysergic
Acid Diethylamide)
4. Obat jenis lainnya
a)
Steroids
b)
Herbal
Narkotika banyak sekali macamnya, ada yang
berbentuk cair, padat, serbuk, daun-daun, dan lain sebagainya. Di bawah ini
diuraikan sedikit mengenai macam-macam narkotika, yaitu:
a.
Opioid: Bahan opioid adalah saripati bunga
opium. Zat yang termasuk kelompok opioid antara lain: Heroin, disebut juga
diamorfin (INN) bisa ditemukan dalam bentuk pil, serbuk, dan cairan.
b.
Codein, biasanya dijual dalam bentuk pil atau
cairan bening
c.
Comerol, sama dengan codein biasanya dijual
dalam bentuk pil atau cairan bening
d.
Putaw
e.
Kokain: Kokain merupakan alkaloid yang
berasal dari tanaman Erythroxylon coca.Jenis tanamannya berbentuk belukar.Zat
ini berasal dari Peru dan Bolivia.
f.
Ganja (Cannabis /Cimeng): Ganja merupakan
tumbuhan penghasil serat.Akan tetapi, tumbuhan ini lebih dikenal karena
kandungan narkotikanya, yaitu tetrahidrokanabinol (THC).Semua bagian tanaman
ganja mengandung kanaboid psikoaktif. Cara menggunakan ganja biasanya dipotong,
dikeringkan, dipotong kecil-kecil, lalu digulung menjadi rokok.Asap ganja
mengandung tiga kali lebih banyak karbonmonoksida daripada rokok biasa.
Adapun zat lain yang memiliki dampak yang
sama bahayanya dengan narkotika jika disalahgunakan, yaitu psikotropika.
Jenis-jenis yang termasuk zat ini antara lain Ectasy
a)
Shabu-shabu
b)
Benzodiazepin (Pil Nipam, BK, dan Magadon).
8)
Dampak Penyalahgunaan Narkoba / Narkotika
Berikut dampak positif dan negatif penggunaan
narkoba:
1. Dampak Negatif
Dampak narkoba, jika disalahgunakan, seperti
halnya singkatan kata tersebut.(NARKOBA: narkotika dan obat/bahan berbahaya),
memang sangatlah berbahaya bagi manusia.Narkoba dapat merusak kesehatan manusia
baik secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya.Bahkan, pada pemakaian
dengan dosis berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis (OD) bisa mengakibatkan
kematian.Namun sayang sekali, walaupun sudah tahu zat tersebut sangat
berbahaya, masih saja ada orang-orang yang menyalahgunakannya.
a.Dampak narkoba terhadap fisik.
Pemakai narkoba akan mengalami
gangguan-gangguan fisik sebagai berikut:
a)
Berat badannya akan turun secara drastis.
b)
Matanya akan terlihat cekung dan merah.
c)
Mukanya pucat.
d)
Bibirnya menjadi kehitam-hitaman.
e)
Tangannya dipenuhi bintik-bintik merah.
f)
Buang air besar dan kecil kurang lancar.
g)
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
b.Dampak narkoba terhadap emosi
Pemakai narkoba akan mengalami perubahan
emosi sebagai berikut:
a)
Sangat sensitif dan mudah bosan.
b)
Jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan
menunjukkan sikap membangkang.
c)
Emosinya tidak stabil.
d)
Kehilangan nafsu makan.
c.Dampak narkoba terhadap perilaku
Pemakai narkoba akan menunjukkan perilaku
negatif sebagai berikut:
a)
Malas
b)
Sering melupakan tanggung jawab
c)
Jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya
d)
Menunjukan sikap tidak peduli
e)
Menjauh dari keluarga
f)
Mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun
tempat pekerjaan
g)
Menggadaikan barang-barang berharga di rumah
h)
Sering menyendiri
i)
Menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan
gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar mandi
j)
Takut akan air
k)
Batuk dan pilek berkepanjangan
l)
Sering menguap
m)
Mengaluarkan keringat berlebihan
n)
Sering mengalami mimpi buruk
o)
Mengalami nyeri kepala
p)
Mengalami nyeri/ngilu di sendi-sendi tubuhnya
2. Dampak Positif
Walaupun begitu setiap kehidupan memiliki dua
sisi mata uang.Di balik dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang
positif.Jika digunakan sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa
manusia dan membantu dalam pengobatan, narkotika memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia.
Berikut dampak positif narkotika:
1.Opioid
Opioid atau opium digunakan selama
berabad-abad sebagai penghilang rasa sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.
2.Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya
dikunyah-kunyah untuk mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan
daya tahan dan stamina serta mengurangi rasa lelah.
3.Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman
ganja untuk bahan pembuat kantung karena serat yang dihasilkannya sangat
kuat.Biji ganja juga digunakan sebagai bahan pembuat minyak.
9)
Gejala-Gejala Pecandu Narkoba
Kecanduan terhadap Narkoba adalah gangguan
dalam otak yang disebabkan penyalahgunaan Narkoba sehingga menyebabkan
pengulangan perilaku yang berlebihan dari orang yang tidak atau susah berhenti
terhadap obat-obatan walaupun dengan resiko berbahaya bagi tubuhnya.
Jika mereka berhenti mengkonsumsi
obat-obatan, maka tubuh dari si pecandu akan menderita berlebih secara fisik
dan mereka mau tidak mau harus memenuhi perasaan ketagihan tersebut dengan cara
apapun.
Seorang Pecandu Narkoba sudah tidak mampu
lagi mengendalikan dirinya sendiri, mereka hanya sendirian tanpa perlu berfikir
akan teman, keluarga atau lingkungan sekitarnya, banyak pecandu narkoba yang
meninggal akibat penggunaan dosis yang berlebih atau Over Dosis.
Gejala Kecanduan Narkoba terhadap seorang
Pecandu :
a)
Gelisah dan sulit untuk tidur
b)
Keringat berlebih
c)
Bulu kuduk berdiri ( seperti melihat hantu)
d)
Pilek
e)
Keram perut atau Diare
f)
Pupil mata membesar
g)
Mual dan ingin muntah
h)
Peningkatan tekanan darah, nadi dan suhu
tubuh.
Penggunaan bahan kimia Narkoba dalam jangka
waktu panjang akan mengganggu system
kerja syarat di otak, contohnya Glumate adalah neurotransmitter atau syarat
yang berfungsi untuk menangkap pembelajaran, memahami, memori dan prilaku
seseorang. Jaman sekarang, narkoba tidak
hanya merasuki pada lingkungan remaja saja, anak-anakpun sudah banyak yang
mengalami kecanduan juga.
10)
.Upaya Penanggulangan Pecandu Narkoba
1. Preventif
a)
Pendidikan Agama sejak dini.
b)
Pembinaan kehidupan rumah tangga yang
harmonis dengan penuh perhatian dan kasih sayang.
c)
Menjalin komunikasi yang konstruktif antara
orang tua dan anak
d)
Orang tua memberikan teladan yang baik kepada
anak-anak.
Anak-anak diberikan pengetahuan sedini
mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak negatifnya
2. Tindakkan Hukum
Dukungan semua pihak dalam pemberlakuan
Undang-Undang dan peraturan disertai tindakkan nyata demi keselamatan generasi
muda penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum mengatur tentang penyalah
gunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang Psikotropika dan UU no : 22/1997
tentang Narkotika. Tapi kenapa hingga saat ini penyalah gunaan narkoba semakin
meraja lela ?Mungkin kedua Undang-Undang tersebut perlu di tinjau kembali
relevansinya atau menerbitkan kembali Undang-Undang yang baru yang mengatur
tentang penyalahgunaan narkoba ini.
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa
rumah sakit atau ruang rumah sakit secara khusus untuk mereka yang telah
menderita ketergantungan. Sehubungan dengan hal itu, ada beberapa alternative
penanggulangan yang dapat kami tawarkan :
a)
Mengingat penyalah gunaan narkoba adalah
masalah global, maka penanggulangannya harus dilakukan melalui kerja sama
international.
b)
Penanggulangan secara nasional, yang teramat
penting adalah pelaksanaan Hukum yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih.
Kemudian menanggulangi masalah narkoba harus dilakukan secara terintegrasi
antara aparat keamanan ( Polisi, TNI AD, AL, AU ) hakim, jaksa, imigrasi,
diknas, semua dinas/instansi mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah. Kemudian
dikalangan Dinas Pendidikan Nasional juga harus berani melakukan test urine
kepada para siswa SLTP-SLTA, dan barang siapa terindikasi positif narkoba agar
dikeluarkan dari sekolah dan disalurkan ke pusat rehabilitasi. Di sekolah-
sekolah agar dilakukan razia tanpa pemberitahuan sebelumnya terhadap para siswa
yang dapat dilakukan oleh guru-guru setiap minggu.Demikian juga dikalangan
mahasiswa di perguruan tinggi.
c)
Khusus untuk penanggulangan narkoba di
sekolah agar kerja sama yang baik antara orang tua dan guru diaktifkan. Artinya
guru bertugas mengawasi para siswa selama jam belajar di sekolah dan orang tua
bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah dan di luar rumah. Temuan para
guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan baik dan dipecahkan bersama, dan
dicari upaya preventif penanggulangan narkoba ini dikalangan siswa SLTP dan
SLTA.
d)
Pihak Departemen Kesehatan bekerjasama dengan
POLRI untuk menerbitkan sebuah booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang
terkait dengan narkoba. Misalnya apakah narkoba itu, apa saja yang digolongkan
kedalam narkoba, bahayanya, kenapa orang mengkomsumsi narkoba, tanda- tanda
yang harus diketahui pada orang- orang pemakai narkoba cara melakukan upaya
preventif terhadap narkoba. Disamping itu melakukan penyuluhan ke
sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan berbagai instansi tentang bahaya dan
dampak negative dari narkoba.Mantan pemakai narkoba yang sudah sadar perlu
dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan seperti itu agar masyarakat langsung tahu
latar belakang dan akibat mengkomsumsi narkoba.
e)
Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu
dieffektifkan kembali untuk membina iman dan rohani para umatnya agar dalam
setiap kotbah para tokoh agama selalu mengingatkan tentang bahaya narkoba.
8.
Lansia
1)
Definisi Lansia
Menua/ Lansia adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaki
diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000).
Menurut WHO penggolongan lansia meliputi:
a)
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok
usia 45 sampai 59 tahun.
b)
Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
c)
Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
d)
Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2)
Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
a. Perubahan Fisiologis
Perubahan dari tingkat
sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernapasan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan suhu tubuh,
muskuloskeletal, gastro intestinal, genitourinaria, endokrin dan
integumen.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan
psikologis pada lansia
meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan,
takutmenghadapi kematian, perubahan
keingginan, depresi, dankecemasan (Maryam, 2008). Perubahan psikis
pada lansia adalah
besarnya individualdifferences
pada lansia. Lansia
memiliki kepribadian yang berbeda
dengan sebelumnya. Penyesuaian
diri lansia juga sulit karena ketidakinginan lansia
untuk berinteraksi dengan lingkungan ataupun pemberian batasan
untuk dapat berinteraksi(Hurlock, 2000).
c. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan
partisipasi sosial mereka, walaupun
pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Oranglanjut usia yang memutuskan
hubungan dengan dunia sosialnyaakan
mengalami kepuasan. Pernyataan
tadi merupakandisaggrement
theory. Aktivitas sosial
yang banyak pada
lansiajuga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
Menurut
Setiabudhi (1999),
permasalahan sosial lansia secara umum yaitu :
a)
Masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b)
Makin
melemahnya nilai kekerabatan
sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargaidan
dihormati, berhubung terjadi perkembangan polakehidupan keluarga yang secara
fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil.
c)
Lahirnya
kelompok masyarakat industri yang memiliki
ciri kehidupan yang lebih bertumpu
kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan
perhitungan untung rugi, lugas dan efisien
yang secara tidak
langsung merugikan kesejahteraan
lansia.
d)
Masih
rendahnya kuantitas tenaga
professional dalam pelayanan lansia
dan masih terbatasnya
sarana pelayanan pembinaan
kesejahteraan lansia.
e)
Serta
belum membudayanya dan
melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
d. Perubahan Ekonomi
Menurut
Kuntjoro (2002) Pada
umumnya perubahan ini diawali
ketika masa pensiun.
Meskipun tujuan ideal
pensiunadalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan
haritua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya,karena pensiun sering diartikan
sebagai kehilangan
penghasilan,kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
Reaksisetelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari
modelkepribadiannya.
9.
Posyandu Lansia
1)
Definisi Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah
melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia adalah merupakan suatu bentuk
pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat atau /UKBM yang dibentuk oleh
masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan itu sendiri khususnya pada
penduduk usia lanjut. Pengertian usia lanjut adalah mereka yang telah berusia
60tahun keatas.
2)
Tujuan Posyandu Lansia
a)
Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b)
Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran
serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia
lanjut.
3)
Sasaran Posyandu Lansia
1. Sasaran Langsung
a)
Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun)
b)
Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
c)
Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70
tahun ke atas)
2. Sasaran tidak langsung
a)
Keluarga dimana usia lanjut berada.
b)
Organisasi sosial yang bergerak dalam
pembinaan usia lanjut.
c)
Masyarakat luas.
4)
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat
sistem 5 meja, pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung
pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5
meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3
meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
a)
Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran dan
penimbangan berat badan dan atau tinggi badan
b)
Meja II : Melakukan pencatatan berat badan,
tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan
sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
c)
Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan atau
konseling, disini juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
5)
Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu antara lain
:
a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang
manfaat posyandu.
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini
dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan
menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan
yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi
meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau
motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang
jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia
mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik
karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam
menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau
keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang
lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk
mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan
diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia
jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan
bersama lansia.
d.Sikap yang kurang baik terhadap petugas
posyandu.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik
terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung
untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia.
Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial
untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons
6)
Pelayanan Posyandu Lansia
Pelayanan kesehatan pada posyandu lansia
meliputi kesehatan fisik dan mental emosional, dengan KMS mencatat dan memantau
untuk mengetahui lebih awal penyakt atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi dan perkembangannya. Nach berikut saya sampaikan 10 jenis pelayanan di
posyandu lansia :
a)
Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari,
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan,
mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.
b)
Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini
berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit
( bisa dilihat KMS usia lanjut)
c)
Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indek massa
tubuh
d)
Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan
tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e)
Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist,
Sahli, atau Cuprisulfat.
f)
Pemeriksaan adanya gula dalam air seni
sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.
g)
Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein
dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h)
Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada
keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
i)
Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar
kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia
lanjut.
j)
Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas
bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan
10.
Senam Lansia
1)
Definisi
Senam adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau
berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai
tujuan tersebut (Santosa, 1994).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada
yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia
yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.
2)
Manfaat Senam Lansia.
Manfaat dari olahraga bagi lanjut usia
menurut Nugroho (1999; 157) antara lain
a)
Memperlancar proses degenerasi karena
perubahan usia
b)
Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
c)
Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga
cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut
usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung
maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan
lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner dan kecelakaan. (Darmojo 1999;81)
3)
Jenis-jenis senam lansia
a.
Senam kebugaran lansia
b.
Senam otak
c.
Senam osteoporosis
d.
Senam hipertensi
e.
Senam diabetes mellitus
f.
Olahraga rekreatif/jalan santai.
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan
tersebut sangat bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan
usia lansia (65 thn ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak
positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat
kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup jantung waktu istirahath
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar,
kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun. (Poweell, 2000)
4)
Keikutsertaan Senam Lansia
Keikutsertaan senam lansia adalah dimana
lansia mengikuti kegiatan senam lansia
secara teratur, terukur
serta terencana dantujuannya
untuk meningkatkan kemampuaan fungsional raga.
Faktor–faktor
yang mempengaruhi lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu
lansia (senam lansia)adalah :
1.
Pengetahuan lansia
Pengetahuan
lansia akan manfaat senam lansia
ini dapat diperoleh dari
pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Lansia yang
menghadiri kegiatan posyandu,
akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah
kesehatan yang melekat pada
mereka. Pengalaman serta
pengetahuan lansia menjadi pendorong
minat atau motivasi
mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
(senam lansia)
2.
Jarak
Jarak
lokasi yang dekat
akan membuat lansia
mudah menjangkau lokasi senam tanpa harus mengalami kelelahan
ataukecelakaan fisik karena
penurunan daya tahan
atau kekuatanfisik tubuh.
Kemudahan dalam menjangkau
lokasi ini
berhubungan
dengan faktor keamanan
atau keselamatan bagilansia.
Jika lansia merasa
aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi
tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat
atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan
posyandu.Keamanan merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk mengikuti senam
lansia.
3. Dukungan keluarga
Dukungan
keluarga sangat berperan
dalam mendorong minat atau
kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan senamlansia. Keluarga bisa menjadi motivator
kuat bagi lansia apabilaselalu
menyediakan diri untuk
mendampingi atau mengantarlansia, mengingatkan lansia jika lupa jadwal senam
lansia, danberusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersamalansia. Meningkatkan kemampuan
fungsional raga.
4.
Sikap lansia
Penilaian
pribadi atau sikap
yang baik terhadap
petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan
lansia untukmengikuti kegiatan
senam lansia. Dengan
sikap yang baiktersebut,
lansia cenderung untuk
selalu hadir atau
mengikutikegiatan yang diadakan di posyandu lansia dalam hal ini
senamlansia. Hal ini
dapat dipahami karena sikap seseorang adalahsuatu cermin
kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu obyek.Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk
bereaksidengan cara-cara tertentu
apabila individu dihadapkan
padastimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prawiro harjo, Sarwono.2007. “Ilmu
Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
2.
Elizabet B, 1980. “Psikologogi perkembangan ”
Jakarta : Aerlangga
3.
Hatono,Kartini.2006. “Psikologi Wanita”.
Bandung: Mandar Maju
4.
Mar’at, samsunuwiyati. 2005. “Psikologi
perkembangan” Bandung : PT Remaja Rosda Karya
5.
BKKBN,2005. http//:www.BKKBN/2005.co.id
6.
Mudijanah, desti, 2001. Kebutuhan akan
informasi dan pelayanan kesehatan remaja. http://www.KTI.destimudijanah/Kebutuhan
Akan Informasi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja.com
7.
Rawin,2011. Remaja.
http://www.rawin/network/remaja.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar