KEHANCURAN UMAT NABI SYU’AIB
Ustadz Kholid Syamhudi Lc
Umat Nabi Syu’aib adalah penduduk kota Madyan yang menyembah pohon al
Aikah dan senang berbuat curang dalam takaran dan timbangan. Oleh karena itu
Allah mengutus Nabi Syu’aib untuk mengajak mereka menyembah Allah dan
meninggalkan perbuatan buruk tersebut. Namun mereka menolak ajakan tersebut.
Allah mengisahkan dalam firman-Nya :
وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا
ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ وَلَا
تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ ۚ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي
أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ
“Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka Syu’aib. Ia
berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Ilah bagimu selain
Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat
kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu
akan adzab hari yang membinasakan (kiamat)”.
وَيَا قَوْمِ أَوْفُوا الْمِكْيَالَ
وَالْمِيزَانَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا
تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
بَقِيَّتُ اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ۚ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu
orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu”.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ
تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَنْ نَفْعَلَ فِي
أَمْوَالِنَا مَا نَشَاءُ ۖ إِنَّكَ لَأَنْتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ
Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah
orang yang sangat penyantun lagi berakal”.
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ
كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا
أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ إِنْ أُرِيدُ إِلَّا
الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
Syu’aib berkata: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai
bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rizki yang
baik (patutkah aku menyalahi perintahnya). Dan aku tidak berkehendak
mengerjakan apa yang aku larang kamu daripadanya. Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik
bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal
dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ
شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ
أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ ۚ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ
Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu)
menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpah
kaum Nuh atau kaum Shalih, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari
kamu.
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ
Dan mohonlah ampun kepada Rabbmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Rabbku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih”.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ
كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا ضَعِيفًا ۖ وَلَوْلَا رَهْطُكَ
لَرَجَمْنَاكَ ۖ وَمَا أَنْتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ
Mereka berkata: “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa
yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang
yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah
merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami”.
قَالَ يَا قَوْمِ أَرَهْطِي أَعَزُّ
عَلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَاتَّخَذْتُمُوهُ وَرَاءَكُمْ ظِهْرِيًّا ۖ إِنَّ رَبِّي
بِمَا تَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Syu’aib menjawab: “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat
menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang
terbuang di belakangmu. Sesungguhnya (pengetahuan) Rabbku meliputi apa yang
kamu kerjakan”.
وَيَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ
مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ سَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ
وَمَنْ هُوَ كَاذِبٌ ۖ وَارْتَقِبُوا إِنِّي مَعَكُمْ رَقِيبٌ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan
ditimpa adzab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah adzab
(Rabb), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu”.
وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا
شُعَيْبًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَأَخَذَتِ الَّذِينَ
ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دِيَارِهِمْ جَاثِمِينَ
Dan tatkala datang adzab Kami, Kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang
yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang
yang zhalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka
bergelimpangan di tempat tinggalnya.
كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا ۗ أَلَا
بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ
Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa” [QS. Hud/11:84-95].
Dalam surat al A’raf/7 ayat 91-92, Allah menceritakan kehancuran kaum
Nabi Syu’aib dengan gempa dalam firman-Nya :
فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ
فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
“Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.
الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَأَنْ
لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا ۚ الَّذِينَ كَذَّبُوا شُعَيْبًا كَانُوا هُمُ الْخَا
(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu’aib seolah-olah mereka belum
pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka itulah
orang-orang yang merugi”.
Juga dalam surat asy-Syu’ara/26 ayat 189-190, Allah menjelaskan
kehancuran mereka dengan firman-Nya :
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمْ عَذَابُ
يَوْمِ الظُّلَّةِ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
“Kemudian mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa adzab pada
hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya adzab itu adalah adzab hari yang besar.
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً ۖ وَمَا
كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman”.
Demikianlah kaum Nabi Syu’aib Alaihissallam, mereka diadzab dengan tiga
adzab sekaligus. Yaitu gempa, suara keras mengguntur dan awan gelap yang
menaungi mereka. Semua itu disebabkan karena kekufuran dan kemaksiatan mereka.
Sumber:
https://almanhaj.or.id/3890-pelajaran-dari-umat-terdahulu-2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar