KONTRASEPSI
IMPLANT SELAYANG PANDANG
1.
Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi
adalah Upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara,dapat pula bersifat permanen (Proverawati, 2010).
Kontrasepsi
adalah upaya untukmencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara dan
permanen. dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau
obat-obatan. (Prawirohardjo, 2005).
Kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. (Suratun dkk, 2008).
2.
Tujuan kontrasepsi
1)
Menunda
kehamilan.
2)
Menjarangkan
kehamilan.
3)
Menghentikan/mengakhiri
kehamilan.
4)
Mengembalikan
kesuburan.
3.
Memilih etode kontrasepsi
Syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah
a.Aman/tidak
berbahaya.
b.Dapat
diandalkan.
c.Sederhana,sedapat-dapatnyatidak
seorang dokter.
d.Murah.
e.Dapat
diterima oleh orang banyak.
f.Pemakaian
jangka lama (continuation rate tinggi).
g.Macam-Macam
Metode Kontrasepsi
h.Metode
Sederhana
1)
Kontrasepsi
alamiah : Metode Kalender (Ogino dan Knaus), Metode Suhu Badan Basal (Termal,
Metode Lendir Serviks (Billings), Metode Simto-Termal
2)
Mekanis
(Barier) : Kondom pria, barier intra-vaginal, kimiawi (Spermisid)
i.Metode
modern
1.Kontrasepsi
hormonal
1)
Per-oral:
pil oral kombinasi (POK), Mini, pil, morning after pil
2)
Injeksi
suntikan (DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules)
3)
Sub-kutis:
implant (alat kontrasepsi bawah kulit= AKBK)
2.Intra
Uterine Device (IUD, AKDR)
3.Kontrasepsi
mantap
1)
Pada
wanita: Penyinaran (Radiasi Sinar-X), MOW,
penyumbatan tuba secara mekanis dan kimia.
2)
Pada
pria: MOP, penyumbatan vas deferens
secara mekanis dan kimia.
KONTRASEPSI
IMPLAN
1.
Pengertian
Implan
adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja
panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita (Speroff leon, 2005).
2.
Jenis-jenis implan
1)
Norplant,
terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,diameter
2,4 mm, yang diisi dengan Levonogrgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2)
Implanon,
terdiri dari 1batang putih lenturdengan panjang kira-kira 40 cm,diameter 2 mm,
yang di isi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3)
Jedena
dan indoplant, terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel
dengan lama kerja 3 tahun.
3.
Cara Kerja Implan
1)
Lendir
servik menjadi kental.
2)
Mengganggu
proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
3)
Mengurangi
transportasi sperma.
4)
Menekan
ovulasi.
5)
Efektivitas,
Sangat evektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan)
4.
Keuntungan
1)
Daya
guna tinggi.
2)
Perlindungan
jangka panjang(sampai 5 tahun).
3)
Pengembalian
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4)
Tidak
memerlukan pemeriksaan dalam.
5)
Bebas
dari pengaruh estrogen.
6)
Tidak
mengganggu kegiatan senggama.
7)
Klien
hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
8)
Dapat
dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
5.
Keterbatasan
1)
Dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),
meningkatnya jumlah darah haid (hipermenorea) dan amenorea.
2)
Keluhan
nyeri kepala.
3)
Peningkatan
atau penurunan berat badan.
4)
Nyeri
payudara.
5)
Perasaan
mual.
6)
Pusing
atau sakit kepala.
7)
Perubahan
perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
8)
Membutuhkan
tindak pembedahan minor untuk insersi atau pencabutan.
6.
Yang Boleh menggunakan Implan
1)
Usia
reproduksi.
2)
Telah
memiliki anak ataupun yang belum.
3)
Menghendaki
kontrasepsi yang memiliki efektivitas tinggi dan menghendaki pencegahan
kehamilan jangka panjang.
4)
Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi.
5)
Pasca
persalinan dan tidak menyusui.
6)
Pasca
keguguran.
7)
Tidak
menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8)
Riwayat
kehamilan ektopik.
9)
Tekanan
darah <180 anemia="" atau="" bulan="" cell="" darah="" dengan="" masalah="" mmhg="" pembukaan="" sabit="" sickle="" span="">180>
10)
Tidak
boleh menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.
11)
Sering
lupa menggunakan pil.
7.
Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan
1)
Hamil
atau diduga hamil.
2)
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3)
Benjolan
atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4)
Tidak
dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5)
Mioma
uterus dan kanker payudara.
6)
Gangguan
toleransi glukosa.
8.
Waktu Mulai Menggunakan Implan
1)
Setiap
saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak di perlukan metode
kontrsepsi tambahan.
2)
Insersi
dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila
diinsersi setelah hari ke-7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan
seksual, atau menggunakan metode kontrsepsi lain untuk 7 hari saja.
3)
Bila
menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalian, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Bila menyusui
penuh, klien ttidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
4)
Bila
setiap 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat
dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunkan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
5)
Bila
klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan,
insersi dapat dilakukan setiap saat, asal diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien menggunakan
kontrasepsi terdahulu dengan benar.
6)
Bila
kontrasepsi terdahulu adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat diberikan pada
saat jadwal kontrasepsi suntikan, implan dapat di berikan pada saat jadwal
kontrasepsi suntik tersebut, tidak diperlukan kontrasepsi lain.
7)
Bila
kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin
mengganti dengan implan, dapat diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien
jangan melakukan hubungan seks selama 24 jam atau gunakan metode kontrasepsi
lain setelah insersi. Implan segera di cabut.
8)
Pasca
keguguran implan dapat segera diinsersikan.
9.
Faktor-Faktor Rendahnya Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant
Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi seseorang ibu untuk tidak memilih alat kontrasepsi
implant adalah adanya rasa takut karena adanya benda asing yang masuk kedalam
lengan ibu, efek samping dan merasa tidak subur, faktor ekonomi, faktor berikutnya yang cukup
menonjol adalah telah mengalami menopause, pelayanan jarak jauh tidak tersedia provider
dan faktor larangan suami dan budaya
dalam ber KB (Glasier, 2006).
Selain
itu ada sejumlah faktor dapat mempengaruhi keputusan dalam program keuarga
berencana, antara lain:
1.
Faktor sosial budaya.
Kebudayaan,
masyarakat yang masih memegang teguh budaya setempat tidak akan mau menerima
begitu saja segala sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya yang selama ini
diyakini, jadi kadang seseorang berfikir dua kali saat akan mengambil suatu
tindakan.
Lingkungan,
lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima
hal-hal baru akan dapat membuat seseorang mengambil sikap positif yang tepat
sesuai yang diinginkan.
Dukungan
dan peran serta keluarga dalam keikut sertaan akseptor kontrasepsi implant
dapat meningkatkan kesiapan akseptor peran serta suami daapat ditunjukan dengan
berbagai cara antara lain: dengan memberikan ketenangan kepada istri, dan
bekerjasama dalam pemasangan.(Varney, 2007).
2.
Faktor penghasilan suami.
Tingkat
ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena
untuk mendapatkan pelayanan kontrsepsi yang diprlukan akseptor harus
menyediakan dana yang diperlukan. Kontraspsi implant lebih mahal dari KB suntik
atau pil atau kontrasepsi lain, tetapi kadang orang melihatnya dari beberapa biaya
yang harus di keluarkan. Kalau patokannya adalah biaya, mungkin implant tampak
jauh lebih mahal dari KB suntik ataupun pil.
Maka
dari itu jika penghasilan suami tinggi maka suami akan mendukung pemakaian
impalnt pada istri, dan apabila penghasilan suami rendah, maka suami akan
memilih kontrasepsi yang murah dan digratiskan oleh pemerintah contohnya pil.
(Varney, 2007)
Tingkat
ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkankarena
untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus
menyedikan dana yang diperlukan. Adapun tingkat menurut upah minimal regional
penghasilan rendah ≤Rp1200.000,-/ bulan, tinggi ≥Rp.12000.000,-/ bulan. (UMR,
2013).
3.
Faktor Pengetahuan.
Merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, penginderaaan
terhadap obyek terjadi melalui pasca indra manusia yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Wawan, 2010).
4.
Faktor Pendidikan.
Pendidikan
adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya didalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana
orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh, mengalami
perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (varney,
2007).
Adapun
jenjang pendidikan akseptor yang diteliti menurut Depdiknas, 2012 :
1)
Pendidikan
Dasar (SD)
2)
Pendidikan
Menengah (SMP-SMA)
3)
Pendidikan
Tinggi (Diploma - Sarjana)
Makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai bagi yang dikenakan.
Orang yang mempunyai pendidikan tinggi juga akan memberikan tanggapan yang
lebih rasional dibandingkan dengan orang yang sarjana)
5.
Faktor fisik.
Kondisi-kondisi yang membuat wanita tidak bisa
hamil karena alasan kesehatan; usia dan waktu “jam biologis” yang akan habis;
gaya hidup tidak sehat(mis., alkoholisme, penyalahgunaan obat, merokok,
bulimia, anoreksia, obesitas); penggunaan obat teratogenik (Varney, 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anggraini,
Yetti dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana.Rehima.Press, Yogyakarta
2.
Arikunto,
S. 2010. Prosedur Penelitian.Rieneka Cipta. Jakarta
3.
Budiarto,
Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC
4.
Dinkes
Jatim, 2011. Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2011-
http://www.depkes.go.id/profil_Kesehatan_Prov_Kab/Profil_Kesehatan_jawa_timur_2011.pdf
di akses tanggal 12-1-2013 , jam 09.07, hari Sabtu
5.
Dinkes
Kabupaten Jombang. 2009. Profil Kesehatan Kabupaten Jombang-http://www.depkes
.go.id/download/profil /Kabupaten_Jombang_2009.pdf di akses tanggal tanggal 6-1-2013, hari
Minggu
6.
Dinkes
Kabupaten Jombang, 2010. Profil Kabupaten Jombang Tahun
2010-http://www.depkes.go.id /download/profil /Kabupaten_Jombang_2010.pdf
diakses tanggal 6-1-2013 hari Minggu
7.
Dinkes
Kabupaten Jombang, 2011. Profil Kabupaten Jombang Tahun
2011-http://www.depkes.go.id/download/profil/Kabupaten_Jombang_2011.pdf diakses
tanggal 6-1-2013, hari Minggu
8.
Everet,
Suzanne. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. EGC. Jakarta.
9.
Glasier,
Anna. 2000. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
10. Hartanto, Hanafi.
2004. Keluarga berencana dan Kontrasepsi Sinar Harapan, Anggota Ikapi Jakarta
11. Hidayat, Alimul Aziz.
2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Rieneka Cipta.
Jakarta
12. Kemenkes RI. 2012.
Profil Data Kesehatan
Indonesia-http://www.depkes.go.id/download/Profil_data_kesehatan_indonesia
_tahun_2011.pdf di akses tanggal 14-1-2013,hari Senin,jam 14.25.
13. Kullusaba. Darkan.
2012. pengertian-ekonomi. Http: //thedarkancokullusaba.blogspot.com, di akses
tanggal 7-2-2012,hari Kamis, jam 10.15
14. Pemprovjatim.
Provinsi Jatim, 2013. Upah Minimum Regional (UMR) 2013 – http: //www. PEMPROVJATIM
go. id/ profil/ Provinsi_ Jatim_2013, di akses tanggal 10-2-2013, jam 07.39,
hari minggu
15. Wikipedia. 2013.
Http: //www. id / Kesehatan/ Jiwa/ Fisik, di akses tanggal 7-2-2013, jam 10.15,
hari Kamis
16. Nurlaila, Anda. 2012.
Di Jawa Timur KB Suntik Paling Favorit-http://ads.viva.co.id/ads/ di akses
12-1-2013,hari Sabtu, Jam 09.07
17. Notoatmodjo. 2003.
Pendidikan Secara Umum. Http: //www. Cara-terbaru. Com/2012/11/.html, di akses
tanggal 7-2-2013, jam 10.00, hari Kamis
18. Notoatmodjo. 2010.
Ilmu Perilaku Kesehatan Manusia. Rieneka Cipta. Jakarta
19. Notoatmodjo. 2010.
Metodologi Penelitian Kesehatan.Rieneka Cipta. Jakarta
20. Prawirohardjo,
Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
21. Proverawati. Atikah.
2010. Panduan Memilih Kontrasepsi.Nuha Medika, Yogyakarta
22. Saryono, 2010.
Metodologi Penelitian Kebidanan D3, D4, S1, S2. Nuha Medika. Yogyakarta
23. Varney, Hellen. 2007.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta
24. Widyatun, Tri
Rusmini. 1999. Ilmu Perilaku. Fajar Interpratama. Jakarta
25. Wawan, A.2010. Teori
dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Yogyakarta
Dokter, pengguna kontrasepsi implan kadangkala mengalami ketidak teraturan haid atau bahkan tidak terjadi sama sekali.. apakah ini akan berpengaruh pada kondisi metabolisme pengguna... Dan adakah batasan berapa maksimal pemakaian kontrasepsi ini? Trima kasih, mantap tulisannya..
BalasHapus