2.1 Darah
2.1.1
Pengertian Darah
Darah
adalah komponen esensial mahluk hidup yang berbentuk cair dan berwarna merah.
Darah membentuk 6-8% dari berat tubuh total dan terdiri dari sel darah yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit yang tersuspensi salam suatu cairan yang
disebut plasma. Darah dalam keadaan fisiologik selalu dalam pembuluh darah
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai :
1.
Pembawa oksigen
(oxygen carrier)
2.
Mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi.
3.
Mekanisme
hemostasis (Bakta 2013, h. 1).
2.1.2
Komponen Darah
Darah terdiri dari 2 komponen utama
yaitu:
1.
Plasma darah
Plasma adalah bagian darah yang berupa
cair yang sebagian besar terdiri dari air, elektrolit, dan protein darah.
Plasma membentuk 45% sampai 60% dari total volume darah (Sacher & Richard
2012, h. 21).
2.
Sel darah
a. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang dapat membawa oksigen dan
karbondioksida. Produksi sel darah merah diatur oleh hormon eritropoitin yang
berasal dari ginjal. Sel darah merah yang sedang berkembang dalam sumsum tulang
disebut eritroblas yang memiliki inti. Inti sel darah merah memadat seiring
dengan maturasi dan dikeluarkan sebelum sel darah merah masuk ke dalam
sirkulasi darah (Mehta & Victor 2008, h. 11).
Eritrosit berumur 120 hari dan berbentuk cakram bikonkaf
yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energi sebagai adenosin trifosfat
(ATP) melalui jalur glikolisis anaerob (Embeden-Meyerhof) dan menghasilkan
energi pereduksi NADH serta nicotinamide
adenin dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH) melaui jalur heksosa monofosfat
(Hoffbrand, Pettit, Moss 2012, h. 15).
a)
Jalur
Embeden-Mayerhof
Reaksi biokimia dalam jalur ini adalah glukosa
dimetabolisme menjadi laktat. Setiap 1 molekul glukosa menghasilkan 2 molekul
ATP. ATP menyediakan energi untuk mempertahankan volume, bentuk, dan kelenturan
eritrosit. Jalur Embenden-Meyerhof juga menghasilkan NADH yang diperlukan oleh
enzim methemoglobin reduktase untuk mereduksi methemoglobin (hemoglobin
teroksidasi yang tidak berfungsi) menjadi hemoglobin tereduksi yang aktif
berfungsi (Hoffbrand, Pettit, Moss 2012, hh. 15-16).
b)
Jalur heksosa
monofosfat (pentosa fosfat)
Jalur ini merubah glukosa-6-fosfst menjadi
6-fosfo-glukonat dan kemudian menjadi ribulosa-5-fosfat. NADPH yang dihasilkan
berfungsi untuk mempertahankan besi hemoglobin dalam keadaan Fe2+
yang aktif secara fungsional (Hoffbrand, Pettit, Moss 2012, h. 16).
b. Sel darah putih
(leukosit)
Sel darah putih berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi. Leukosit bekerja sama dengan protein respon imun, imunoglobulin dan
komplemen sebagai sistem pertahanan tubuh. Sel darah putih terdiri dari
eosinofil, basofil, neutrofil, limfosit dan monosit (Mehta & Victor 2008,
h. 13).
c. Trombosit
Trombosit berfungsi mencegah tubuh kehilangan darah
akibat terjadinya perdarahan dan melakukan sumbatan di dinding pembuluh darah
dengan reaksi adhesi, sekresi, dan agregasi. Trombosit berasal dari pecahan
sitoplasma megakariosit. 1 megakariosit menghasilkan sekitar 4000 sel
trombosit. Pembentukan trombosit dirangsang oleh hormon trombopoitin yang
dihasilkan oleh hati dan ginjal (Sacher & Richard 2012, h. 21).
2. 2 Hemoglobin
2.2.1
Pengertian Hemoglobin
Hemoglobin
(Hb) merupakan zat protein yang ditemukan dalam sel darah merah (SDM), yang
memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri dari zat besi yang merupakan
pembawa oksigen. (Kee 2008, h. 235).
Hemoglobin
adalah metalprotein pemindah oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah
(Saryono 2009, h. 65).
Hemoglobin
adalah pigmen pengangkut oksigen utama yang terdapat pada eritrosit. Hemoglobin
adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm.
Jika sel darah merah dalam konsentrasi tertentu mengalami lisis, terjadi
pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara photometris yang konsentrasinya
setara dengan densitas optis (Sacher & Richard 2012, h. 41).
Harga normal kadar hemoglobin adalah :
a.
Pria dewasa : 14 – 18g/dl
b.
Wanita dewasa : 12
– 16g/dl
c.
Wanita hamil :
>11g/dl
d.
Bayi baru lahir :
14-24g/dl
e.
0-2 minggu :
12-20g/dl
f.
2-6 minggu :
10-17g/dl
g.
6 bulan – 1 tahun
: 9,5-14g/dl
h.
1-6 tahun :
9,5-14g/dl
i.
6-18 tahun :
10-15,5g/dl (Pagana K.D & Timoty J Pagana 2006, h. 300)
2.2.2
Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin dalam darah berfungsi
sebagai alat transport gas dalam darah, terutama oksigen dan karbondioksida
yaitu :
1.
Mengambil oksigen
dari paru-paru dan diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
2.
Mengambil
karbondioksida dari jaringan tubuh menuju paru-paru (Murray at al 2003, h. 62).
2.2.3
Sintesis Hemoglobin
Hemoglobin
yang terdapat dalam eritrosit terdiri dari hem dan globin. Bagian hem pada
hemoglobin terdiri dari sebuah struktur cincin porfirin sebagai tempat
melekatnya zat besi. Bagian globin pada hemoglobin adalah suatu protein yang
terdiri dari dua pasang rantai asam amino yang disebut alfa dan non alfa (beta,
gama, delta,dll). Sintesis hem dan globin memiliki jalur pembentukan yang
berbeda (Sacher & Richard 2012, h. 31).
1.
Sintesis Hem
Hem terdiri dari empat struktur
4-karbon berbentuk cincin simetris yang disebut cincin pirol, yang membentuk
satu molekul porfirin. Empat pirol menyatu, dan terjadi perubahan dan
pertukaran gugus subtituen yang kemudian terbentuk senyawa protoporfirin. Gugus
karbon yang membentuk cincin pirol berasal dari asam amino glisin dan suksinil
koenzim A. Sentesis hem berasal dari
senyawa senyawa ini yang melalui proses sebagai berikut :
a.
Senyawa glisin dan
suksinil koenzim A menyatu membentuk senyawa asam aminolevulinat (ALA).
b.
Dua molekul (ALA)
menyatu membentuk molekul cincin porfobilinogen.
c.
Empat senyawa
porfobilinogen menyatu membentuk senyawa tetrapinol (bercincin empat) yang
disebut uroporfirinogen.
d.
Senyawa
uroporfirinogen berubah menjadi koproporfirinogen yang kemudian berubah menjadi
protoporfirin.
e.
Protoporfirin
berikatan dengan besi dengan bantuan enzim ferokelatase sehingga terbentuk hem (Sacher & Richard
2012, hh. 32-33).
Gambar : 2.1 Struktur Gugus Heme
(Murray at al 2003, h. 60)
2.
Sintesis Globin
Sintesis globin berada di bawah kendali
eritropoitin, gen untuk sintesis globin terletak pada kromosom 11 (rantai gama,
delta, dan beta) dan 16 (alfa). Proses awal sintesis globin adalah transkip gen
globin pada kromosom 11 dan 16, kemudian hasil transkip mRNA memasuki
sitoplasma dan bergabung molekul protein. mRNA globin melekat pada ribosom yang merupakan tempat terjadinya sintesis
rantai globin. Sintesis globin dipicu oleh hem bebas. Setelah hem terbentuk,
empat molekul hem masuk ke dalam empat molekul globin yang merupakan tahap
akhir pembentukan hemoglobin. Hem disintesis di mitokondria, dan penggabungan
globin terjadi di sitoplasma eritrosit yang sedang berkembang. Sintesis globin
terutama terjadi di eritroblas dini, basofilik dan retikulosit (Hoffbrand,
Pettit, Moss 2012, hh. 64-65).
3.
Faktor Esensial Untuk Sintesis Hemoglobin
Dalam sintesis hemoglobin dibutuhkan
vitamin B12, asam folat dan
zat besi yang cukup dari asupan makanan.
a.
Vitamin B12
Vitamin B12 disintesis di alam oleh mikroorganisme,
manusia mendapat asupan viamin B12 dengan memakan jaringan hewan.
Vitamin B12 terdiri dari
sebuah cincin porfirin yang melekat pada basa nukleotida. Terdapat 2 bentuk
alami vitamin B12 utama yaitu sianokoblamin dan hidroksikobalamin.
Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 menyebabkan kegagalan
pembentukan tetrahidrofolat dari asam N5-metilte-trahidrofolat yang
dapat menyebabkan anemia megaloblastik (Sacher & Richard 2012, h 34).
b.
Asam folat
Asam folat adalah nama kolektif untuk kelompok senyawa
yang berasal dari daun hijau. Senyawa senyawa ini terdiri dari 3 gugus yaitu :
1)
Cincin peteridin
2) Asam
para-amino-benzoat
3)
Asam glutamat
Asam folat tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia.
Sehingga diperlukan asupan dari makanan agar kebutuhan asam folat dapat
tercukupi. Efek utama kekurangan atau defisiensi asam folat adalah gangguan metabolisme timidin yang dapat
menyebabkan anemia megaloblastik (Sacher & Richard 2012, h 34).
c.
Zat Besi
Kekurangan atau defisiensi zat besi dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi. Apabila terjadi gangguan keseimbangan zat besi maka
kadar besi dalam serum akan menurun dan kapasitas plasma mengikat besi mengikat
sehingga sintesis hemoglobin berkurang dan terjadi anemia defisiensi besi dengan gambaran eritrosit yang hipokrom
mikrositik. Pada orang dewasa kekurangan
zat besi jarang menyebabkan anemia namun pada bayi hal ini sering terjadi
(Sacher & Richard 2012, h. 68).
2.2.4
Struktur Hemoglobin
Struktur
utama hemoglobin terdiri dari besi yang mengandung pigmen hem dan protein
globin. Terdapat 4 jenis rantai globin yaitu alfa (α), beta (β), delta (δ) dan
gamma (ϒ).
Gambar 2.2 Struktur Hemoglobin
Terdapat 3 jenis hemoglobin yaitu:
1.
Hb A terdiri dari
2 rantai alfa (α) dan 2 rantai (β).
2.
Hb A2 terdiri
dari 2 rantai alfa (α) dan 2 rantai delta (δ).
3.
Hb F terdiri dari
2 rantai alfa (α) dan 2 rantai gamma (ϒ) (Kosasih N & S Kosasih 2008, h.
59).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi 2010, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta,
Jakarta.
Bakta, Imade 2012, Hematologi Klinik Ringkas, EGC, Jakarta.
Chairlain
& Estu Lestari 2011, Pedoman Teknik
Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan, EGC, Jakarta.
Dacie
sir john V & S, M Lewis 1996,
Practical Haematology, Churchill Livingstone, London.
Gandasoebrata,
R 2010, Penuntun Laboratorium Klinik,
cetakan ke-16, Dian rakyat, Jakarta.
Hadayani,
Wiwik & Andi Sulistyo Hariwibowo 2008, Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika,
Jakarta.
Hidayat,
Aziz Alimul a 2012, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.
Hoffbrand
A,V, Pettit J,E & Moss P,A,H 2012, Kapita
Selekta Hematologi, EGC, Jakarta.
Kee,
Joyce LeFever 2008, Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta.
Kosasih,
E.N & A.S kosasih 2008, Tafsiran
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Karisma publishing group, Tangerang.
Mehta, Atul & Victor Hoffbrand
2008, At a Glance Hematologi,
Erlangga, Jakarta.
Murray,
Robert K, Daryl K Granner, Peter A Mayes & Victor W. Rodwell 2003 , Biokimia Harper, EGC, Jakarta.
Nasir,
ABD, Abdul Munith & M, E Ideputri 2011, Buku
Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.
Notoatmodjo,
Soekidjo 2005, Metodelogi Penelitian
Kesehatan, Rineka cipta, Jakarta.
Nursalam
2008, Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Pagana,
Kathleen Deska & Timothy J.Pagana 2006, Mosbby’s
Manual of Diagnostic and Laboratory Test, Mosby Elesevier, Inggris.
Proverawati,
Atikah 2011, Anemia dan Anemia Kehamilan,
Nuha Medika, Yogyakarta.
Sacher,
A Ronald & Richard a McPherson 2012, Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta.
Saryono
2009, Biokimia Respirasi, Nuha Medika,
Yogyakarta.
WHO
1968, Haemoglobin Concentration for The
Diagnostic of Anemia and Assesment of Severity, dilihat 28 februari 2014, www.who.int/umnis/indicators/haemoglobiin.pdf
Yepi,
Hardi Rustam 2010, Struktur Molekul
Protein, dilihat 19 Februari 2014, http://Sciencebiotech.net/struktur-molekul-protein/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar