EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebelum penulis
memulai pembahasan lebih lanjut mengenai penyakit malaria, ada baiknya saya
memaparkan sedikit bahwa malaria ialah penyakit berbahaya, penyakit yang telah
merenggut jutaan bahkan mungkin milyaran nyawa di dunia.
Penyakit ini sudah berumur ribuan tahun. Wabah malaria ini di
sebarkan oleh makhluk imut kecil yang sangat berbahaya. Kalian tentu sudah tahu
siapa sosok nyamuk itu. Dia hidup berdampingan dengan kita. Dia bisa ada di
mana saja, dirumah, sekolah, pasar, hotel, perkantoran, bahkan di hutan ataupun
gua juga ada. Hewan lemah inilah yang menyebarkan terror di seluruh bagian
dunia ini
Walaupun begitu tidak semua nyamuk bisa menyebarkan/menularkan wabah
malaria ini, nyamuk yang menularkan penyakit ini ialah keluarga “anophles”.
Merekalah tersangka dibalik pembunuhan jutaan jiwa warga dunia.
Berbagai kegiatan yang sudah
dilakukan untuk mengurangi insiden malaria adalah :
- Mengindari atau mengurangi kontak/gigitan nyamuk anopheles (memakai kelambu, obat nyamuk dll).
- Membunuh nyamuk dewasa menggunakan berbagai insektisida dan fooging/pengasapan oleh pemerintah.
- Membunuh jentik/kegiatan anti larva, baik secara kimiawi dengan larvasida maupun biologik dengan ikan, tumbuhan, jamur dan bakteri.
- Mengurangi tempat perindukan (source reduction).
- Mengobati penderita malaria.
- Pemberian pengobatan untuk pencegahan (profilaksis).
- Vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial).
Adapun sebagian
kecil kejadian penyebaran wabah ini yang pernah terjadi di indonesia yaitu di
pulau sabu dan pulau semau pulau ini menjadi saksi kembali mengganasnya
penyakit ini. Tercatat, tidak kurang dari 1.730 orang sabu (Pos Kupang 06/05) dan 556 orang
semau (Pos Kupang 05/05) positif malaria. Dari
jumlah ini sedikitnya delapan bocah di desa uitiuana, kecamatan semau, akhirnya
menyerahkan nyawanya direnggut keganasan penyakit itu.
Dalam buku the World Malaria Report 2005, badan kesehatan
dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga
tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di
dunia. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan
bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya.
Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria
Itulah sebagian kecil
dari keganasan penyakit terkenal “malaria” ini.
1.2
Tujuan Umum
Tujuan yang diharapkan dari pembuatan
makalah ini, agar mahasiswa dapat mengerti tentang penyakit Malaria,
Pencegahan, pemberantasan dan pengobatan Malaria.
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini
untuk memenuhi tugas Epidemologi yang telah diberikan oleh dosen pengajar kami.
BAB
II
TINJAUAN
KASUS
2.1
Pengertian
Malaria
Istilah malaria ini diperkenalkan oleh dr. Francisco torti pada abad
ke-17. Dalam perkataan itali malaria bermaksud udara kotor. Malaria adalah
penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut plasmodium, yang dalam
salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel
darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies
plasmodium falciparum dan plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium
malariae, dan plasmodium knowlesi. Vektor yang berperan dalam penularan
penyakit ini adalah nyamuk anopheles, terutamanya anopheles sundaicus diasia
dan anopheles gambiae di afrika.
Jenis malaria yang paling ringan adalah malaria tertiana yang
disebabkan oleh plasmodium vivax, dengan gejala demam yang dapat terjadi setiap
dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi). Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau
disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh plasmodium falciparum merupakan
penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering
menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma,mengigau serta kematian.
Malaria kuartana yang disebabkan oleh plasmodium malariae, memiliki
masa inkubasi lebih lama dari pada penyakit malaria tertiana atau tropika;
gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18-40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari dan ini
merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh
plasmodium ovale dan mirip dengan malaria teriana. Pada masa inkubasi malaria,
protozoa tumbuh di dalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama
terjadi, kemudian organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah
merah dan menyebabkan demam pada penderita.
Ada dua macam
perkembangbiakan sel pada plasmodium, yaitu:
1. Pembiakan
seksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk melalui proses
sporogoni. Bila mikrogametosit (sel jantan) dan makrogametosit (sel betina)
terhisap vektor bersama darah penderita, maka proses perkawinan antara kedua
sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses ini akan terbentuk zigot yang
kemudian akan berubah menjadi ookinet dan selanjutnya menjadi ookista. Terakhir
ookista pecah dan membentuk sporozoit yang tinggal dalam kelenjar ludah vektor.
Perubahan dari mikrogametosit dan makrogametosit sampai menjadi
sporozoit di dalam kelenjar ludah vektor disebut masa tunas ekstrinsik atau
siklus sporogoni. Jumlah sporokista pada setiap ookista dan lamanya siklus
sporogoni, pada masing-masing spesies plasmodium adalah berbeda, yaitu:
plasmodium vivax: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 30-40 butir dan siklus
sporogoni selama 8-9 hari. Plasmodium falsiparum: jumlah sporozoit dalam
ookista adalah 10-12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari. Plasmodium
malariae: jumlah sporozoit dalam ookista adalah 6-8 butir dan siklus sporogoni
selama 26-28 hari.
2. Pembiakan aseksual.
2. Pembiakan aseksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh manusia melalui proses sizogoni
yang terjadi melalui proses pembelahan sel secara ganda. Inti troposoit dewasa
membelah menjadi 2, 4, 8, dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada
spesies plasmodium. Bila pembelahan inti telah selesai, sitoplasma sel induk
dibagi-bagi kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang disebut merozoit.
Kelima, reaksi terhadap rangsangan.
Plasmodium memberikan reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar, ini
sebagai upaya plasmodium untuk mempertahankan diri seandainya rangsangan itu
berupa ancaman terhadap dirinya. Misalnya, plasmodium bisa membentuk sistem
kekebalan (resistensi) terhadap obat anti malaria yang digunakan penderita.
Dengan adanya proses-proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di
dalam sel darah merah manusia, maka dikenal ada tiga tingkatan (stadium)
plasmodium yaitu:
a. Stadium tropozoit,
plasmodium ada dalam proses pertumbuhan.
b. Stadium sizon,
plasmodium ada dalam proses pembiakan.
c. Stadium gametosit,
plasmodium ada dalam proses pembentukan sel kelamin
2.2 Jenis Malaria
2.2 Jenis Malaria
Penyakit ini
memiliki empat jenis dan disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Jenis
malaria itu adalah:
1. Malaria ertian (paling
ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi
setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua
minggu setelah infeksi).
2. Demam rimba (jungle
fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan
plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak,
menyebabkan koma, mengigau dan kematian.
3. Malaria kuartana yang
disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada
penyakit malaria ertian atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi
antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan
terulang lagi tiap tiga hari.
4. Malaria pernisiosa, disebabkan oleh plasmodium vivax,
gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip stroke, koma disertai gejala malaria
yang berat.
2.3
Faktor Host
1. Umur,
jenis kelamin, ras
2. Hereditas,
perkembangan individu
3. Tingkah
laku dan kebiasan
4. Mekanisme pertahanan tubuh umum
maupun spesifik
5. Status gizi
Gejala serangan malaria pada penderita yaitu:
a.
Gejala klasik, biasanya
ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau yang
belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita
malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium
berurutan:
Ø
Menggigil (selama 15-60 menit
Ø
Demam (selama 2-6 jam), timbul
setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad
celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat
sampai lebih dari 40 derajad celcius.
Ø
Berkeringat (selama 2-4 jam),
timbul setelah demam, biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat
kembali.
b.
Gejala malaria dalam program
pemberantasan malaria:
ü
Demam
ü
Menggigil
ü
Berkeringat
ü
Dapat disertai dengan gejala
lain: sakit kepala, mual dan muntah.
ü
Gejala khas daerah setempat:
diare pada balita (di timtim), nyeri otot atau pegal-pegal pada orang dewasa
(di papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di iaskarta).
c.
Gejala malaria berat atau
komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah
satu gejala di bawah ini:
ü
Gangguan kesadaran (lebih dari
30 menit)
ü
Kejang, beberapa kali kejang
ü
Panas tinggi diikuti gangguan
kesadaran
ü
Mata kuning dan tubuh kuning
ü
Perdarahan di hidung, gusi atau
saluran pencernaan
ü
Jumlah kencing kurang (oliguri)
ü
Kelemahan umum (tidak ias
duduk/berdiri)
ü
Nafas sesak
d.
Kadar darah putih, leukosit,
cenderung meningkat. Jika tidak segera diobati biasanya akan timbul jaundice
ringan (sakit kuning) serta pembesaran hati dan limpa.
e.
Kadar gula darah rendah.
f.
Jika sejumlah parasit menetap
di dalam darah kadang malaria bersifat menetap. Menyebabkan penurunan nafsu
makan, rasa pahit pada lidah, lemah, sertai demam.
Adapun gejala
gejala malaria berdasarkan jenis malaria antara lain:
a)
Gejala malaria vivax &
ovale
Gejala yang terlihat sangat samar; berupa
demam ringan yang tidak menetap, keringat dingin, dan berlangsung selama 1
minggu membentuk pola yang khas. Biasanya demam akan terjadi antara 1 – 8 jam.
Setelah demam reda, pengidap malaria ini merasa sehat sampai gejala susulan
kembali terjadi. Gejala jenis malaria ini cenderung terjadi setiap 48 jam.
b)
Gejala malaria falciparum
Gejala awal adalah demam tinggi, suhu tubuh naik secara
bertahap kemudian tiba-tiba turun. Serangan ias berlangsung selama 20 – 36 jam,
dan penderita mengalami sakit kepala hebat. Setelah gejala utama mereda,
pengidap akan merasa tidak nyaman.
c)
Gejala malaria malariae
(kuartana)
Suatu serangan seringkali dimulai secara samar-samar.
Serangannya menyerupai malaria vivax, dengan selang waktu setiap 72 jam.
2.4 Faktor Agent
Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria)
menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke
dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk
stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel
hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk
stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk
troposit muda sampai sizon tua/matang sehingga eritrosit pecah dan keluar
merozoit.
Sebagian besar merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian
kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk
malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni).
Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan
(mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot
berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah
menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang
berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap untuk ditularkan ke manusia.
Khusus plasmodium vivax dan plasmodium ovale pada siklus parasitnya
di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati
tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan
hati –disebut hipnosit-. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria
relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam
keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress
atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang
untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit
yang berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun
sebelumnya pernah menderita plasmodium vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul
kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles. Bila
dilakukan pemeriksaan, akan didapati sd positif plasmodium vivax/ plasmodium
ovale.
Pada plasmodium falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ
tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan
jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi.
Plasmodium falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila
jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada
penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi
karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral
mencapai 20-50% actor semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala
sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat
terjadi sekuel.
Karakteristik Agent berkaitan dengan Host
a. Infekrilitas
· Kemampuan actor penyebab masuk dan
berkembang biak. Dapat dianggap bahwa jumlah minimal dari actor penyebab untuk
menimbulkan infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama.
· Dipengaruhi oleh sifat penyebab,
cara penularan, sumber penularan, serta actor pejamu seperti umur, sex dll.
· Infektifitas tinggi : campak.
Infektifitas rendah : lepra
b.
Patogenesis
·
Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala
klinik yang jelas.
·
Dipengaruhi oleh adanya infektivitas
·
Staphillococcus tidak actorn bila di actor. Tapi bila di
rongga peritoneum atau selaput otak, akan serius.
c.
Viruslensa
· Nilai proporsi penderita dgn gejala
klinis yang berat thd seluruh penderita dgn gejala klinis yang jelas.
· Dipengaruhi dosis, cara
masuk/penularan, actor pejamu.
· Poliomyelitis lebih berbahaya bila
mengenai org dewasa daripada anak-anak.
d.
Antigenesitas/ Imunogenisitas
· Kemampuan AGENT menstimulasi HOST
untuk menghasilkan kekebalan/imunitas.
· Dapat berupa kekebalan humoral
primer, kekebalan seluler atau campuran keduanya.
· Dipengaruhi oleh actor pejamu, dosis
dan virulensi infeksi.
·
Campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup. Gonococcus
tidak demikian, orang dapat terkena gonore beberapa kali.
2.5 Faktor Environment
1.
Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial-ekonomi
3. Lingkungan biologik
Periode
Patogenesis
Mekanisme Patogenesis adalah efek
patogen yang dihasilkan oleh unsur penyebab infeksi dapat terjadi karena
mekanisme:
§ Invasi langsung ke jaringan : Penyakit parasit seperti
amubiasis, giardiasis.Beberapa jenis cacing nematoda, cestoda. Infeksi bakteri
(meningitis), ISK, faringitis, virus, dsb.
§ Produksi toksin oleh unsur penyebab :Seperti tetanus, difteri,
enterotoksin dari E. Coli.
§ Rangsang imunologis atau reaksi alergi: Termasuk tuberculosis, DBD, dll.
§ Infeksi yang menetap (infeksi laten): Bakteri mungkin tetap berada di
pejamu dengan keadaan tanpa gejala setelah mengalami infeksi. Seperti
hemophillus influenzae, neisseria meningitidis, streptococcus, dll. Jenis
infeksi virus mis. Herpes zoster, herpes simplex, varicella zoster,
encephlitis, dsb.
§ Peningkatan kepekaan pejamu melawan obat yang
tidak toksis:
Rey’s syndrom, dimana infeksi virus dpt menyebabkan encephalopathy bila diobati
salisilat.
§ Ketidakmampuan membentuk imunitas: AIDS, CFR 70%
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pencegahan Malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu
langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari
ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat
setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat
dilakukan dengan cara :
1.
Menggunakan kelambu (bed net)
pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu berinsektisida.
2.
Mengolesi badan dengan obat
anti gigitan nyamuk (repellent).
3.
Menggunakan pembasmi nyamuk,
baik bakar, semprot maupun lainnya.
4.
Memasang kawat kasa pada
jendela dan ventilasi.
5.
Letak tempat tinggal diusahakan
jauh dari kandang ternak.
6.
Mencegah penderita malaria dan
gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7.
Membersihkan tempat
hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8.
Hindari keadaan rumah yang
lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.
9.
Membunuh jentik nyamuk dengan
menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada genangan air atau menebarkan
ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10.
Melestarikan hutan bakau agar
nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang pantai.
3.2 Pemberantasan Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah
kematian akibat malaria, terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian,
menurunkan angka kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian
sosial dan ekonomi akibat malaria.
Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus
berbasis pada epidemiologinya; sarannya: manusia / penduduk, parasit malaria,
vektor dan lingkungannya.
Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan
sasaran:
1.
Kasus
atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan parasitnya
dalam darah à diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP atau protokol bakunya
di puskesmas atau rumah sakit;
2.
Penduduk
daerah endemik à diberikan penyuluhan kesehatan dan dibagikan kelambu
berinsektisida.
3.
Nyamuk
vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau manajemen
lingkungan, atau secara terpadu.
4.
Lingkungan
à dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan supaya tidak cocok lagi jadi
habitat vektor à vektor pindah tempat atau berkurang kepadatannya secara nyata.
3.3 Pengobatan Malaria
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta
mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal
adalah yang memenuhi syarat:
a.
Membunuh semua stadium dan
jenis parasit
b.
Menyembuhkan infeksi akut,
kronis dan relaps
c.
Toksisitas dan efek samping
sedikit
d.
Mudah cara pemberiannya
e.
Harga murah dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat
Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan
teknis.
Hambatan operasioanal itu adalah:
1)
Produksi obat, penggunaan
obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.
2)
Distribusi obat tidak sesuai
dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas.
3)
Kualitas tenaga kesehatan,
pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.
4)
Kesadaran penderita, penderita
tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal, klorokuin untuk
tiga hari, hanya diminum satu hari saja) sementara itu, hambatan teknisnya
adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat.
Obat yang ideal yaitu:
1.
Membunuh semua stadium dan
jenis parasit
2.
Menyembuhkan infeksi akut,
kronis dan relaps
3.
Toksisitas dan efek samping
sedikit
4.
Mudah cara pemberiannya
5.
Harga murah dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat
6.
Sedangkan hambatan operasional
dalam pengobatan adalah:
7.
Produksi obat, penggunaan
obat-obatan dengan kualitas kurang baik, bahkan obat palsu.
8.
Distribusi obat tidak sesuai
dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesmas.
9.
Kualitas tenaga kesehatan, pemberian
obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan.
10.
Kesadaran penderita, penderita
tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal klorokuin untuk 3
hari, hanya diminum 1 hari saja).
Adabeberapa jenis obat yang dikenal umum yang dapat digunakan dalam
pengobatan penyakit malaria, antara lain:
a.
Klorokuin
b.
Primakuin
c.
Kina
d.
Sulfadoksin pirimetamin (sp)
e.
Sambiloto
f.
Pulai
g.
Johar
h.
Bratawali
i.
Vaksin
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Malaria adalah penyakit mematikan yang
disebarkan melalui perantara nyamuk anopheles. Malaria ialah penyakit yang
disebabkan oleh plasmodium.
Plasmodium ialah parasit yang bersel
tunggal yang terdiri atas 4 jenis plasmodium yaitu:
a. Plasmadium vivax : yang menyebabkan
malaria tertiana benigna.
b. Plasmadium ovale : yang menyebabkan malaria tertiana benigna
c. Plasmadium malariae : yang menyebabkan malaria quartana
d. Plasmadium falciparum: yang menyebabkan
malaria tertiana maligna yang berat, Progresif dan biasanya fatal.
Penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan tanaman obat seperti,
Klorokuin, Primakuin, Kina, Sulfadoksin pirimetamin (sp), Sambiloto, Pulai,
Johar, Bratawali, Vaksin.
Agar kita terhindar dari penyakit malaria, hendaknya kita melakukan
tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk anopheles. Pencegahannya bisa dengan
menggunakan obat dan ada juga yang tanpa obat. Menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan
nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan
oleh kesadaran masyarakat setempat.
4.2 KRITIK DAN SARAN
Dari
makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah kami buat ini, kemungkinan besar
banyak kritikan dan saran dari pembaca. Dari pembahasan dan seluruh isi yang tersusun dalam makalah ini diharapkan dapt membantu pembaca
dalam penambahan Ilmu, kritik dan saran akan sangat membantu makalah yang lebih
atau mendekati sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Faisal
Yatim, DTM&H, MPH. Macam-macam Penyakit Menular: Yayasan OborIndonesia
Faisal
Yatim, DTM&H, MPH. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya:
Yayasan OborIndonesia
id.wikipedia.org/wiki/malaria
www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/data/emil.pdf
www.penyakitmenular.info
www.wartamedika.com/2006/09/pencegahan-malaria.html
www.geocities.com/mitra_sejati_2000/malaria.htm
www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/data/emil.pdf
www.penyakitmenular.info
www.wartamedika.com/2006/09/pencegahan-malaria.html
www.geocities.com/mitra_sejati_2000/malaria.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar