PERINGATAN

Dilarang meng-copy materi dari blog ini, tanpa mencantumkan nama penulis dan alamat web (URL). Terima Kasih

Senin, 05 September 2011

HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

1 SEKS SELAMA HAMIL
  • Saat hamil sebagian besar calon ibu merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sehingga kebutuhan untuk behubungan intim jadi terabaikan. Akan tetapi, berbeda dengan wanita, sebagian besar pria justru merasa perut yang membulat lebih seksi dan meyenangkan untuk dipandang sehingga perubahan fisik pasangan tidak membuat mereka kehilangan hasrat. 
  • Banyak suami yang melakukan masturbasi ketika istrinya hamil untuk melepaskan gairahnya meskipun dengan seizin istrinya. Selain itu tidak sedikit juga istri yang melakukan hand job (seks dengan tangan), seks krukal (penis dijepit dipaha), atau seks oral kepada suami karena ingin tetap memuaskan orang yang dicintai tesebut. Hal yang perlu diperhatikan terkait dengan hubungan seks selama kehamilan antara lain:
  1. Banyak pasangan yang menikmati hubungan seksual terutama saat kehamilan, ketika tidak ada lagi kehawatiran tentang kontrasepsi.
  2. Satu-satunya pembatasan untuk hubungan seksual selama kehamilan adalah keinginan wanita dan tingkat kenyamanan yang dirasakan.
  3. Masih bisa menikmati keintiman satu sama lain meski merasa tidak ingin berhubungan seksual. Ciuman dan belaian dengan satu sama lain bisa jadi merupakan hal yang sangat menyenangkan, bahkan jika hal-hal ini tidak mengarah ke hubungan seksual.

2. EFEK KONDISI KEHAMILAN TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL
  • Tubuh wanita menghasilkan hormon-hormon yang terdapat hanya pada saat kehamilan, yang benar-benar mempengaruhi setiap sel dalam tubuhnya. Perubahan-perubahan ini mempersiapkan tubuh wanita menjadi sebuah lingkungan yang baik untuk janin yang akan terus berkembang. Terkadang hormon-hormon tersebut menghasilkan efek yang tidak menyenangkan bagi wanita, seperti morning sicness (mual di pagi hari). Meskipun terasa tidak mengenakkan tidak akan menyebabkan masalah apa pun baik bagi ibu maupun janin, dan akan hilang memasuki trimester kedua. 
  • Sebagian besar pasangan mengkhawatirkan bahwa berhubungan seksual selama kehamilan, terutama ketika respon mereka sangat menggebu-gebu, akan melukai bayi. Sesungguhnya, jika kehamilannya tidak bermasalah atau tidak mempunyai resiko tinggi tidak akan mengalami keguguran atau kelahiran premature, berhubungan seksual tidak akan menimbulkan efek apapun pada bayi. 
  • Berbagai perubahan pada segi fisik dan emosi dapat mempengaruhi hasrat melakukan hubungan seksual, baik secara positif dan negatif. Akan tetapi ada banyak cara untuk meminimalkan pengaruh negative tersebut. Salah satunya ialah dengan terus berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan pasangan. Efek kondisi kehamilan terhadap minat untuk berhubungan seksual pada tiap trimester:

1). Trimester Pertama

1. Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
  1. Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari.
  2. Produksi air ludah meningkat
  3. Tubuh mudah lelah dan mengantuk.
  4. Payudara membengkak, putting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba.
  5. Mulut terasa pahit.
  6. Sering buang air kecil.
  7. Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan.
  8. Menginginkan atau menolak makanan tertentu (mengidam)
  9. Sembelit
  10. Sakit kepala atau pusing.
  11. Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak bisa melihat, sensitife pada bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dll.
  12. Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang bête cenderung cengeng.
  13. Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut janin terluka, dan lain-lain.

2. Efek terhadap hubungan seksual
  • Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama tetaplah umum. Tidak mengherankan jika pada awal kehamilan terjadi penurunan minat terhadap seks. Akan tetapi pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama bahkan meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. 
  • Sebagian kecil wanita bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.

2)Timester kedua

1. Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
  1. Pergerakan janin yang mulai terasa.
  2. Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang.
  3. Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak bebau yang lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan hormone selama kehamilan.
  4. Nafsu makan mulai meningkat
  5. Payudara tidak lagi nyeri.
  6. Produksi hormone progesterone meningkat.
  7. Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormone kehamilan dan pertambahan berat badan. Areola dan putting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit semakin mengilap dan bercahaya.
  8. Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati masih mudah berubah.
  9. Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.

2. Efek terhadap hubungan seksual
  • Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena kehamilan. 
  • Hubungan seksual ditrimester kedua ini dapat terasa jauh lebih menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan oegan kelamin dan akan lebih mudah mengalami orgasme. Umumnya pada trimester ke dua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan tetapi banyaknya aliran darah ke vagina juga menyebabkan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit mempertahankan ereksi.

3). Trimester ketiga

1. Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
  1. Gerakan janin yang lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di malam hari.
  2. Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab.
  3. Semakin mudah lelah dan nafas pendek.
  4. Kram kaki, terutama di malam hari.
  5. Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol.
  6. Kemungkinan mengalami varises.
  7. Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
  8. Sering buang air kecil.
  9. Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
  10. Sulit tidur.

2. Efek terhadap hubungan seksual
  • Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun, bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang makin membuncit membatasi gerakandan posisi nyaman saat berhubungan intim. Pegal dipunggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan lambung). Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit. 
  • Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga kedekatan emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga terasa tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan, menjadi lebih kuat, atau ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses kelahiran akan mulai. Akan tetapi, jika tidak terjadi penurunan libido pada trimester ketiga ini, hal itu normal saja.

3. DAMPAK SEKS TERHADAP KEHAMILAN

1). Keguguran:
  • Banyak pasangan yang merasa khawatir bahwa seks selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Akan tetapi masalah sebenarnya bukanlah terletak pada aktifitas seksual. Keguguran biasanya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom, kelainan genetic lain pada embrio, atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Dalam banyak kasus hal itu dipicu oleh embrio atau janin yang telah mati. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kegagalan tubuh ibu untuk memproduksi suplai hormone yang cukup. 
  • Selain itu, faktor lingkungan, kurang nutrisi, infeksi, merokok, mengkonsumsi alcohol, dan sebagainya juga berpengaruh. Dengan kata lain, dalam sebuah kehamilan yang normal, keguguran tidak disebabkan oleh berhubungan intim, olahraga, bekerja, atau mengangkat beban.
2). Menyakiti janin:
  • Kontak seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin karena terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban merupakan peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam sehingga tidak menggangu janin.
3). Orgasme memicu kelahiran premature:
  • Orgasme dapat memicu kontraksi rahim. Namun, kontraksi ini berbeda dengan kontraksi yang dirasakan menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika kehamilan normal, orgasme yang terjadi dengan atau tanpa melakukan hubungan seksual tidak memicu kelahiran premature. 
  • Kelahiran premature disebabkan oleh perawatan masa kehamilan yang kurang baik, merokok, memiliki keluarga dengan riwayat melahirkan premature, mengalami infeksi pada vagina, cairan amniotonik, saluran kencing, atau infeksi lainnya. Mengalami hipertensi, kehamilan kembar, atau stres fisik yang ekstrem di tempat kerja (terutama berdiri dan berjalan lebih dari lima jam sehari selama masa trimester ketiga), atau kekerasan fisik dari pasangan. Kelahiran prematur juga umum terjadi pada wanita dengan tingkat ekonomi lemah, ibu tunggal, dan kehamilan yang terjadi diusia sangat muda.
4). Pertumbuhan janin terganggu:
  • Meskipun janin turut bergoyang dan berayun saat melakukan hubungan seksual, pertumbuhannya tidak akan terganggu. Reaksi janin (gerakan yang melambat saat berhubungan intim kemudian kembali aktif menendang dan jantung berdetak lebih cepat saat mengalami orgasme) bukan reaksi terhadap aktifitas seksual, melainkan reaksinya terhadap hormone yang meningkat dan aktifitas usus.
5). Penetrasi dapat menyebabkan infeksi:
  • Asalkan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual, penetrasi tidak akan menyebabkan infeksi, baik pada vagina atau janin. Kantong ketuban melindugi janin dari segala macam organism penyebab infeksi. Akan tetapi, sebagian besar dokter menyarankan menggunakan kondom pada empat minggu terakhir Karena di masa itu bisa saja kantong ketuban tiba-tiba pecah.
6). Khawatir berlebihan:
  • Jika anda memiliki sindom pramenstruasi, besar kemungkinan akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tetapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada dampaknya.
4. POSISI SEKS SAAT KEHAMILAN
  1. Perempuan di atas, pria di bawah.
  2. Posisi sendok.
  3. Posisi sendok berhadapan.
  4. Posisi duduk.
  5. Doggi style.
  6. Posisi pinggir ranjang.
  7. Posisi misionaris.

5. RESIKO YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL:

1). Placenta previa:
  • Placenta yang normalnya terletak di atas rahim (sebagian atau seluruhnya) berada dibagian bawah rahim, menutupi mulut/jalan keluar janin, atau menyentuh bagian pinggir leher rahim pada pembukaan rahim. Semakin dekat posisi plasenta dengan leher rahim, semakin besar kemungkinan terjadi perdarahan. Perdarahan ini juga dapat dipicu oleh batuk, mengejan, atau hubungan seksual. Oleh karena itu, wanita hamil yang mengalami plasenta previa disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual karena ppenetrasi yang menekan mulut rahim dikhawatirkan akan memicu perdarahan. Kelainan letak plasenta ini diketahui sejak awal kehamilan dan bisa berubah pada usia kehamilan lebih lanjut. Wanita yang mengalami plasenta previa, ketika melahirkan kemungkinan besar akan menjalini operasi secar.
2). Resiko kehamilan prematur:
  • Ibu hamil juga bisa mengalami kelahiran premature jika mulai mengalami kontraksi regular sebelum kehamilan berusia 37 minggu yang menyebabkan mulut rahim mulai terbuka. Oleh karena itu pada kondisi kehamilan disarankan tidak melakukan hubungan seksual karena orgasme yang terjadi dikhawatirkan akan memicu munculnya kontraksi. Selain itu paparan terhadap hormone prostaglandin di dalam semen (cairan sperma) juga dapat memicu kontraksi, walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal harus tetap diwaspadai jika memiliki resiko melahirkan (janin) premature. Jika tetap memilih berhubungan seks, sperma sebaiknya dikeluarkan diluar.
3). Perdarahan (flek/vaginal bleeding):
  • Perdarahan dapat dikaitkan dengan tanda-tanda keguguran, maka sebaiknya hubungan seksual dihindari. Kecuali jika dokter menyatakan bahwa flek yang dialami merupakan gejala normal yang kadang terjadi, tergantung usia kehamilan, kondisi janin, volume dan rupa flek, serta kondisi ibu yang kemungkinan hubungan seksual bisa dilakukan.
4). Mulut rahim (cervix) lemah:
  • Kadang kala terjadi kelonggaran atau kelemahan pada mulut rahim yang bisa disebut cervical incompetence. Keadaan ini bisa terjadi terutama pada wanita yang pernah mengalami keguguran atau menggugurkan anak dengan sengaja. Jika keadaan ini terjadi, pangkal rahim akan dijahit ketika usia kehamilan telah mencapai empat bulan. Jika mulut rahim mulai terbuka secara prematur, seks dapat meningkatkan resiko infeksi. Oleh karena itu jika terdiaknosis mulut rahim mengalami kelonggaran hubungan seks sebaiknya dihindari.
5). Janin kembar (setelah kehamilan 28 minggu):
  • Jika terjadi kehamilan kembar. Sebaiknya menghindari berhubungan seksual saat kehamilan memasuki trimester tiga, walaupun hingga saat ini belum ditemukan adanya hubungan antara seks dengan kelahiran kembar prematur.
6). Herpes kelamin atau penyakit infeksi akibat hubungan seksual lain:
  • Jika menderita penyakit herpes kelamin atau penyakit infeksi akibat hubungan seksual lain dan belum sembuh sempurna, sebaiknya hubungan intim dihindari karena dikhawatirkan dapat menginfeksi janin.

6. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN
  1. Jika memilih seks oral, pastikan pasangan tidak meniupkan udara ke dalam vagina. Walaupun jarang, tetapi masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli) dapat berakibat vatal bagi ibu dan janin. Jadi sebisa mungkin dihindari.
  2. Lebih baik hindari berbaring terlentang selama berhubungan seksual. Jika rahim (dan janin) menekan pembuluh darah utama dibagian belakang perut, anda dapat merasa pusing (lightheaded) atau mual. Akan tetapi jika tidak bermasalah dengan posisi ini, lakukan saja.
  3. Jika memang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya. Cemas, tidak nyaman, tidak tertarik sama sekali, atau tidak memungkinkan (harus menghindari), adalah beberapa alasan yang umum.
  4. Perasaan cinta tidak harus diwujudkan dengan hubungan seksual. Pelukan yang hangat, ciuman mesra, atau pijatan yang nikmat juga merupakan bentuk perhatian seksual (Suryoprajogo, Nadine, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Cangio. 2010. Pengertian Suami. http://blog-indonesia.com/blog-archive-12132-382.html. Diakses 5Maret 2011
  2. Hidayah, A. Azis alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
  3. Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika
  4. Hurlock. 1998. Pekerjaan Pendidikan Dan Umur Yang mempengaruhi Persepsi. http://www.google.co.id/search?q=teori+tentang+umur,pendidikan+dan+pekerjaan+yang+mempengaruhi+persepsi&hl=id&client=firefox-a&rls=org. Diakses 1Mei 2011
  5. Latifah, Mutia. 2007. Teori Persepsi. http://html-pdf-converter.com/pdf/teori-persepsi-sosial.htm. Diakses 1 Maret 2011
  6. LindaV, Walsh. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
  7. Manuaba, Ida, Ayu, Cahandranita dkk. 2009. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC
  8. Monks. 2005. Perkembangan Psikologi.Bandung: Mandar Maju
  9. Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitin Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
  10. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  11. Pariani, Nursalam, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
  12. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  13. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  14. Prianggoro, Hasto. 2006. Persepsi Hubungan Seksual Saat Kehamilan. http://teori-psikologi.blogspot.com/2008/05/pengertian-persepsi.htm. Diakses 2 Maret 2011
  15. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
  16. Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  17. Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
  18. SDKI. 1997. Pekerjaan Pendidikan Dan Umur Yang mempengaruhi Persepsi. http://www.google.co.id/search?q=teori+tentang+umur,pendidikan+dan+pekerjaan+yang+mempengaruhi+persepsi&hl=id&client=firefox-a&rls=org. Diakses 1Mei 2011
  19. Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
  20. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: CV ALFABETA
  21. Suryaprajogo, Nadine. 2008. Kama Sutra for Pregnancy. Yogyakarta: Golden Books


Tidak ada komentar:

Posting Komentar