PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Selasa, 26 Januari 2010

REKAYASA GENETIK (GENETIC ENGINEERING)

Dr. Suparyanto, M.Kes

REKAYASA GENETIK(GENETIC ENGINEERING)

YANG MEMPENGARUHI FENOTIF
  1. Faktor Genetis
  2. Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan dibagi dua periode :
  1. Prenatal
  2. Postnatal

FAKTOR PERIODE PERINATAL
  • Umur Ibu
  • Suasana rahim
  • Emosi Ibu
  • Obat yang diminum Ibu
  • Radiasi saat kehamilan triwulan 1
  • Kebisingan yang diterima Ibu
  • Nutrisi Ibu
  • Infeksi pada Ibu
  • Ketidak cocokan darah Ibu dan Anak

FAKTOR PERIODE POST NATAL
  • Sosial budaya keluarga
  • Infeksi
  • Emosi dan pergaulan
  • Sanitasi
  • Suasana hormonal

MUTASI
  • Mutasi adalah gen yang mengalami perubahan sifat
Penyebab mutasi:
  1. Bahan fisika (radiasi)
  2. Bahan kimia
  3. Biologi (virus)

PENYEBAB BAHAN FISIKA
  1. Radioaktif :
  2. Sinar X
  3. Sinar gama
  4. Isotop radioaktif
  5. Partikel yang dapat mengion :
  6. Netron
  7. Elektron
  8. Partikel alpha
  9. Ion-ion berat

PENYEBAB BAHAN KIMIA
  1. Pestisida : DDT, DDVP, Aziridine, TEM
  2. Industri: formaldehid, glycidol, DEB (di epoxide butadiene), hydroksilamine, uretran, H2O2
  3. Makanan : caffein, cyclamate (penyedap), Na nitrit / asam nitrit (pengawet daging), aflatoksin

PENYEBAB OBAT
  1. Cyclophosphamide: obat tumor
  2. Methyl di (2-chloro ethyl) amine
  3. Danaprine (anti malaria)
  4. Derivat acridine : antiseptik
  5. Colchicine: obat gout
  6. Chorpromasine : sedatif, tranquilizer

PENYEBAB VIRUS
  1. Virus Hepatitis
  2. Virus Campak
  3. Virus Demam kuning
  4. Virus Cacar

APA ITU REKAYASA GENETIK
  • Rekayasa genetik adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi DNA dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup lainnya.
  • Sebelum dimasukkan, materi genetik tersebut dapat direkayasa di laboratorium.

REKAYASA GENETIK
  • Dimulai sekitar 50 tahun yang lalu
  • Diawali oleh: Dr. Paul Berg, Dr. Stanley Cohen, Dr. Anie Chang, Dr. Herbert Boyer, Dr. Robert Helling
  • Mereka menemukan enzim restriksi endonuklease yang berfungsi sebagai “gunting molekuler” yang dapat mengenal dan memotong secara kimia tempat-tempat khusus sepanjang molekul DNA
  • Setelah proses rekayasa genetik berhasil, DNA yang baru tergabung secara permanen dalam kromosom sel baru, dan tampak pula dalam DNA sel-sel keturunannya.
  • Bagaimana para ilmuwan melakukan rekayasa genetik? Mereka menggunakan teknologi DNA rekombinan

APA ITU DNA REKOMBINAN
  • Metode mengisolasi, memanipulasi, menggandakan, memotong, dan menggabungkan urutan DNA yang teridentifikasi secara keseluruhan yang disebut teknologi penggabungan DNA atau DNA rekombinan.

TEKNIK DNA REKOMBINAN
  • Teknik mengisolasi DNA
  • Teknik memotong DNA
  • Teknik menggabung/ menyambung DNA
  • Teknik memasukan DNA kedalam sel hidup

MEKANISME SEKSUAL BAKTERI
  • Mekanisme seksual bakteri merupakan pertukaran DNA atau gen dari satu sel ke sel lainya
  • Jadi mekanisme seksual bakteri tidak bersifat reproduktif (tidak menghasilkan anak atau zuriat)

CARA PEMINDAHAN DNA
  • Konjugasi: pemindahan DNA dalam sel bakteri melalui kontak fisik antar kedua sel
  • Transformasi: pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan sekelilingnya
  • Transduksi: pemindahan DNA dari satu sel ke sel lainya melalui perantara

PERANGKAT BAKTERI
  • Enzim restriksi: untuk memotong DNA
  • Enzim DNA ligase: untuk menyambung DNA
  • Plasmid: vektor untuk mengklon gen atau fragmen atau mengubah sifat bakteri
  • Transposon: untuk mutagenesis dan menyisipkan penanda
  • Pustaka Genom: menyimpan gen atau fragmen DNA yg telah diklon
  • Enzim transkripsi balik: membuat DNA berdasarkan RNA
  • Pelacak DNA/RNA: untuk mendeteksi gen/fragmen DNA yg diinginkan atau mendeteksi klon yg benar

CARA MENEMUKAN LETAK GEN
  • Dengan perunut DNA, yaitu suatu molekul DNA utas tunggal yang relatif pendek yang merupakan pasangan dari sekuen gen yang dikehendaki.
  • Dengan kata lain, jika segmen dari gen yang diinginkan tersebut diketahui adalah AGTTCG, maka segmen pasangan dari DNA perunut akan menjadi TCAAGC

CARA MENYISIPKAN GEN
  • Jika kita ingin memasukkan suatu gen manusia ke dalam sel lain, gen perlu diisolasi, sehingga dapat disisipkan dalam sel baru.
  • Contoh: gen insulin manusia diisolasi kemudian digabungkan dalam sel bakteri E. coli selanjutnya gen yang disisipkan tersebut menyebabkan sel bakteri memproduksi protein insulin manusia, yang dapat diberikan pada penderita diabetes


Gambar Rekayasa Genetik

MANFAAT REKAYASA GENETIK
  1. Pembuatan insulin manusia dari bakteri
  2. Terapi gen
  3. Pembuatan antibodi, vaksin
  4. Pembuatan serum
  5. Kloning
  6. Semangka tanpa biji
  7. Padi tahan wereng

KONSELING GENETIK
  • Konseling Genetik adalah memberi nasehat / konsultasi genetis kepada pasien / keluarga, berdasarkan hasil observasi atau pemeriksaan silsilah keluarga, laboratorium dan klinis

TUJUAN KONSELING GENETIK
  • Agar seseorang yang akan menikah mendapat keturunan yang tidak cacat
  • Jika sudah terlanjur beranak pinak, dianjurkan untuk tidak beranak lagi
  • Memberikan bahan / cara mencegah atau mengobati penyakit keturunan
  • Terhadap bayi / janin baru lahir dengan cacat / kelainan, dinasehatkan cara mengasuhnya
  • Mencari jalan keluar perselisihan keluarga

REFERENSI:

Yatim, Wildan, 1996, Genetika, Bandung, Tarsito

Senin, 25 Januari 2010

PARADIGMA SEHAT MENUJU INDONESIA SEHAT 2010 (HEALTH PARADIGM TOWARDS HEALTHY INDONESIA 2010) 2

Dr. Suparyanto, M.Kes

Paradigma Sehat

Pengertian :
  • Cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan

Secara makro
  • Berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, minimal memberikan sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat

Secara mikro
  • Berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif

  • Paradigma sehat dengan sebutan : “ Gerakan Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan “ dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal : 1 Maret 1999

Latar Belakang / Dasar Pemikiran:
  • Sehat adalah hak asasi manusia : Sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia, yang perlu dipertahankan dan dipelihara
  • Sehat merupakan investasi. Untuk kehidupan yang produktif, sehat bukannya sesuatu yang konsumtif, tetapi merupakan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia
  • Health is not everything, but without health everything is nothing
  • Sehat merupakan salah satu dari tiga faktor utama kualitas sdm. Disamping Pendidikan dan Pendapatan
  • Sehat merupakan karunia tuhan yang patut disyukuri. Bersyukur dengan perbuatan berarti berupaya memelihara dan meningkatkan
  • Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati
  • Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku mempunyai kontribusi sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan

Berdasarkan Paradigma Sehat :
Dirumuskan Visi Misi Dan Strategi Pembangunan Kesehatan

Visi Pembanguan Kesehatan: “ Indonesia Sehat 2010 “
  • Adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya
  • Sehat : Meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
  • Lingkungan Sehat : Lingkungan yang konduksif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang : (Bebas polusi; Tersedianya air bersih; Sanitasi lingkungan yang memadai; Perumahan dan pemukimam yang sehat; Perencanaan kawasan berwawasan kesehatan; Kehidupan masyarakat saling tolong menolong)
  • Perilaku Sehat : Perilaku proaktif untuk: Memelihara dan meningkatkan kesehatan, Mencegah resiko terjadinya penyakit; Melindungi diri dari ancaman penyakit; Berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat

Misi Pembangunan Kesehatan:
  1. Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
  2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
  3. Meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu , merata, terjangkau
  4. Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan

Strategi Pembangunan Kesehatan
  1. Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
  2. Profesionalisme
  3. JPKM
  4. Desentralisasi

Referensi:

  1. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
  2. Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
  3. M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
  4. M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
  5. Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
  6. Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
  7. Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
  8. Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
  9. Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi


PHC ( Primary Health Care)

Dr. Suparyanto, M.Kes

PHC (Primary Health Care)

Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-prinsip Primary Health Care sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip dasar Primary Health Care meliputi tiga unsure utama yaitu: upaya dasar kesehatan, peran serta masyarakat dan kerjasama lintas sektoral, sebagai berikut:
  1. Pemerataan upaya kesehatan;
  2. Penekanan pada upaya preventif;
  3. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan;
  4. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian;
  5. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan

Pengertian Primary Health Care, menurut deklarasi Alma Alta 1978, adalah sebagai berikut:
  • “Primary Health Care is essential health care, based on practical, scientifically sound socially acceptable methods and technology made universally accessible to individuals and families in the community, through their full participation and at a cost that the community and the country can afford to maintain at every stage of their development, in the spirit of self reliance and self determination”
  • “It forms and integral part both of the country’s health system, of which it is the central function and its main focus, and of the overall social and economic development of the community. It is the first level of contact of individuals, the family and community with the national health system bringing health care as close as possible to where people live and work, and constitutes the first element of a continuing health care process”.

Primary Health Care:
  1. Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan pelayanan kesehatan masyarakat.
  2. Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
  3. Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit umum dan cedera serta penediaan obat esensial.
  4. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan, terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
  5. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC serta penggunaan sumberdaya yang ada.
  6. Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
  7. Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat dan membangunkan peran serta masyarakat.

Hal-hal yang mendorong pengembangan konsep Primary Health Care adalah:
  1. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi aspek social-ekonomi-politik.
  2. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan sektor pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan, kerjasama lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan.
  3. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta masyarakat di beberapa negara.

  • Dengan demikian PHC sesungguhnya terjadi perubahan sosial dalam pembangunan kesehatan, diperlukan perubahan mental, perubahan struktur sistem kesehatan dan reorientasi pendayagunaan sumberdaya dan cara kerja petugas kesehatan. Pemerataan kesehatan menjadi esensi pendekatan ini, sehingga semakin disadari kaitan luas antara kesehatan dengan sektor lain, termasuk kesempatan kerja, lingkungan dan kedamaian hidup manusia.

PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)

  • PKMD adalah bentuk operasional dari PHC di Indonesia. PKMD mencakup serangkaian kegiatan swadaya masyarakat berazaskan gotong royong, yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan, agarmasyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.

Upaya Kesehatan Dasar PKMD mempunyai 8 upaya kesehatan dasar yang mencakup:
  1. Pendidikan masyarakat tentang masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya.
  2. Pemberantasan dan pencegahan penyakit endemik setempat.
  3. Program Imunisasi
  4. Kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
  5. Pengadaan obat esential
  6. Pengadaan pangan dan gizi
  7. Pengobatan penyakit umum dan cedera
  8. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan

Program PKMD mencakup kegiatan seperti:
  1. Asuransi kesehatan
  2. Pos obat desa (POD)
  3. Tanaman obat keluarga (TOGA)
  4. Pos kesehatan
  5. Pondok bersalin Desa (Polindes)
  6. Tenaga kesehatan sukarela
  7. Kader kesehatan
  8. Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)

  • Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan yang menyeluruh, dibawah naungan LKMD, sekarang namanya BPD (Badan Perwakilan Desa). BPD bertanggung jawab terhadap sepuluh sisi pembangunan, termasuk kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.

Hubungan PHC, PKMD dan Posyandu
  • Pendekatan PHC dimantapkan oleh adanya prioritas untuk menurunkan tngkat kematian bayi, ibu dan tingkat kelahiran. Strategi ini ditandai dengan pembangunan jaringan pelayanan ke tingkat masyarakat melalui Posyandu. Posyandu mencakup tiga unsur utama PHC, yang meliputi peran serta masyarakat, kerjasama lintas sektoral dan perluasan jangkauan upaya kesehatan dasar. Posyandu dengan ”lima kridanya” merupakan bentuk PHC atau PKMD yang berprioritas. Apabila selanjutnya memungkinkan untuk melengkapi krida (kegiatan) Posyandu dengan kebutuhan dasar yang lain yaitu sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial sehingga menjadi sapta krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang dilaksanakan melalui Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna mencapai ”kesehatan bagi semua tahun 2000”

REFERENSI:

  1. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
  2. Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
  3. M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
  4. M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
  5. Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
  6. Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
  7. Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
  8. Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
  9. Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi

Minggu, 24 Januari 2010

UPAYA PENINGKATAN PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU MELALUI ANALISIS KINERJA TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS (Di Balai Pengobatan Puskesmas Kabupaten Jombang)

RINGKASAN

UPAYA PENINGKATAN PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU MELALUI ANALISIS KINERJA TENAGA KESEHATAN PUSKESMAS (Di Balai Pengobatan Puskesmas Kabupaten Jombang)

Oleh: Dr. Suparyanto, M.Kes

WHO pada tahun 1993 telah mencanangkan bahwa penyakit TB Paru merupakan kedaruratan dunia, karena sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi penyakit tersebut termasuk Indonesia. Di Kabupaten Jombang cakupan penemuan suspek TB oleh tenaga kesehatan masih rendah yaitu sebesar 1,19% dari target 10%.

Untuk meningkatkan upaya penemuan suspek TB tersebut diperlukan kinerja tenaga kesehatan yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor kinerja (karakteristik individu, karakteristik organisasi dan karakteristik pekerjaan) tenaga kesehatan di BP Puskesmas Kabupaten Jombang dalam upaya peningkatan penemuan suspek TB.

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah semua tenaga kesehatan di BP Puskesmas Kabupaten Jombang sebanyak 95 orang. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, check list dan pemeriksaan laboratorium. Hasil penelitian dianalisis dengan multiple logistic regression.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) variabel karakteristik individu yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap kinerja adalah: pendidikan, pengetahuan dan motivasi; (2) variabel karakteristik organisasi yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap kinerja adalah: supervisi, dan pelatihan melalui variabel antara motivasi; (3) variabel karakteristik pekerjaan yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap kinerja adalah: beban kerja melalui variabel antara motivasi; sedangkan variabel umur, jenis kelamin, persepsi, sikap, koordinasi, sistem imbalan, umpan balik, dan masa kerja tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kinerja.

Dari hasil penelitian ini diperoleh 7 isu strategis yaitu: belum optimalnya kinerja, pendidikan, pengetahuan, motivasi, supervisi, pelatihan P2TB dan beban kerja tenaga kesehatan di BP Puskesmas. Ketujuh isu strategis tersebut dijadikan bahan kajian Focussed Group Discussion yang melibatkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk menyusun upaya peningkatan penemuan suspek TB.

Kesimpulan penelitian ini adalah merekomendasikan upaya peningkatan penemuan suspek TB di BP Puskesmas sebagai berikut:
1. Memberdayakan tenaga kesehatan untuk meningkatkan kinerja mereka dalam menemukan suspek TB melalui:
  • a) Memberi kemudahan ijin belajar, khususnya bagi tenaga kesehatan yang berpendidikan SPK.
  • b) Meningkatkan motivasi tenaga kesehatan melalui pemberian motivator yang diharapkan serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat membuat mereka kecewa.
  • c) Supervisi P2TB yang efektif yaitu menggunakan supervisor yang menguasai ketrampilan teknis dan ketrampilan berinteraksi.
  • d) Pembelajaran organisasi agar mereka mempunyai pola pikir dan komitmen yang kuat terhadap program P2TB.
  • e) Mengurangi beban kerja tenaga kesehatan dengan cara pemerataan pembagian tugas program kesehatan.
2. Membangun kemitraan antara Puskesmas dengan sarana pelayanan kesehatan swasta. Sarana pelayanan kesehatan swasta melaksanakan pengobatan penderita TB dengan strategi DOTS, sedangkan obatnya (OAT) disediakan gratis oleh Dinas Kesehatan.


SUMMARY



THE EFFORT OF SUSPECTED LUNG TUBERCULOSIS CASE FINDING THROUGH HEALTH STAFFS PERFORMANCE ANALYSIS (In BP of Public Health Care Jombang Regency)



In 1993, WHO has already declared that TB become the most deadly disease in all over the world, almost a third of world’s population has been infected by TB diseases, including Indonesia. In Jombang Regency, the spreading of the diseases becomes a serious problem. It is caused by the low recognition of health staffs to detect the number of TB suspected. They were just able to detect 1,19 % from 10 % of target.

In order to improve finding TB suspected efforts, a high qualified health staffs is mostly required. The objective of this research is to analyze the performance factors (individual characteristics, organizational characteristics and work characteristics) of health staffs of BP Puskesmas in Jombang Regency on finding TB suspected efforts.

The method used in this research is an analytic and cross sectional study. The research sample is 95 health staffs of BP Puskesmas Jombang Regency. The primary data was collected by using questionnaire and laboratory examination and the data was analyzed by multiple logistic regression technique.

The results of the research showed that (1) variables for individual characteristics that had a significant influence to health staffs performance were education, knowledge and motivation; (2) variables for organizational characteristics that had a significant influence to health staffs performance were supervision, training, through motivation variable; (3) variables for work characteristics that had a significant influence to health staffs performance was work load through motivation variable; meanwhile variable for ages, sexes, perception, attitudes, coordination, feed back, and work period didn’t have a significant influence to health staffs performance.

Based on the research, we gain 7 strategic issues such us: health staffs performance, education, knowledge, motivation of health staffs, supervision on P2TB, training of P2TB and work load of health staffs weren’t optimum yet. The seven strategic issues were presented as subject matter of Focus Group discussion which involves Dinas Kesehatan and Puskesmas in arranging the finding of Suspected TB efforts.

The conclusions of the study are to recommend the raising TB suspected finding efforts as follow:

1. Empowering the health staffs to improve their performance on finding suspected TB efforts through:
  • a) Giving them the study permission easily, especially for health staffs with SPK’s graduate.
  • b) Raising motivated health staffs by giving them a good motivator and reducing every trouble that make them unsatisfied.
  • c) Effective supervision of P2TB by effective supervisor who have technical skill and motivation skill.
  • d) Learning organization to make them have the same mental model and commitment about P2TB program.
  • e) Reducing health staff’s work load with even distribution of health’s program.
2. Building a good relationship between Puskesmas and some private health care about P2TB program. Private health care implement TB therapy with DOTS strategy, meanwhile oral anti-TB is distributed free by Dinas Kesehatan.



ABSTRACT

THE EFFORT OF SUSPECTED LUNG TUBERCULOSIS CASE FINDING THROUGH HEALTH STAFFS PERFORMANCE ANALYSIS (In BP of Public Health Care Jombang Regency)


The objective of this study was to analyze the health staffs performance factor on raising TB suspected finding efforts. The method of this research is an analytic and cross sectional study. The sample of the research is the whole health staffs of the BP of Public Health Care Jombang Regency.

The first step of the research was collecting some data with questionnaire, used to recognize the number variable of individual characteristics, organizational characteristics, and work characteristics; and check list, laboratory’s examination used to calculate the performance level of health staffs.
The second step of the research was to analyze the recent data by using the multiple logistic regression technique. This way is to recognize the influence of the variable toward the performance level of the health staffs.

The results of the research showed that variables for education, knowledge and motivation, had a significant influence to health staffs performance, meanwhile supervision, training, and work load had a significant influence to health staffs performance through motivation variable.
The third step of the research was to present the result of the study as subject matter for Focus Group Discussion, which involves Dinas Kesehatan dan Puskesmas on raising TB suspected finding efforts in BP of Public Health Care.

The conclusions of the study were to recommend the raising TB suspected finding efforts as follow: empowering health staffs to improve their performance through giving them the study permission easily, raising motivated health staffs, effective supervision of P2TB, learning organization to make them have the same mental model and commitment about P2TB program and building a good relationship between Puskesmas and some private health care about P2TB program.

Keyword: health staffs performance factors, suspected TB case finding

KONSEP PUSKESMAS IDOLA (Public Health Center IDOLA Concept)


Dr. Suparyanto, M.Kes

PENGERTIAN
  • Puskesmas Rawat Inap ”IDOLA” adalah Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dengan ruangan yang Indah, suasana pelayanan Damai, memperlakukan pasien secara Obyektif, menangani pasien secara Lancar serta Aman untuk mewujudkan pelayanan kesehatan rawat inap yang bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

VISI
  • ” Pasien sembuh dan puas”

MISI

Untuk mencapai visi tersebut diatas, ditetapkan misi sebagi berikut:
  1. Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, unggul dan berkualitas. SDM yang dimaksud terdiri dari: dokter spesialis empat besar (bedah, kandungan dan kebidanan, anak dan penyakit dalam), dokter umum, bidan, perawat, nutrisionis dan administrasi. Dengan jenis pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan pelanggan, sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang cepat , tepat dan aman
  2. Melengkapi dan menyajikan sarana dan prasana Puskesmas Rawat Inap yang bersih dan rapi. Sarana yang diperlukan terdiri: ruang perawatan, ruang operasi sederhana, ruang persalinan, ruang tindakan, kamar linen, kamar mandi, dapur, laboratorium, sedang prasarana yang diperlukan adalah: peralatan operasi terbatas, peralatan obstetri patologis, peralatan resusitasi, tempat tidur dengan kelengkapannya dan perlengkapan perawatan
  3. Menata Mindset Tim Pelayanan Prima di Puskesmas Rawat Inap ”IDOLA”.
  4. Pola pikir semua pegawai Puskesmas Rawat Inap perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan pelanggan sehingga terbentuk nuansa pelayanan prima dengan penuh kedamaian
  5. Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.(Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk mengetahui budaya, perilaku dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat)
  6. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan.(Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan ”WOW”, maka hal tersebut akan membanggakan dan memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.)
  7. Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan ”Customer Market Relationship”. (Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin di antara mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.)
  8. Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.(Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah. Untuk itu Puskesmas Rawai Inap ”IDOLA” harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan pelanggan.)

    KEBIJAKAN

    1. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan harus profesional sesuai dengan pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
    2. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
    3. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister
    4. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dengan strategi ”SENYUM” dibantu sepenuhnya menyelesaikan masalah kesehatannya
    5. Tenaga kesehatan harus cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan
    6. Pegawai Puskesmas Rawat Inap mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas Rawai Inap
    7. Ruang pelayanan rawat inap ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga memberi kenyamanan pada pasien serta tenaga kesehatan yang melayaninya
    8. Kamar mandi dan WC dibuat bersih, tidak berbau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
    9. Lingkungan Puskesmas dibuat taman untuk mewujudkan suasana asri dan segar
    10. Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
    11. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan rawat inap

    STRATEGI

    • Tujuan Puskesmas Rawat Inap ”IDOLA” adalah menyelenggarakan Pelayanan Rawat Inap yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan strategi pelayanan ”SENYUM” dengan rincian sebagai berikut:
    1. ”S”: Sambutlah pasien dengan senyum dan salam yang hangat, sebagai ungkapan rasa hormat dan siap melayani pasien.
    2. ”E”: Eksplorasi dan bantu menemukan masalah kesehatan yang diderita pasien.
    3. ”N”: Niat yang tulus untuk menyelesaikan masalah pasien dengan kemampuan terbaik.
    4. ”Y”: Yakinkan pada pasien bahwa masalah kesehatan yang diderita akan kita layani secara:
    5. ”U”: Umum: artinya pelayanan rawat inap di Puskesmas Rawap Inap ”IDOLA” dilaksanakan secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, suku, agama dan politik.
    6. ”M”: Mutu: artinya pelayanan rawat inap di Puskesmas Rawap Inap ”IDOLA” dilaksanakan sesuai dengan standart operating prosedure (SOP) dan sesuai dengan harapan atau melebihi harapan pasien.



    KONSEP PUSKESMAS IDAMAN (Public Health Center IDAMAN Concept)

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    PENGERTIAN:
    • Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai dengan Standart Operating Procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.
    VISI
    • ”Puskesmas Idaman yang bermutu”, merupakan visi Puskesmas Idaman yang menggambarkan keadaan yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan datang yaitu Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal maupun internal.
    MISI


    Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut diatas, ditetapakan misi sebagai berikut:
    1. 1. Memastikan Pelanggan Puskesmas.
    • Pelanggan Puskesmas perlu diketahui, untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar yang akan kita layani.
    1. 2. Memahami psikografi Pelanggan Puskesmas.
    • Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk mengetahui budaya, perilaku dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
    1. 3. Menata Mindset Tim Pelayanan Prima di Puskesmas Idaman.
    • Pola pikir semua pegawai perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan prima di Puskesmas Idaman.
    1. 4. Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan memberikan saran dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.
    • Pegawai di garis depan “front liner” seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang pertama yang kontak dengan pelanggan, oleh karena itu mereka banyak mengetahui informasi yang kita butuhkan dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman.
    1. 5. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan.
    • Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan ”WOO”, maka hal tersebut akan membanggakan dan memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar pelanggan.
    1. 6. Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan ”Customer Market Relationship”.
    • Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin di antara mereka sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.
    1. 7. Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
    • Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal maupun eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman harus selalu dapat menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang memuaskan pelanggan.

    KEBIJAKAN

    1. Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuai dengan pendidikannya, unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan.
    2. Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi memakai jas dokter pada saat melayani pasien.
    3. Obat yang diberikan kepada pasien adalah obat generik berblister
    4. Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu sepenuhnya apa keperluannya datang ke Puskesmas.
    5. Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan
    6. Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi untuk melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas
    7. Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga memberi kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya
    8. Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai dengan harapan pasien
    9. Kamar mandi dan WC dibuat bersih, tidak berbau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
    10. Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar
    11. Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan pemecahan masalah di Dinas Kesehatan
    12. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan perbaikan pelayanan kesehatan
    13. Manajemen Puskesmas Idaman berpedoman pada SK Menkes RI No: 128/MENKES/SK/II/2004 tentang: Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.

    STRATEGI

    Tujuan Puskesmas Idaman adalah memuaskan pelanggan terhadap pelayanan kesehatan yang telah kita berikan. Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkan strategi sebagai berikut:
    1. Strategi untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan
    • Puskesmas Idaman dalam meningkatkan mutu tenaga kesehatan mengunakan strategi ” PusKesMas ” yang mencakup tiga aspek ”Pus”, ”Kes”, dan ”Mas”. Adapun rincian ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
    • PUS: merupakan singkatan: Profesionalisme, Unggul dan Santun artinya Puskesmas Idaman akan ditangani oleh tenaga kesehatan yang profesional dibidangnya, unggul dalam hal ilmu dan keahlian serta mempunyai mental sopan santun dalam hal lisan dan tindaknya.
    • KES: merupakan singkatan: Komitmen, Etika , dan Semangat atau Motivasi yang tinggi, artinya tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan Puskesmas Idaman harus mempunyai komitmen yang tinggi baik, komitmen pekerjaan maupun komitmen organisasi, serta harus beretika serta motivasi kerja yang tinggi untuk kelangsungan pelayanan kesehatan yang konsisten dalam peningkatan mutu.
    • MAS: merupakan singkatan dari Manusiawi, Asuh dan Simpati, artinya Tenaga kesehatan di Puskesmas Idaman dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan harus memperlakukan pelanggan secara manusiawi, secara iklas mau melayani (asuh) dengan rasa simpati.

    2. Strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
    • Puskesmas Idaman dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan menggunakan strategi ” Idaman ” yang mencakup empat aspek ”Indah”, ”Damai”, ”Aman” dan ”Nyaman”. Adapaun rincian keempat aspek tersebut adalah sebagai berikut:
    • Indah : Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Idaman dilaksanakan dalam nuansa indah dan rapi, baik tenaga kesehatan yang melayani, tempat pelayanan, ruang tunggu pasien, kamar mandi/jamban dan lingkungan/taman Puskesmas.
    • Damai : Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Idaman dilaksanakan dalam nuansa damai, yaitu suasana yang memberikan rasa percaya yang tinggi pada pelanggan.
    • Aman : Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Idaman dilaksanakan sesuai dengan Standard Operating Prosedure (SOP) sehingga akan memberikan rasa aman dan keyakinan yang tinggi tentang mutu pelayanan kesehatan yang diterima.
    • Nyaman : Pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Idaman dilaksanakan dalam ruang pelayanan yang nyaman, sehingga proses pelayanan kesehatan dapat berlangsung sesuai harapan pelanggan.

    Sabtu, 23 Januari 2010

    HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN (STUDI DI DESA GEMARANG KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN) Relationship Between The Granting Mp-ASI With Inciden Diarrhea In 0-6 Months Old Baby (Studies in Gemarang Village Gemarang Sub district Madiun District)


    ABSTRAK

    HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN
    (Studi di Desa Gemarang Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun)

    Oleh : Febriana Wulan K

    Pembimbing: Dr. Suparyanto, M.Kes; Lilis Suryawati, S.Si.T

    Diare  pada balita dapat disebabkan oleh berbagai sebab baik kelainan susu maupun makanan yang kurang cocok komposisinya. Berat ringannya diare ditentukan oleh beberapa faktor antara lain umur balita dan tingkat status gizi balita, makin muda usia balita yang terkena diare maka makin parah akibatnya, balita yang diare di bawah umur 1 tahun mempunyai resiko yang paling besar jika diberi makanan pendamping ASI.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pemberian MP-ASI pada bayi, mengidentifikasi kejadian diare pada bayi, dan menganalisis hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Gemarang Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun tahun 2009.

    Jenis penelitian ini adalah analitik – cross sectional. Populasi diambil dari semua ibu yang mempunyai bayi usia 0 – 6 bulan di Desa Gemarang Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun sebanyak 28 orang, dengan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, dengan penggunaan uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Berdasarkan hasil uji chi-square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ hitung lebih kecil dari ρ tabel yaitu 0,031 < 0,05, artinya ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.

    Kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagian besar ibu memberikan MP-ASI, sebagian besar bayi mengalami diare dan ada hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Gemarang Kecamatan Kabupaten Madiun.

    Diharapkan bidan lebih meningkatkan penyuluhan tentang dampak dari pemberian MP-ASI dini, alasan pemberian MP-ASI lebih dari 6 bulan, pengertian dan waktu pemberian.

    Kata Kunci :  MP-ASI, Diare


    PENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (Introduction of Public Health Sciences)


    Dr. Suparyanto, M.Kes

    Winslow (1920) mendefisikan Kesesahan Masyarakat (Public Health) sebagai suatu Ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” untuk:
    1. Perbaikan sanitasi lingkungan
    2. Pemberantasan penyakit menular
    3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
    4. Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
    5. Pengembanagan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan.

    Ikatan Dokter Amerika (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.

    SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    Mitos Yunani
    • Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi) kesehatan.

    Perbedaan curatif health care dan preventif heath care

    NO   CURATIF HEALTH   CARE PREVENTIF HEATH CARE
    1   Sasaran individul   Sasaran masyarakat
    2   Pedekatan reaktif    Pendekatan proaktif
    3   Penangganan bio-psikologis   Penangganan bio-psiko-sosial

    Periode sebelum Ilmu Pengetahuan
    • Pada zaman Romawi kuno telah dibuat latrin/tempat pembuangan kotoran manusia, bukan untuk tujuan mencegah penyakit. Tetapi untuk mencegah bau dan pandangan yang tidak mengenakan.
    • Pada zaman Romawi telah ada peraturan yang mengharuskan untuk mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan binatang berbahaya/ bau, melakukan supervisi pada tempat minum, warung, prostitusi.
    • Abad ketujuh, dirasakan kesehatan masyarakat sudah begitu penting, karena saat itu sudah ada wabah kolera dan kusta
    • Abad ke 12, terjadi wabah pes dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13 juta meninggal karena pes.
    • Pada masa tersebut, masalah kesehatan masyarakat sudah demikian hebatnya, tetapi upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan.

    Periode Ilmu Pengetahuan
    • Pada abad ke 19 telah ditemukan vaksin cacar oleh Louis Pasteur, asam karbol untuk sterilisasi operasi oleh Joseph Lister, ether untuk anestesi oleh William Marton
    • Tahun 1832 dibentuk komisi untuk penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat di Inggris diketuai oleh Edwin Chadwich.
    • Tahun 1893, John Hopkins, mendirikan Fakultas Kedokteran di Amerika.
    • Tahun 1855, di Amerika dibentuk Departemen Kesehatan, yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Termasuk pengawasan kesehatan lingkungan.
    • Tahun 1872, diadakan pertemuan orang-orang yang peduli pada kesehatan masyarakat dengan dibentuknya Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Assosiation).

    Perkembangan IKM di Indonesia
    • Dimulai abad ke 16, pada saat pemerintahan Belanda. Tahun 1927, kolera masuk Indonesia, 1937 terjadi wabah kolera eltor, 1948 cacar masuk Indonesia, sejak adanya wabah kolera pemerintahan Belanda melakukan upaya kesehatan masyarakat.
    • Tahun 1807 oleh Gubernur Jendral Daendels dilakukan pelatihan dukun bayi dan praktek persalinan
    • Tahun 1851, dr.Bosch mendirikan STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) sekolah kedokteran untuk pribumi di Jakarta, dan di Surabaya tahun 1913 didirikan NIAS (Nederland Indische Arsten School)
    • Tahun 1922, pes masuk Indonesia, setahun berikutnya telah terjadi wabah, 1935 dilakukan penyemprotan DDT dan vaksinasi masal.
    • Tahun 1951, Dr. Y. Leimena dan dr. Patah memperkenalkan Konsep Bandung, bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan
    • Tahun 1956, dr. Y. Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” proyek keterpaduan pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
    • Tahun 1967, seminar tentang kesehatan masyrakat terpadu, tentang konsep Puskesmas oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang akhirnya pada tahun 1968 dikembangkan oleh Pemerintah

    RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT

    1. Epidemiologi
    2. Biostatistik/statistik Kesehatan
    3. Kesehatan Lingkungan
    4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
    5. Administrasi Kesehatan Masyarakat
    6. Gizi Masyarakat
    7. Kesehatan Kerja

    UPAYA-UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT:

    1. Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
    2. Perbaikan sanitasi lingkungan
    3. Perbaikan Lingkungan Pemukiman
    4. Pemberantasan vektor
    5. Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat
    6. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
    7. Pembinaan Gizi masyarakat
    8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
    9. Pengawasan obat dan minuman
    10. Pembinaan peran serta masyarakat

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

    Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat:
    1. Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya
    2. Perilaku
    3. Pelayanan Kesehatan
    4. Hereditas (keturunan)

    • Intervensi faktor lingkungan : perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi, stabilitas politik dan keamanan
    • Intervensi pelayanan kesehatan: penyediaan dan perbaikan fasilitas kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan
    • Intervensi hereditas, perbaikan gizi ibu hamil, pendidikan kesehatan pada kelompok risiko penyakit keturunan.

    REFERENSI:

    1. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
    2. Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
    3. M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
    4. M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
    5. Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
    6. Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
    7. Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
    8. Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
    9. Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi


    Jumat, 22 Januari 2010

    Correlation between family support and nutrition intake at old age in Banjaragung village, Bareng sub district, Jombang District

    ABSTRAK

    HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN GIZI PADA LANSIA DI DESA BANJARAGUNG KECAMATAN BARENG JOMBANG.

    Oleh : Zaenal Fatah

    Pembimbing: M. Rajin, S.Kep. Ners. M.Kes; Dr. H. Suparyanto, M.Kes; Mukhoirotin, S.Kep. Ners

    Gizi merupakan salah satu faktor yang penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi lanjut usia. Lansia yang hidup sendiri atau di tinggal oleh orang yang dicintai tanpa ada dukungan dari teman dan keluarga dapat berdampak pada perubahan status gizi atau pemenuhan kebutuhan gizi. Oleh sebab itu untuk memenuhi kebutuhan gizi lansia diperlukan suatu dukungan dari keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia.

    Desain pada penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan dukungan keluarga sebagai variabel bebas dan pemenuhan gizi sebagai variabel tergantung. Tehnik sampling pada penelitian ini menggunakan Simpel Random Sampling dengan jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 139 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini menggunaka kuesioner dan observasi, kemudian data dianalisa menggunakan uji Spearman rho, dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.

    Hasil penelitian di dapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemenuhan gizi pada lansia di desa banjaragung kecamatan bareng jombang dengan nilai signifikansi 0,032 dan koefisien korelasi 0,183.

    Dukungan dari orang terdekat atau keluarga sangat berpengaruh untuk meningkatkan status gizi lansia. Dengan dukungan yang adekuat dapat meningkatkan status gizi, sebaliknya dukungan tidak adekuat pemenuhan gizi dapat terganggu.

    Kata kunci : dukungan keluarga , status gizi lansia

    Rabu, 20 Januari 2010

    CARDIOVASKULER HUMAN PHYSIOLOGY (FISIOLOGI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH)

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    SISTEM SIRKULASI

    • Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan interna dan lingkungan eksterna tubuh
    • Sistem ini membawa nutrien, gas ke semua sel, jaringan, organ dan sistem organ serta membawa produk akhir metabolik dari sel ke luar tubuh

    KOMPONEN SISTEM SIRKULASI

    • Sistem cardiovaskuler yang terdiri jantung, pembuluh darah dan darah
    • Sistem limfatik yang terdiri pembuluh limfe, dan nodus limfe yang terletak pada pembuluh limfe yang besar
    • Sistem pembentuk dan penyimpan darah yang terdiri limfe, hati, sumsum tulang, kelenjar timus

    FUNGSI SISTEM SIRKULASI

    • Transport: makanan, gas, hormon, mineral, enzim, sisa metabolisme.
    • Mempertahankan suhu tubuh dengan cara vasokontriksi dan vasodilatasi
    • Perlindungan melalui sistem imun dan pembekuan darah
    • Buffering, protein darah merupakan sisten buffer yang mempertahankan pH darah

    MACAM SIRKULASI

    • Sirkuit pulmoner: ventrikel kanan → arteri pulmonal → paru → vena pulmonal → atrium kiri, fungsi menerima darah penuh CO2 menjadi darah penuh O2 (teroksigenasi)
    • Sirkulasi sistemik: ventrikel kiri → aorta → semua sel → vena →atrium kanan, sebagai transport nutrien, O2 dan zat lain

    • Aliran bypass janin melalui jantung:
    • Sebelum lahir, darah tidak perlu lewat sirkulasi pulmonal yang belum berfungsi, tetapi darah teroksigenasi dari umbilikus langsung dimasukan dari atrium kiri menuju atrium kanan melalui lubang yang disebut: foramen ovale
    • Saat lahir, paru sudah berfungsi, foramen ovale ditutup jika masih lubang menimbulkan penyakit: Defek septum interatrium

    • Aliran bypass janin melalui jantung:
    • Darah teroksigenasi yang belum melintasi foramen ovale pada janin, mengalir ke ventrikel kanan. Darah ini kemudian dibelokan dari trunkus pulmonar menuju aorta melalui duktus arteriosus. Ductus ini menutup setelah lahir dan meninggalkan sisa: ligamentum arteriosus. Jika lintasan ini tidak menutup akan menimbulkan defek jantung yang disebut: Ductus arteriosus paten

    SISTEM PENGATURAN JANTUNG

    • Serabut Purkinje: serabut otot jantung khusus yang mampu menghantarkan impuls 5x lebih cepat. Serabut tsb memungkinkan atrium berkontraksi bersamaan yang diikuti oleh kontraksi ventrikel
    • Nodus Sinoatrial (Nodus SA)
    • Lokasi: dinding posterior atrium kanan dibawah pembukaan vena cava superior

    • Nodus SA melepas impuls 72 x/menit, dipengaruhi oleh saraf simpatis dan parasimpatis, berfungsi mengatur frekuensi kontraksi irama sehingga disebut: pemacu jantung
    • Nodus Atrioventrikuler (Nodus A-V)
    • Lokasi: dinding posterior atrium kanan
    • Nodus A-V menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikuler

    • Berkas A-V (berkas His)
    • Adalah sekelompok serabut Purkinje yang berasal dari nodus A-V dan membawa impuls di sepanjang septum interventrikuler menuju ventrikel, lalu bercabang menjadi berkas kanan dan kiri
    • Berkas kanan menuju ventrikel kanan, sedang berkas kiri menuju ventrikel kiri

    ABNORMALITAS HANTARAN

    • Irama Jantung Abnormal (Aritmia): disebabkan ketidakteraturan nodus S-A dan nodus A-V atau gangguan sistem hantaran
    • Blok jantung: gangguan pada hantaran sehingga sebagian atau semua impuls tidak mencapai ventrikel → jantung berdenyut dengan irama sendiri

    • Blok jantung parsial: atrium berdenyut normal, frekuensi hantaran yang melalui nodus A-V melambat → mengakibaatkan ventrikel hanya berkontraksi sekali setelah atrium kontraksi ke 2, 3 atau 4
    • Blok jantung komplet: atrium berdenyut normal, tetapi ventrikel berdenyut sendiri dengan frekuensi: 20 – 40 x/menit

    • Blok jantung diatasi dengan memasang alat pacu jantung buatan yang dipasang dibawah kulit
    • Fokus Ektopik: adalah defek hantaran yang menyebabkan denyut abnormal
    • Kontraksi Ventrikular Premature atau ekstra sistole
    • Geletar (flutter) dan fibrilasi: kontraksi cepat dan tidak terkoordinasi baik pada ventrikel maupun atrium

    • Flutter jika frekuensi: 200 – 300 x/menit, jika lebih disebut fibrilasi
    • Fibrilasi atrial tidak mengancam kehidupan, sedang fibrilasi ventrikel akan menyebabkan kematian

    SIKLUS JANTUNG

    • Jantung berkontraksi disebut Sistole, jantung relaksasi disebut Diastole
    • Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah
    • Tekanan darah normal sitole 120 mmHg, diastole 80 mmHg

    BUNYI JANTUNG

    • Jantung berkontraksi disebut Sistole, jantung relaksasi disebut Diastole
    • Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah
    • Tekanan darah normal sitole 120 mmHg, diastole 80 mmHg

    FREKUENSI JANTUNG

    • Frekuensi normal: 60 – 100 denyut/menit, rata2: 75 x/menit → siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik, sistole 0,5 detik dan diastole 0,3 detik
    • Takikardi: peningkatan frekuensi jantung > 100 x/menit
    • Bradikardi: penurunan frekuensi jantung < 60 x/menit

    CURAH JANTUNG

    • Curah jantung adalah volume darah yang dipompa jantung per menit. Rata2: 5 liter/menit
    • Perhitungan curah jantung: frekuensi x isi sekuncup
    • Faktor yang mempengaruhi:
    • Aktivitas berat → meningkat 25 – 35 l/mnt
    • Aliran balik vena ke jantung

    • Faktor memperbesar aliran darah vena:
    • Pompa otot rangka
    • Pernafasan (tekanan negatif rongga dada saat inspirasi)
    • Reservoir vena (limpa, hati dan pembuluh darah besar)
    • Gaya gravitasi

    • Faktor memperlambat aliran darah vena:
    • Perubahan posisi tubuh
    • Tekanan darah abnormal vena: hemoragi, vulome darah rendah
    • Tekanan darah tinggi: semakin besar tahanan yang varus dihadapi ventrikel yang berkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya

    • Faktor lain:
    • Hormon medular adrenal: epinefrin dan norepinefrin  meningkatkan
    • Ion: K, Na, Ca dalam darah
    • Usia dan ukuran tubuh
    • Penyakit kardiovaskuler: aterosklerosis, jantung jantung iskemik, infark miokardial, penyakit katup

    TEKANAN DARAH

    • Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada permukaan yang tertutup
    • Tekanan darah ventrikel sistole: 120 mmHg, dan diastole: 0 mmHg
    • Tekanan darah aorta sistole: 120 mmHg, dan diastole: 80 mmHg
    • Perubahan sistemik: aorta 100 mmHg → arteri (100 – 40 mmHg) → arteriole (25 – 10 mmHg) → vena (10 – 5 mmHg) → vena cava ( 5 – 0 mmHg) → atrium kanan 0 mmHg

    • Faktor yang mempengaruhi:
    • Curah jantung, makin besar makin tinggi
    • Tahanan perifer aliran darah:
    • Viskositas darah: makin kental makin tinggi
    • Panjang pembuluh: makin besar tahanan makin besar
    • Radius pembuluh: berbanding terbalik, vasodilatasi → menurunkan, vasokontriksi → meningkatkan

    • Pengaturan saraf: oleh medulla oblongata (pusat vasomotorik), pusat akselerator dan inhibitor jantung, serta baroreseptor aorta dan karotis
    • Pengaturan kimia dan hormonal:
    • Hormon adrenal: epinefrin dan norepinefrin
    • ADH
    • Angiotensin, histamin, glukagon, kolesistokinin, sekretin, bradikinin, prostaglandin → vasoaktif

    DENYUT NADI

    • Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 – 9 m per detik, sekitar 15 x lebih cepat dari darah
    • Denyut dapat dirasakan pada arteri yang dekat kulit (arteri radialis pada pergelangan)
    • Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut arteri
    • Frekuensi denyut memberikan informasi mengenai; kerja jantung, pembuluh darah dan sirkulasi

    REFERENSI

    1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
    2. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
    3. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
    4. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company Gienview
    5. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
    6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
    7. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
    8. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
    9. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
    10. Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta
    11. Lutjen, et all, 2001, Atlas foto anatomi: struktur dan fungsi tubuh manusia, edisi 2, EGC, Jakarta

    CARDIOVASKULER HUMAN ANATOMY (ANATOMI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH)

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    LETAK JANTUNG

    • Berbentuk segitiga dengan:
    • Basis : menghubungkan dua titik diantara, costae ke-3 kanan (2 cm dari tepi sternum) dan costae ke-2 kiri (1 cm dari tepi sternum)
    • Apex : ruang antar costae 5 kiri (4 cm dari garis medial)
    • Dengan menarik garis antara 2 tanda itu (basis dan apex) kedudukan jantung dapat ditunjukkan

    BENTUK JANTUNG

    • Bentuk : kerucut berongga, dengan basis diatas, apex dibawah
    • Ukuran : sebesar kepalan tangan kita
    • Letak : didalam rongga dada diantara kedua paru dibelakang sternum

    LAPISAN JANTUNG

    • Perikardium: lapisan pembungkus jantung, ada dua macam
    1. Perikardium Viseralis: pembungkus jantung yang melekat pada jaringan jantung
    2. Perikardium Parietalis: pembungkus jantung yang terletak disebelah luar perikardium parietalis
    • Cavum Pericardial: rongga antara perikardium visceralis dan perikardium parietalis
    • Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan:
    1. Epikardium: lapissan jantung paling luar
    2. Miokardium: lapisan jantung bagian tengah, yang terdiri dari otot jantung
    3. Endokardium: lapisan sebelah dalam, yang melapisi rongga jantung

    RUANG JANTUNG

    • Jantung dibagi menjadi 4 ruangan:
    • Atrium dextra: serambi kanan
    • Atrium sinistra: serambi kiri
    • Septum intratrial: jaringan pemisah antara atrium dextra dan atrium sinistra
    • Ventrikel dextra: bilik kanan
    • Ventrikel sinistra; bilik kiri
    • Septum interventrikular jaringan pemisah antara ventrikel dextra dan ventrikel sinistra

    PEMBULUH DARAH JANTUNG

    • Aorta: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel sinistra, membawa darah bersih ke seluruh tubuh
    • Arteri pulmonalis: pembuluh darah yang keluar dari ventrikel dextra, membawa darah kotor ke paru-paru

    • Vena cava superior: pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atas jantung menuju atrium kanan
    • Vena cava inferior pembuluh darah yang membawa darah dari bagian bawah jantung menuju atrium dextra
    • Vena pulmonalis: pembuluh darah yang membawa darah dari paru-paru menuju atrium sinistra
    • Arteri coronaria dextra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk jantung kanan
    • Arteri coronaria sinistra: arteri yang keluar dari aorta, mensuplay darah untuk jantung kiri

    KATUB JANTUNG

    • Valvula trikuspid: katub tiga lembar, yang memisahkan antara atrium kanan dan ventrikel kanaan
    • Valvula bikuspid (mitral): katub dua lembar, yang memisahkan aantara atrium kiri dan ventrikel kiri
    • Valvula aorta: katub yang memisahkan antara ventrikel kiri dan aorta
    • Katup pulmunal: katub yang memisahkan antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
    • Chorda tendinae: jeringan (ligamen) yang melekat pada lembar katub jantung yang berbentuk seperti jari
    • Musculus papilaris: tonjolan otot (pangkal dari chorda tendinae)

    SIRKULASI PULMONAR

    • Truncus pulmonar: arteri yang keluar dari ventrikel kanan, kemudian bercabang jadi dua
    • Arteri pulmonalis dextra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelah kanan
    • Arteri pulmonalis sinistra: cabang dari truncus pulmonar yang menuju paru sebelah kiri
    • Vena pulmonalis dextra: vena dari paru kanan menuju ke atrium kiri
    • Vena pulmonalis sinistra: vena dari paru kiri menuju ke atrium kiri

    AORTA

    • Aorta ascenden: aorta yang berjalan lupus keatas (dari ventrikel kiri)
    • A. Coronaria sinistra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kiri
    • A. Coronaria dextra: cabang dari aorta ascenden, mengairi darah ke jantung kanan
    • Arcus Aorta: bagian dari aorta yang melengkung (diatas aorta ascenden), keluar tiga cabang:
    1. A. Brakiosefalika
    2. A. Karotis comunis sinistra
    3. A. Subklavia sinistra

    AORTA TORAKSIKA

    • A. Pericardial: menuju perikardium
    • A. Bronkial: menuju bronkus
    • A. Esofagial: menuju esofagus
    • A. Intercostalis: menuju ruang antar costa
    • A. Frenika

    AORTA ABDOMINALIS

    • A. Seliaka: bercabang tiga:
    • (1) A. Gastrika sinistra: menuju lambung
    • (2) A. Splenika: menuju limpa
    • (3) A. Hepatika komunis: menuju hati
    • A. Mesenterika superior: menuju mesenterium usus
    • A. Suprarenalis: menuju glandula suprarenal
    • A. Renalis: menuju ginjal
    • A. Testikularis: menuju testis
    • A. Mesenterica inferior: menuju mesenterium usus
    • A. Lumbalis: menuju area pinggang
    • A. Sacralis: menuju area sacrum

    ARTERI ILIACA KOMUNIS DEXTRA DAN SINISTRA

    • A. Iliaca interna → A. Pudenda interna: menuju alat kelamin
    • A. Iliaca eksterna → A. Femoralis: menuju paha
    • A. Poplitea: menuju belakang lutut
    • A. Tibialis posterior et anterior: menuju tungkai bawah

    VENA KEPALA, OTAK, LEHER

    • V. Jugularis eksterna
    • V. jugularis interna
    • V. Aksilaris: dari ketiak
    • V. Brakialis: dari lengan atas
    • V. Radialis: dari lengan bawah searah ibu jari
    • V. Ulnaris: dari lengan bawah searah kelingking
    • V. Sefalika
    • V. Basilika
    • V. Medial kubiti

    VENA THORAX

    • V. Brakiosefalika
    • V. Azigos
    • V. Hemiazigos

    VENA ABDOMEN ET PELVIS

    • V. Cava Inferior
    • Sistem Portal hepatik, terdiri:
    • V. Splenikus
    • V. Mesenterica superior
    • V. Porta hepatik

    VENA EKSTREMITAS INFERIOR

    • V. Iliaca eksterna
    • V. femoralis
    • V. Poplitea
    • V. Tibialis posterior et anterior
    • V. Peronea
    • V. Superfisialis
    • V. Sefanus

    REFERENSI

    1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
    2. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
    3. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
    4. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company Gienview
    5. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
    6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
    7. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
    8. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
    9. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
    10. Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta

    Minggu, 17 Januari 2010

    DIGESTIVE HUMAN ANATOMY (ANATOMI DIGESTIVUS) 2

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    DENTES

    • Dentes permanen: gigi sulung, jumlahnya  32 buah
    • Dentes decidua: gigi susu, jumlahnya  20 buah, tidak ada gigi geraham besar (molar)
    • Dentes insicivus: gigi seri, jumlah  8 buah, nomor 1 dan 2
    • Dentes caninus: gigi taring, jumlah  4 buah, nomor 3
    • Dentes premolar: gigi geraham kecil, jumlah 8 buah, nomor  4 dan 5
    • Dentes molar: gigi geraham besar, jumlah 12 buah, nomor 6, 7 dan 8

    ANATOMI DENTES

    • Corona dentes: mahkota gigi, bagian gigi yang kelihatan berwarna putih
    • Colum dentes: leher gigi
    • Radix dentes: akar gigi, tertanam dalam gingiva
    • Pulpa dentes: ruangan dalam gigi
    • Dentin: lapisan gigi
    • Enamel: lapisan gigi pada corona dentis yang berwarna putih
    • Semen: perekat antara dentin dan ginngiva
    • Ginggiva: gusi

    LINGUA

    • Permukaan lidah kasar, karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut: papilla lingualis, tempat reseptor gustatorius (reseptor pengecapan)
    • Papilla lingualis: tonjolan pada permukaan lidah, diberi nama berdasarkan bentuknya:
    1.       Papilla lingualis cirvumvalata: berbentuk bulat seperti sirkuit
    2.       Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamur
    3.       Papilla lingualis filiformis: mempunyai fili
    4.       Papilla lingualis lentiformis: bentuk kecil
    • Tonsilla lingualis: amandel lidah (terletak bagian belakang)

    Letak area kecap pada lidah:
    • Reseptor manis terletak di bagian  anterior
    • Reseptor asin terletak di bagian  anterior dan anterior lateral
    • Reseptor asam terletak di bagian  lateral posterior
    • Reseptor pahit terletak di bagian  posterior

    GLANDULA SALIVATORIUS

    • Glandula Parotis,  hasilnya cairan serus (encer)
    • Glandula submandibularis hasilnya campuran antara mucus dan serus, tetapi  dominan serus
    • Glandula sublingualis hasilnya campuran antara mucus dan serus, tetapi  dominan mucus (kental)

    HEPAR
    • Terdiri 2 lobus, dextra dan sinistra, dextra lebih besar
    • Sinusoid hepar: ruangan yang dibentuk oleh deretan sel hepar (hepatosid), sebagai tempat mengalirnya darah untuk dilakukan detoksifikasi
    • Darah masuk sinusoid hepar lewat vena porta dan arteri hepatica, kemudian masuk sinusoid hepar, darah yang telah diproses masuk vena centralis, sedangkan racun dialirkan ke empedu lewat ductus hepaticus dextra dan sinistra

    PANKREAS

    • Sel pancreas dibedakan menjadi dua:
      1. Asinus, berbentuk bulat, merupakan  kelenjar eksokrin yang menghasilkan  enzim pencernakan yang biasa disebut getah pankreas
      2. Pulau Langerhans, letaknya ditengah, bentuknya seperti pulau-pulau, merupakan  kelenjar endokrin yang menghasilkan  hormone glukagon, insulin dan stomatin

    SALURAN HEPAR, EMPEDU DAN PANKREAS

    1. Ductus hepaticus dextra: dari hati kanan
    2. Ductus hepaticus sinistra: dari hati kiri
    3. Ductus hepaticus communis: gabungan ductus hepaticus dextra dan sinistra
    4. Ductus cysticus: saluran empedu
    5. Vesica biliaris/felea : kandung empedu
    6. Ductus choleduchus : gabungan ductus cysticus dan ductus hepaticus communis
    7. Ductus pancreaticus : saluran pancreas (ada dua major dan minor)
    8. Ampula vateri: ruang pertemuan antara ductus choleducus dan ductus pankreaticus
    9. Papilla vateri : tonjolan ampula vateri kedalam duodenum, sebagai muara masukanya getah pancreas dan getah empedu kedalam duodenum

    REFERENSI
    1. Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC
    2. Verralis, Sylvia, 1997, Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, Jakarta, EGC
    3. Pearce, 1999, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta, Gramedia
    4. Landan, 1980, Essential Human Anatomy and Physiology, Scott Foresman and Company Gienview
    5. Martini, 2001, Fundamentals of Anatomy and Physiology, Prentice Hall, New Jersey
    6. Gibson, 1995, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, Jakarta, EGC
    7. Ganong, 1995, Review of Medical Physiology, Philadelphia
    8. Guyton, 1995, Tex Book of Medical Physiology, Philadelphia
    9. Watson, R., 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, edisi 10, EGC, Jakarta
    10. Kahle, W., et all, 1991, Atlas dan Buku Teks Anatomi Manusia, EGC, Jakarta