Dr. Suparyanto, M.Kes
SEKILAS
TENTANG DEMAM TYPHOID
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Demam
tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada iklim,
tetapi lebih banyak dijumpai di Negara-negara sedang berkembang di daerah
tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan
dan kebersihan individu yang kurang baik. Di Indonesia demam tifoid jarang
dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering bersifat seporadis,
terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus
pada orang-orang serumah. Demam tifoid dapat di temukan sepanjang tahun.
Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata
anatra insidensi demam tifoid pada wanita dan pria.
Tifoid
Apdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebih
ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10
sampai 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Relaps dapat terjadi pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali.
Komlikasi pada usus halus jarang terjadi,akan tetapi sering fatal, yaitu
perdarahan usus, perforasi usus dan peritonitis. Komlikasi diluar usus dapat
terjadi oleh karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, terjadinya infeksi
sekunder, masukan makanan yang kurang atau suhu tubuh yang tinggi.
1.2.
Tujuan
Secara
umum makalah ini memiliki tujuan jangka panjang yang ditujukan pada masyarakat
agar lebih mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan thipoid, atau yang banyak
dikenal dengan demam tipoid.
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Typhoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and
Sudart, 1994).
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid
dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid
adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid
fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid
adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer
Orief.M. 1999)
Dari
beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah
suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan
C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
2.2
Etiologi
1.
Salmonella
thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigenO (somatic,
terdiridarizatkomplekliopolisakarida); antigen H(flagella); antigen V1 dan
protein membrane hialin.
2.
Salmonella
parathypi A
3.
Salmonella
parathypi B
4.
Salmonella
parathypi C
5.
Faces
dan Urin dari penderita thypus (RahmadJuwono, 1996).
2.3Patofisiologi
Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F
yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di
dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah
dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula
disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
2.4
Faktor Agent
Typhoid
adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella
thypi dan salmonella parathypi A,B,C.
2.5
Faktor Host
Penyakit
typhoid merupakan penyakit yang dapat menyerang organ pencernaan, dan semua
umur dapat terkena penyakit ini
Beberapa
faktor yang mudah terjangkit penyakit typhoid :
1)
Penderita penyakit maag
2)
Kesehatanseseorang
menurun
3)
Personal
hygiene yang kurangbersih
4)
Kurangnya
akan kebersihan lingkungan
5)
BAB
di sembarang tempat
6)
Memakan
makanan yang di hinggapi lalat yang membawa kuman salmonella thypi
2.6 Faktor Environment
1)
Kurangnya
kebersihan lingkungan
2)
Tidak
adanya jamban di rumah sehingga BAB di sembarang tempat
3)
Personal
hygiene yang kurangbenar
2.7 Port Of Entry and Exit
Adapun
cara kuman salmonela thypi ini masuk ke dalam tubuh manusia :
1)
Mulut
2)
Fecal
3)
Alirandarah
Penularan
typhoid melalui yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers
(jaritangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), danmelaluiFeses.
2.8
Transmisi
Penularan
penyakit typhoid yang disebabkan salmonella thypi melalui
1)
Tanah
yang tercemar oleh kotoran manusia
2)
Makhluk
hidup (lalat)
3)
Aliran
darah
4)
Sanitasi
air
BAB
III EMBAHASAN
3.1
Pencegahan
Pencegahan
typhoid dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan, tidak BAB di
sembarang tempat, mencuci tangan sebelum makan atau melakukan kebersihan diri
secara baik dan benar, mengatur pola makan yaitu dengan cara makan tepat waktu
sehingga tidak menyebabkan peradangan pada usus halus yang berakibat pada
penyakit maag, membuang makanan yang sudah tidak dimakan.
3.2 Pemberantasan
1)
Penanggulangan
penyakit typhoid dapat dilakukan dengan cara :
2)
Pembuatan
WC disetiap rumah warga
3)
Membersihkan
lingkungan agar terhindar dari lalat
3.3 Penatalaksanaan
Menurut
Copstead, et al (2000: 170) “Pilihan pengobatan mengatasi kuman Salmonella
typhi yaitu ceftriaxone, ciprofloxacin, danofloxacin. Sedangkan alternatif
lainya itu trimetroprin, sulfametoksazol, ampicilin dan cloramphenicol”.
Pengobatan
demam typoid terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1.
Perawatan
Pasien
demam typoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah
perdarahan usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien.
2.Diet
Di
masa lampau, pasien demam typoid diberi bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring
tersebut dimaksudkan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus atau
perforasi usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu di istirahatkan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan
lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan selai kasar) dapat diberikan
dengan aman pada pasien demam typoid.
3.Obat
a.Kloramfenikol
Dosis
hari pertama 4 kali 250 mg, hari kedua 4 kali 500 mg, di berikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 kali
250 mg selama 5 hari kemudian.
b.Tiamfenikol
Dosis
dan efektifitas tiamfenikol pada demam typoid sama dengan kloramfenikol.
Komplikasi hematologis pada penggunaan tiamfenikol lebih jarang dari pada
kloramfenikol. Dengan tiamfenikol demam pada demam typoid turun setelah
rata-rata 5-6 hari.
c.Ampicillin
dan amoxilin
Efektifitas
keduanya lebih kecil dibandingkan dengan kloramfenikol. Indikasi mutlak
penggunaannya adalah klien demam typoid dengan leukopenia.Dosis 75-150 mg/kg
berat badan, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
d.Kontrimoksazol
(kombinasi trimetroprin dan sulfametaksazol)
Efektifitasnya
kurang lebih sama dengan kloramfenikol.
Dosis
untuk orang dewasa 2 kali 2 tablet sehari digunakan sampai 7 hari bebas demam
turun setelah 5-6 hari.
e.Sepalosporin
generasi ketiga. Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sepalosporin generasi
ketiga antara lain sefoperazon, cefriaxone, cefotaxim efektif untuk demam
typoid.
f.Fluorokinolon
Fluorokinolon
efektif untuk demam typoid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum
diketahui dengan pasti
Selain
dengan pemberian antibiotik, penderita demam typoid
jugaobat-obatsimtomatikantara lain
1.Antipiretika
Tidak
perlu diberikan secara rutin setiap klien demam typoid karena tidak berguna.
2.Kortikosteroid
Klien
yang toksit dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam
pengobatan selama 5 hari. Hasilnya biasanya sangat memuaskan, kesadaran klien
menjadi baik, suhu badan cepat turun sampai normal, tetapi kortikosteroid tidak
boleh diberikan tanpa indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal
dan relaps”. (Sjaifoellah)
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tifoid
Apdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dengan gejala demam yang
lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran
Tifoid
Apdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
cerna dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran.
4.2
Kritik dan saran
Sebagai
petugas kesehatan harus mampu mengenali tanda dan gejala penyakit typhoid yang
disebabkan oleh salmonella thypi sehinnga dapat mencegah dan memberikan pengobatan
pada penyakit typhoid dan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia sehat
tahun 2015 Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penysun dan pembaca. Kritik
dan saran kami tunggu untuk pembelajaran ke depan yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Mansjoer,
A, KapitaSelektaKedokteran, Edisi IV EGC, Jakarta, 2000.
2)
Nelson,
IlmuKesehatanAnak, Edisi XII EGC, Jakarta.StafPengajar IKA, Ilmu
3)
Kedokteran
Anak, BukuKuliah II FKUI, Jakarta, 1995
4)
Rahmad
Juwono, 1996, IlmuPenyakitDalam.Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar