SEKILAS
TENTANG KEPRIBADIAN
1.
Pengertian
Kepribadian
(personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan
pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para
ahli. Adapun kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality.
Kata personality sendiri berasal dari bahasa Latin persona yang berarti topeng
yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Di sini
para aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli, dan menampilkan dirinya
sesuai dengan topeng yang digunakan (Syamsu & Juntika, 2011).
Dalam
kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan identitas
diri, jati diri seseorang, seperti “Saya seorang yang terbuka” atau “Saya
seorang yang pendiam”, kesan umum sesorang tentang diri anda atau orang lain,
seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur” dan fungsi-fungsi kepribadian yang sehat
atau bermasalah, seprti “Dia baik” atau “Dia pendendam” (Syamsu & Juntika,
2011).
2.
Macam-Macam
Teori Kepribadian
a.Teori
kepribadian menurut Sigmund Freud
Frued
membagi struktur ke dalam tiga komponen yaitu, id, ego, dan, superego. Perilaku
seseorang merupakan hasil interaksi antara komponen tersebut. Id merupakan
komponen kepribadian yang primitf, instinktif (yang berusaha untuk memenuhi
kepuasan instink) dan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berorientasi
pada prinsip kesenangan (pleasure principle) atau prinsip reduksi ketegangan.
Prinsip kesenangan merujuk kepada
pencapaian kepuasan yang segera dari
dorongan-dorongan biologis tersebut.
Ego
merupakan eksekutif atau manejer dari kepribadian yang membuat keputusan
(decision maker) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana
caranya atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi
pada prinsip realitas (reality principle). Super ego merupakan komponen moral
kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan
buruk, benar dan salah. Super ego berfungsi untuk (1) merintangi
dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam
perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, dan (3)
mengejar kesempurnaan (perfection)
Tabel
2.1
Karakteristik
Sistem Kepribadian Menurt Frued
ID
|
EGO
|
SUPER
EGO
|
Sistem
asli (the true psychic reality)
bersifat subjektif (tidak mengenal dunia obyektif), yang terdiri dari
instink-instink, dan gudangnya (reservoir)
energi psikis yang digunakan oleh ketiga sistem kepribadian
|
Berkembang
untuk memenuhi kebutuhan id yang terkait dengan dunia nyata. Memperoleh
energi dari id. Mengetahui dunia subjektif dan objektif (dunia nyata)
|
Komponen
moral kepribadian, terdiri dari dua subsistem : kata hati (yang menghukum
tingkah laku yang salah dan ego ideal (yang mengganjar tingkah laku yang
baik)
|
Sumber
: Syamsu Yusuf Teori Kepribadian 2011
b.Teori
kepribadian menurut Carl Gustaf Jung
Menurut
Jung, kepribadian itu adalah seluruh pemikiran perasaan, dan perilaku nyata
baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Adapun struktur kepribadian
manusia terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kesadaran dan dimensi
ketidaksadaran. Kedua dimensi ini saling mengisi dan mempunyai fungsi
masing-masing dalam penyesuaian diri. Dimensi kesadaran berupaya menyesuaikan
terhadap dunia luar individu. Adapun dimensi ketidaksadaran berupaya
menyesuaikan terhadap dunia dalam individu.
1.Dimensi
Kesadaran Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011)
Dimensi
kesadaran dalam kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri
dari persepsi, ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Komponen kedua dari
dimensi kesadaran manusia adalah sikap jiwa. Sikap jiwa adalah arah dari psikis
atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya.
Setiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya. Namun demikian,
dalam caranya mengadakan orientasi itu setiap orang berbeda-beda. Apabila
orientasi terhadap sesuatu itu tidak dikuasai oleh pendapat subjektifnya, maka
individu yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi ekstravers. Apabila
orientasi ekstravers ini menjadi kebiasaan, maka individu yang bersangkutan
mempunyai tipe kepribadian ekstravers. Jadi berdasarkan atas sikap jiwanya,
manusia dapat digolongkan menjadi dua tipe yaitu manusia yang bertipe
ekstravers dan introvers.
Orang
yang ekstrovers terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia diluar
dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, dan
tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannnya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan non sosial. Orang bertipe ekstravers bersikap positif
terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, berperilaku tanpa
berpikir terlebih dahulu, biasanya suka menurutkan kata hatinya, selalu siap
menjawab, tidak banyak pertimbangan (easy going), dan optimis dan hubungan
dengan orang lain efektif. Adapun bahaya dari orang bertipe ekstravers ini
ialah apabila keterkaiatan kepada dunia luar itu terlampau kuat, sehingga ia
tenggelam didalam dunia objektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia
subjektifnya sendiri.
Orang
yang bertipe introvers terutama dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia
di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju kedalam pikirannya.
Pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif.
Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul,
sukar berhubungan dengan orang lain, tidak sabar, Kompetitif, ambisius, ingin
serba sempurna, mudah gelisah, tidak dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan,
mudah tersinggung, otot-otot mudah tegang dan kurang dapat menarik hati orang
lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe kepribadian
introvers ini ialah kalau jarak dengan dunia objektifnya terlalu jauh, maka orang
tersebut lepas dari dunia objektifnya. Jung berpendapat bahwa antara sikap jiwa
ekstrovers dan introvers itu terdapat hubungan yang kompensatoris.
Tabel:
Tipologi Kepribadian Menurut Jung
Sikap
Jiwa
|
Fungsi
Jiwa
|
Tipe
Kepribadian
|
Ketidaksadarannya
|
Ekstrovers
|
Pikiran
Perasaan
Pendirian
Intuisi
|
Pemikir-ekstravers
Perasa-ekstravers
Pendirian-ekstravers
Intuitif-ekstravers
|
Perasa
introvers
Pemikir
introvers
Intuitif
introvers
Pendirian
introvers
|
Introvers
|
Pikiran
Perasaan
Pendirian
Intuisi
|
Pemikir-introvers
Perasa-introvers
Pendirian-introvers
Intuitif-introvers
|
Perasa
ekstravers
Pemikir
ekstravers
Intuitf
ekstravers
Pendirian
ekstravers
|
Sumber
: Syamsu Yusuf Teori Kepribadian 2011
2.Dimensi
Ketidaksadaran Kepribadian
Dimensi
ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu: (1)
ketidaksadaran pribadi; (2) ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi
berisi hal yang diperoleh individu selama hidupnya namun tertekan dan
terlupakan. Ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh seluruh jenis
manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi yang terdahulu.
c.Teori
kepribadian menurut Erik Erikson
Erikson
adalah seorang Freudian dan penulis utama psikologi ego. Artinya Erikson pada
dasarnya menerima gagasan Freud termasuk gagasan yang belum pasti seperti
oedipal complex, dan juga menerima gagasan tentang ego yang didukung oleh para
pendukung setia Freudian seperti Heinz Hartmann dan tentu saja Anna Freud.
Erikson memandang identitas ego sebagai polaritas dari apa seseorang itu menurut
perasaan dirinya sendiri.
Erikson
memandang ego sebagai kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri secara
kreatif dan otonom. Teori ego dari Erikson yang dapat dipandang sebagai
pengembangan seksual-infatil dari Freud, mendapat pengakuan yang luas sebagai
teori yang khas, berkat pandangannya bahwa pengembangan kepribadian mengikuti
prinsip epigenetic. Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak
menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak
membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh
ego.
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut
Syamsu & Juntika dalam bukunya Teori Kepribadian, 2011 mengatakan bahwa
perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya
faktor hereditas dan lingkungan. Faktor hereditas yang mempengaruhi kepribadian
antara lain: bentuk tubuh, cairan tubuh, dan sifat-sifat yang diturunkan dari
orang tua. Adapun faktor lingkungan antar lain : lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat. Di samping itu, meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan,
kenyataannya sering ditemukan perubahan kepribadian. Perubahan itu sering
dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
1.Faktor
Genetika (Pembawaan)
Pada
masa konsepsi, seluruh bawaan hereditas individu dibentuk dari 23 kromosom
(pasangan x x) dari ibu, dan 23 kromosom (pasangan x y) dari ayah. Dalam 46
kromosom tersebut terdapat beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik
dan psikis/mental individu atau yang menentukan potensi-potensi hereditasnya.
Dalam hal ini, tidak ada seorang pun yang mampu menambah atau mengurangi
potensi hereditas tersebut.
Masa
dalam kandungan dipandang sebagai alat (periode) yang kritis dalam perkembangan
kepribadian, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian,
tetapi juga sebagi masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis
penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian, telah banyak para ahli yang
melakukan penelitian dengan mengguanakan metode-metode tertentu. Dalam kaitan
ini, Pervin dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) mengemukakan
penelitian-penelitian tersebut.
a.Penelitian
dengan Metode Sejarah (Riwayat) Keluarga
Menurut
Galton dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) telah mencoba meneliti
kegeniusan yang di kaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya
menunjukkan bahwa kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga. Temuan ini
bukti yang mengandung teori hereditas tentang kegeniusan individu. Contoh
penelitian dengan pendekatan ini adalah penelitian terhadap keluarga
(keturunan) Kallikak. Keturunan Kallikak pertama adalah seorang anak laki-laki,
hasil hubungan gelapnya dengan seorang gadis yang bodoh.
Anak
tersebut memiliki kemampuan intelektual yang rendah (bodoh), dan bersikap anti
sosial. Sedangkan keturunan Kallikak yang kedua adalah berasal dari hasil
pernikahan dengan seorang wanita yang berkemampuan intelektual normal dan
bersifat baik. Anak-anaknya ternyata memiliki kemampuan intelektual yang
normal, dan dapat menjadi warga masyarakat yang baik. Pendekatan sejarah
keluarga ini dipandang relatif kecil kontribusinya terhadap pemahaman mengenai
pengaruh hereditas terhadap tipe kepribadian.
b.Metode
Selektivitas Keturunan
Menurut
Tryon dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011) menggunakan pendekatan
ini dengan memilih tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh
“dull”. Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan ternyata
keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi normal.
c.Penelitian
terhadap Anak Kembar
Study
terhadap anak kembar ini dipandang oleh para ahli psikologi sebagai metode yang
paling baik dalam membuktikan pengaruh faktor genetika terhadap kepribadian.
d.Keragaman
Konstitusi (Postur) Tubuh
Penelitian
terhadap konstitusi tubuh ini didasarkan kepada asumsi bahwa karakteristik
fisik berhubungan dengan kepribadian. Kretschmer mengklasifikasikan postur
tubuh individu pada tiga tipe utama, dan satu tipe campuran. Berikut ini adalah
tipe pengklasifikasian tubuh menurut Kretschmer:
1)
Tipe
Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut besar, dada dan bahunya bulat
2)
Tipe
Asthenis (Leptosom): tinggi dan ramping, perut kecil, dan bahu sempit
3)
Tipe
Atletis: postur tubuhnya harmonis (tegap, bahu lebar, perut kuat, otot kuat).
4)
Tipe
Displastis: tipe penyimpangan dari ketiga bentuk diatas.
2.Faktor
lingkungan (Environment)
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi kepribadian diantaranya keluarga, kebudayaan, dan
sekolah.
a.Keluarga
Keluarga
dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah
keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi
anak, anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, dan para
anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian
anak.
b.Faktor
kebudayaan
Kluckhohn
berpendapat bahwa kebudayaan meregulasi (mengatur) kehidupan kita dari mulai
lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi
kita untuk mengikuti pola-pola tertentu yang telah dibuat orang lain untuk
kita. Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan
sebagai faktor penentu kepribadian, muncul pertanyaan: bagaimana karakteristik
kepribadian itu berkembang? Bagaimana pula tipe dasar kepribadian masyarakat
itu terjadi? Dalam hal ini menurut Linton dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu
Yusuf, 2011) mengemukakan tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga
prinsip itu adalah (1) pengalaman awal kehidupan dalam keluarga, (2) pola asuh
orang tua terhadap anak, dan (3) pengalaman awal kehisupan anak dalam
masyarakat. Apabila anak-anak memilki pengalaman awal kehidupan yang sama dalam
suatu masyarakat, maka mereka cenderung akan memiliki karakteristik kepribadiaan
yang sama.
c.Sekolah
Faktor-faktor
yang dipandang berpengaruh itu diantaranya sebagai berikut:
1).Iklim
emosional kelas
Kelas
yang iklim emosinya sehat (guru bersikap ramah, dan respek terhadap siswa dan
begitu juga berlaku diantara siswa) memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama,
termotivasi untuk belajar, dan mau mentaati peraturan. Begitu juga iklim
emosional kelas yang sebaliknya akan berdampak kurang baik bagi anak.
2).Sikap
dan perilaku guru
Sikap
dan perilaku guru, secara langsung mempengaruhi “self-concept” siswa, melalui
sikap-sikapnya terhadap tugas akademik (kesungguhan dalam mengajar),
kedisiplinan dalam menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya terhadap siswa.
Secara tidak langsung, pengaruh guru ini terkait dengan upayanya membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
3).Disiplin
(tata tertib)
Tata
tertib ini ditunjukkan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa.
4).Prestasi
belajar
Perolehan
prestasi belajar, atau peringkat kelas dapat mempengaruhi peningkatan harga
diri, dan sikap percaya diri siswa
5).Penerimaan
teman sebaya
Siswa
yang diterima oleh teman-temannya, dia akan mengembangkan sikap positif
terhadap dirinya, dan juaga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.
4.
Jenis
Tipe Kepribadian
Pembagian
kepribadian manusia ke dalam dua jenis ini pertama kali dilakukan oleh Gustav
Jung dalam buku Tipe Kepribadian (Syamsu Yusuf, 2011). Jung (baca: yung) adalah
seorang psikolog asal Swiss yang pada awalnya kagum dengan teori psikoanalisis
dari Sigmund Freud, namun belakangan ia membuat teori baru yang bertentangan
dengan teori dari Freud (baca: froyd). Jung menyebutkan bahwa manusia memiliki
dua sikap (attitudes) dasar, yaitu ekstrovert dan introvert.
a.Introvert
Sikap
introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada
dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan antisosial.
Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka melakukannya secara selektif
dan menggunakan pandangan subjektif mereka sendiri. Orang-orang yang introvert
ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka, mudah
gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur. Intelegensia relatif tinggi,
perbendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras kepala),
umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku, dan kurang suka lelucon terlebih
mengenai seks.
Ciri-ciri
orang dengan tipe introvert adalah sulit bergaul, hatinya tertutup, sulit berhubungan
dengan orang lain dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik.
Hal ini akan menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan keperawatan
dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan pasien lainnya.
b.Ekstrovert
Sikap
ekstrovert mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya
ke dunia luar, cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan
ramah. Ciri-ciri tipe ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai
banyak teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau
belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering
menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka
menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan
biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going),
optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam
melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya,
semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat
dipercaya (Aiken, 1993 : 86 – 87).
Selain
itu orang-orang yang ekstrovert intelegensia mereka relatif rendah,
pebendaharaan kata-kata kurang, mempunyai kecenderungan tidak tetap pada
pendirian, umumnya mereka cepat namun tidak teliti, mereka tidak begitu kaku,
dan mereka menyukai lelucon terlebih mengenai seks. (Suryabrata, 2002).
5.
Cara
Penilaian Tipe Kepribadian
Pada
pertanyaan tipe kepribadian pasien pre operasi Sectio Caesarea, dimana peneliti
membuat pernyataan sebanyak 10 pernyataan pilihan yang meliputi pernyataan
tentang tipe kepribadian yang berupa pernyataan dengan menjawab ya nilai (1),
menjawab tidak nilai (0). Tipe A (introvert) bila skor 6 – 10 Tipe B (ekstrovert) bila skor 0 - 5
Penilaian
ini diambil dari contoh jurnal yang sudah diuji kebenarannya melalui uji
validitas.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ayub
Sani Ibrahim (2003), Panik Neurosis dan Gangguan Cemas, Jakarta : PT. Dua As – As
2.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010
. Jakarta: PT Rineka Cipta
3.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI.
Jakarta: PT Rineka Cipta
4.
Anggraini,(2011).Laporan
Pendahuluan pada Post SC.http://anggreniniluhputu.blogspot.com diakses tanggal
19 Januari 2012 Jam 20.18
5.
Barbara
C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah I, Bandung : Yayasan IKAPI
6.
Brunner
& Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
7.
Gunawan,(2011).Konsep
Kecemasan.http://teorikecemasan.blogspot.com/ diakses tanggal 27 desember 2011
Jam 16.00 WIB
8.
Hidayat,
A. Aziz Alimul. (2007). Metode
Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
9.
Hidayat,
A. Aziz Alimul. (2007). Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
10. Hawari, Dadang. 2008.
Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Penerbit FK Universitas Indonesia.
11. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
12. Nursalam. 2008.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
13. Nursalam. 2011.
Manajemen Keperawatan Edisi 3. Jakarta : Slemba Medika
14. Perry, Poter, 2006.
Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur Dasar.Jakarta:Rineka Cipta
15. Rondhianto,(2008).KeperawatanPerioperatif.http://athearobiansyah.blogspot.comdiakses
tanggal 03 Oktober 2011 Jam 18:20:51
16. Sarwono,
Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi
17. Smeltzer & Bare,
1997, Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII. Jakarta: EGC.
18. Stuart, Gail W. 2008.
Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.
19. Suparyanto, 2011.
Konsep Cemas. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/03/ konsep-cemas.html
(Diakses 17 Februaari 2012).
20. Stuart & Sundeen,
1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Pocket Guide to Psyciatric Nursing). Edisi 3,
Alih bahasa; Achir Yani S Hamid, Jakarta:EGC.
21. Suliswati, (2005).
Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Pre Operasi Di Ruang Kenanga BRSU Dr. H. Soewondo Kendal
22. Syamsu Yusuf &
Juntika Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
23. Tahsinul,(2008).Kepribadian.http://tahsinul.wordpress.com diakses tanggal 28 Oktober 2011 Jam
10:12:50
Tidak ada komentar:
Posting Komentar