SEKILAS
TENTANG ANEMIA
1.
Pengertian
Anemia
Sejumlah
jenis zat gizi memegang peranan dalam pembentukan darah merah (hemopoiesis).
Yang biasa dimaksud dengan pembentukan darah ialah pembentukan arythrocyt
dengan hemoglobin di dalamnya.
Zat
gizi yang berperan dalam hemopoiesis ialah protein, berbagai vitamin dan
mineral. Diantara vitamin ialah asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan vitamin
E, sedangkan di antara mineral ialah F, Cu, dan mungkin pula Co. yang paling
menonjol menimbulkan hambatan hempoiesis ada dua kelompok (Sediaoetama, 2010).
2.
Etiologi
Anemia
dalam kehamilan sama seperti yang terjadi pada wanita tidak hamil. Semua anemia
yang terdapat pada wanita usia reproduktif dapat menjadi ormon (penyulit dalam
kehamilan). Penyebabnya (Proverawati, 2010) antara lain:
1)
Makanan
yang kurang bergizi
2)
Gangguan
pencernaan dan malabsorpsi
3)
Kurangnya
zat besi dalam makanan (kurang zat besi dalam diet)
4)
Kebutuhan
zat besi yang meningkat
5)
Kehilangan
darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
6)
Penyakit-penyakit
kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
3.
Tanda
dan Gejala
Tanda
dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah sebagai berikut (Proverawati, 2010):
keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masaih dalam batas normal
(perlu dicurigai anemia defisiensi), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun
(anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah), dan keluhan
mual muntah lebih berat pada hamil muda.
Walaupun
tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala (Varney, 2007) yaitu:
1)
Letih,
sering mengantuk, malaise.
2)
Pusing,
lemah.
3)
Nyeri
kepala
4)
Luka
pada lidah.
5)
Kulit
pucat.
6)
Membran
mukosa pucat (misal konjungtiva).
7)
Bantalan
kuku pucat.
8)
Tidak
ada nafsu makan, mual dan muntah
Riwayat
yang berhubungan dengan potensi kelainan hematologi (Varney, 2007) sebagai
berikut:
1)
Riwayat
anemia karena kekurangan zat besi.
2)
Penyakit
sel sabit.
3)
Menderita
talasemia atau riwayat talasemia dalam keluarga.
4)
ITP
(Idiopathic thrombocytopenic purpura).
5)
Gangguan
perdarahan
6)
Riwayat
pengobatan
7)
Kehamilan
sebelumnya disertai peningkatan perdarahan (akibat episiotomi, insisi sesaria,
atau untuk terapi darah sebelum, atau memar pada lokasi pemasangan infus).
8)
Jika
anak sebelumnya mengalami perdarahan, misal setelah sirkumsisi.
9)
Infeksi
HIV (terkait erat dengan anemia dan sindrom seperti ITP).
10)
Riwayat
diet: 1).Sumber makanan kaya zat besi; 2).Pica, misal mengidam berlebihan dan
ingin memakan bahan makanan atau sesuatu seperti tanah liat atau kotoran, zat
pati, es.
4.
Klasifikasi
Anemia
Secara
umum anemia dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian sebagai
berikut:
a.Anemia
defisiensi Besi
Anemia
defisiensi besai adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah (Proverawati, 2010). Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan
darah tepi, sediaan apus eritrosit, pengukuran konsentrasi besi serum, dan
feritin serum. Gambaran morfologi eritrosit mikrositik hipokrom lebih jarang
terjadi ditemukan pada wanita hamil daripada wanita biasa dengan HB sama.
Diagnosis pada wanita dengan anemia sedang biasanya berdasarkan penghapusan
penyebab anemia yang lain. Jika wanita tersebut diberikan terapi besi adekuat,
terdapat peningkatan hitung rerikulosit (Mansjoer, 2007).
Penatalaksanaan
berupa pemberian Fe, sulfat, fumarat, atau glukonat secara oral dengan dosis 1
x 200 mg. Tidak perlu diberikan asam askorbat atau sari buah. Jika tidak dapat
secara oral, berikan secara paranteral. Untuk memenuhi cadangan besi, berikan
terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki (Mansjoer, 2007).
b.Anemia
akibat perdarahan
Anemia
Megaloblastik disebabkan defisiensi asam folat (pterylglutamic acid), walaupun
jarang (Proverawati, 2010). Anemia akibat perdarahan biasanya lebih jelas
ditemukan pada masa nifas, dapat disebabkan plasenta previa atau solution
plansenta, atau anemia sebelum melahirkan. Pada awal kehamilan, sering
disebabkan aborsi, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Perdarahan massif
harus segera ditangani untu mengembalikan dan mempertahankan perfusi organ
vital. Setelah hipovolemia teratasi yang Hb-nya > 7 g/dl, tidak demam, dan
stabil tanpa risiko perdarahan berikutnya. Tetapi Fe selama 3 bulan lebih baik
daripada tranfusi darah (Mansjoer, 2007).
c.Anemia
Megaloblastik
Anemia
Megaloblastik biasanya disebabkan defisiensi asam folat sering ditemukan pada
wanita yang jarang mengkonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein
hewani tinggi. Gejalanya meliputi mual, muntah, dan anoreksia yang bertambah
berat. Penatalaksanaannya berupa pemberian asam folat 1 mg/hari secara oral,
diet yang bergizi dan besi. Biasanya 4-7 hari setelah terapi dimulai, hitung
retilosit mulai meningkat dan leucopenia serta trombositopenia yang terjadi
terkoreksi. Pencegahannya melalui pemberian asam folat 4 mg/hari sebelum dan
selama kehamilan (Mansjoer, 2007).
5.
Anemia
Dalam Kehamilan
Anemia
dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11
gg/dl selama kehamilan pada trimester 1 dan ke-3, dan kurang dari 10 g/dl
selama masa postpartum dan trimester 2 (Proverawati, 2010).
Wanita
hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia bila kadar
hemoglobinnya dibawah 10 gl/dl. Perubahan fisiologis yang terjadi pada
kehamilan sering menyulitkan diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-penyakit
kelainan darah. Penurunan kadar HB pada wanita sehat yang hamil disebabkan
ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan volume sel darah
merah dan hemoglobin. Hal ini terutama terjadai pada trimester kedua (Mansjoer,
2007).
Anemia
dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada
trimester 1 dan 3, atau kadar < 10.5gr% pada trimester 2. Nilai batas
tersebut dan perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifudin, 2007).
6.
Diagnosis
Anemia Kehamilan
Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkuang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode Sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III (Proverawati, 2010).
Pemeriksaan
dan pengawasan Hb dengan Sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
1)
Hb
11 gr% : tidak anemia
2)
Hb
9-10 gr% : anemia ringan
3)
Hb
7-8 gr% : anemia sedang
4)
Hb
< 7 gr% : anemia berat
7.
Penatalaksanaan
anemia pada ibu hamil
Untuk
menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum
hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu
tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium,
termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit.
Pengobatan
dilakukan sesuai dengan jenis anemianya. Kebanyakan ibu hamil menderita anemia
defisiensi besi. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian tablet besi yang bisa
dilakukan dengan berbagai cara (Proverawati, 2010).
1).Terapi
oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1 gr%/bulan. Pemberian terapi zat besi oral tidak boleh dihentikan
setelah hemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3
bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Sebelum dilakukan pengobatan harus
dikalkulasi terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya
hemoglobin sebelumnya 6 gr/dl, maka kekurangan hemoglobin sebesar 12-6= 6 gr
/dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah 6 x 200 mg. kebutuhan besi untuk
mencapai cadangan adalah 500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200
+ 500 = 1700 mg.
Fero
sulfat: 3 tablet / hari, a 300 mg
mengandung 60 mg Fe
Fero
glukonat: 5 tablet / hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe
Fero
fumarat : 3 tablet / hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe
Efek
samping: konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.
Respon:
hasil yang dicapai adalah HB meningkat 0,3-1 gr per minggu, biasanya dalam 4-6
minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang diharapkan, peningkatan
biasanya dimulai pada minggu ke 2. Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah
pemberian terapi besi bisa memberikan bukti awal untuk peningkatan produksi sel
darah merah. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia.
2).Terapi
parenteral baru diperlukan apabila penderita tahan akan zat besi per oral, dan
adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya
tua
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Baliwati,
A. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Liberty:Jogjakarta.
2.
http://bankdata.depkes.go.id._profil_kesehatan_indonesia,
2009 (Diakses pada 15 Mei 2012)
3.
Imelda.
2009. Perawatan Kehamilan dan Bayi. Pustaka Pelajar : Jakarta
4.
Mansjoer,
A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. EGC : Jakarta.
5.
Muliarini,
P. 2010. Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. EGC : Jakarta.
6.
Nursalam,
2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
7.
Nursalam,
2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
8.
Prawirohardjo,
S. 2009. Ilmu Kebidanan. FKUI : Jakarta
9.
Profil
Dinas Kesehatan Jombang, 2011
10. Proverawati, A. 2010.
Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Medical Book : Jogjakarta:
11. Puskesmas Mojoagung.
2011
12. Ridwan. 2009.
Http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/studi_kasus_
kontrol_faktor_biomedis_html (diaskes tanggal 20 Juni 2012)
13. Rustam, M. 2005. .Sinopsis
Obstetri. EGC : Jakarta.
14. Saifudin, B. 2007.
Ilmu Kebidanan. YBPP : Jakarta.
15. Sediaoetamo, A. 2010.
Pengantar Ilmu Gizi. Dian Rakyat:Bandung
16. Syafiq, M. 2010. Gizi
untuk Kesehatan Masyarakat. FKUI : Jakarta.
17. Sulistyoningsih, H.
2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu : Jogjakarta.
18. Tarwoto. 2007. Buku
Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Transinfo Medika : Jakarta.
19. Varney, H. 2007.
Asuhan Kebidanan. EGC : Jakarta.
20. Ummi, H. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Fisiologis. Salemba Medika : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar