HARI DILARANG PUASA
Yan Karta Sakamira
1 Februari 2018
HARI IDUL FITHRI DAN IDUL ADHA DILARANG PUASA
Dari bekas budak Ibnu Azhar, dia mengatakan bahwa dia pernah menghadiri
shalat ‘ied bersama ‘Umar bin Al Khattab –radhiyallahu ‘anhu-. ‘Umar pun
mengatakan,
هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُولُ
اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَنْ صِيَامِهِمَا يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ
صِيَامِكُمْ ، وَالْيَوْمُ الآخَرُ تَأْكُلُونَ فِيهِ مِنْ نُسُكِكُمْ
“Dua hari ini adalah hari yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
larang untuk berpuasa di dalamnya yaitu Idul Fithri, hari di mana kalian
berbuka dari puasa kalian. Begitu pula beliau melarang berpuasa pada hari
lainnya, yaitu Idul Adha di mana kalian memakan hasil sesembelihan kalian.”
(HR. Bukhari no. 1990 dan Muslim no. 1137)
Dari Abu Sa’id Al Khudri –radhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua
hari yaitu Idul Fithri dan Idul Adha.” (HR. Muslim no. 1138)
HARI-HARI TASYRIQ (11, 12 DAN 13 DZULHIJAH) DILARANG PUASA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ
وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim no. 1141)
Dari Ibnu ‘Umar dan ‘Aisyah, mereka mengatakan,
لَمْ يُرَخَّصْ فِى أَيَّامِ
التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ ، إِلاَّ لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الْهَدْىَ
“Pada hari tasyriq tidak diberi keringanan untuk berpuasa kecuali bagi
orang yang tidak mendapat al hadyu (sembelihan qurban untuk haji tamattu’)
ketika itu.” ( HR. Bukhari no. 1997 dan 1998).
DILARANG PUASA PADA HARI JUM’AT SAJA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَصُمْ أَحَدُكُمْ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ إِلاَّ أَنْ يَصُومَ قَبْلَهُ أَوْ يَصُومَ بَعْدَهُ
“Janganlah salah seorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at
kecuali jika ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya.” ( HR. Bukhari no.
1985 dan Muslim no. 1144)
Dari Juwairiyah binti Al Harits –radhiyallahu ‘anha-, ia mengatakan,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم
– دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَهْىَ صَائِمَةٌ فَقَالَ « أَصُمْتِ
أَمْسِ » . قَالَتْ لاَ . قَالَ « تُرِيدِينَ أَنْ تَصُومِى غَدًا » . قَالَتْ لاَ
. قَالَ « فَأَفْطِرِى »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya pada hari Jum’at
dan ia sedang berpuasa. Lalu beliau bertanya, “Apakah engkau berpuasa kemarin?”
“Tidak”, jawab Juwairiyah. Beliau bertanya kembali, “Apakah engkau ingin
berpuasa besok?” “Tidak”, jawabnya seperti itu pula. Beliau kemudian
mengatakan, “Hendaknya engkau membatalkan puasamu.” (HR. Bukhari no. 1986 dan
Muslim no. 1143)
Kecuali: puasa pada hari jum’at karena meng-qadha puasa, puasa Daud,
atau bertepatan dengan puasa sunnah lainnya seperti puasa Asyura, puasa Arofah,
dan puasa Syawal)
DILARANG PUASA SEHARI ATAU DUA HARI SEBELUM PUASA RAMADHAN
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدٌ الشَّهْرَ
بِيَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ أَحَدٌ كَانَ يَصُومُ صِيَامًا قَبْلَهُ
فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua
hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang terbiasa mengerjakan puasa pada
hari tersebut maka berpuasalah.” (HR. An Nasai no. 2173, dari Abu Hurairah)
Dari ‘Ammar bin Yasir berkata,
مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِي يُشَكُّ
فِيهِ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Barangsiapa berpuasa pada hari yang meragukan, maka ia berarti telah
mendurhakai Abul Qosim, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR.
An Nasai no. 2188, At Tirmidzi no. 686, Ad Darimi no. 1682, Ibnu Khuzaimah no.
1808).
DILARANG PUASA TIAP HARI TANPA HENTI
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ لاَ
صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ لاَ صَامَ مَنْ صَامَ الأَبَدَ
“Tidak ada puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada
puasa bagi yang berpuasa setiap hari tanpa henti. Tidak ada puasa bagi yang
berpuasa setiap hari tanpa henti.” (HR. Muslim no. 1159)
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar