PENYAKIT YANG TIMBUL
AKIBAT ISPA
Beberapa penyakit yang merupakan
infeksi pada saluran pernafasan atas akut yaitu influenza, otitis media, dan
faringitis (Erlien, 2008).
A. INFLUENZA
Influenza sering juga disebut flu, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dan gejala-gejala yang di timbulkan mengakibatkan
terganggunya sistem pernafasan. Influensa berbeda dengan pilek (common cold).
Perbedaan ini terdapat pada penyebab terjangkitnya penyakit maupun
gejala-gejala yang ditimbulkannya.
1.
Penyebab influenza
Influenza di sebabkan oleh tiga tipe virus influenza
yang terdiri atas virus influensa A, B, dan C. Virus influenza tipe A dan tipe
B dapat berubah secara konstan yang akan menimbulkan strain baru. Penularan
virus influenza biasanya terjadi karena adanya kontak langsung dengan
penderita. Selain itu penularan juga dapat terjadi jika menghirup virus flu
secara langsung atau terkena virus dari benda-benda yang sebelumnya telah
digunakan penderita flu. Penularan virus ini tidak hanya melalui alat
pernafasan saja tetapi juga dapat disebarkan melalui mata atau mulut.
2. Gejala
influenza
a.
Demam kadang-kadang
lebih dari 38oC. Pada anak-anak demam ini cenderung lebih tinggi
dari pada orang yang telah dewasa yaitu sekitar 40 oC.
b.
Gemetar dan berkeringat
c.
Sakit kepala dan
sering bertambah parah jika berada ditempat yang terang
d.
Gangguan pada saluran
pernafasan
e.
Nyeri dan sakit otot
terutama pada daerah punggung, lengan dan kaki.
f.
Kelelahan dan merasa
lemas
g.
Hilang nafsu makan
h.
Pada anak-anak sering
disertai dengan diare dan muntah.
3.
Pengobatan dan perawatan influenza
Seperti
halnya penyakit yang di sebabkan virus, influenza juga tidak memiliki
antibiotik maupun obat yang dapat mematikan virus. Akan tetapi orang yang
terserang flu akan segera membentuk zat yang melawan virus yang masuk.
Zat tersebut
merupakan sejenis protein yang di bentuk oleh tubuh dan disebut antibodi.
Pembentukan maupun keampuhan antibodi dalam melawan virus yang masuk sangat
tergantung daya tahan serta vitalitas tubuh. Apabila daya tahan tubuh masih
baik, biasanya flu lebih cenderung cepat reda. Oleh karena itu, penderita flu
sangat di sarankan untuk beristirahat yang baik serta mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung gizi yang diperlukan tubuh. Selain itu di sarankan pula untuk
lebih banyak minum terutama air putih untuk mengganti cairan yang keluar dari
hidung.
Apabila
gejala yang di rasakan menjadi lebih berat dapat diberikan obat-obatan seperti
asetaminofen, aspirin, ibuprofen, atau naproksen. Tidak jarang, infeksi influenza
di sertai dengan infeksi sekunder. Infeksi sekunder ini berupa masuknya kuman
lain seperti bakteri. Apabila muncul infeksi sekunder ini, pengobatan dilakukan
dengan menggunakan antibiotik.
Selain
pengobatan, penanggulangan influenza dapat di lakukan melalui pencegahan.
Pencegahan influenza dapat dilakukan dengan memberikan vaksin. Akan tetapi
virus influenza selalu bermutasi (berubah-ubah), sangat sulit di temukan vaksin
yang dapat di gunakan untuk menanggulangi serangan influenza seumur hidup. Biasanya
orang yang sudah di beri vaksin virus influenza tipe tertentu masih dapat
terinfeksi virus influenza tipe lain. Sama halnya orang yang telah sembuh dari
virus influenza dan tubuhnya sudah membentuk antibodi untuk virus influenza
tipe tertentu juga dapat di serang oleh virus influenza tipe lain. Oleh karena
itu, pengobatan dan pencegahan flu yang paling efektif yaitu menjaga kebugaran, kesehatan, dan
vitalitas tubuh dengan makan makanan yang bergizi, istirahat yang teratur serta
mengembangkan pola hidup sehat sehingga dapat memiliki kekebalan tubuh yang
baik.
B.
SINUSITIS
Sinusitis
merupakan salah satu peradangan pada daerah sinus yang terjadi karena adanya
infeksi virus, misalnya karena komplikasi influenza maupun karena alergi. Sinus
terdapat di daerah daerah sekitar wajah, manusia mempunyai empat buah sinus
yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus sfenoidalis, sinus etmoidalis.
Sinusitis dapat terjadi pada salah satu ke empat sinus tersebut.
1. Penyebab
sinusitis
Berdasarkan
penyebabnya sinusitis dapat di kelompokkan menjadi dua yaitu sinusitis akut dan
sinusitis kronis. Sinusitis akut berlangsung sampai tiga minggu atau kurang,
sedangkan sinusitis kronis berlangsung selama tiga sampai delapan minggu,
tetapi dapat berlanjut hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Sinusitis akut dapat di sebabkan oleh hal-hal berikut
a) Infeksi
virus
Sinusitis
yang di sebabkan oleh infeksi biasanya terjadi setelah adanya infeksi saluran
pernafasan atas terlebih dahulu misalnya pilek atau influenza.
b) Bakteri
Pada
dasarnya dalam tubuh manusia terdapat bakteri yang dalam keadaan normal tidak
menimbulkan penyakit. Bakteri-bakteri tersebut sering disebut flora normal
tubuh. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Streptococcus pneomonia dan Haemophilus
influenza. Apabilah sistem pertahanan tubuh menurun, atau sistem pada sinus
tersumbat akibat pilek atau virus lain. Bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya
akan berkembang biak dan menyusup dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus
akut.
c) Infeksi
jamur
Jamur
yang dapat menyebabkan sinusitis akut misalnya aspergillus. Aspergillus dapat
menyebabkan sinusitis pada orang yang menderita gangguan pada sistem
kekebalannya. Pada orang tertentu, sinusitis yang di sebabkan oleh infeksi
jamur menyebabkan terjadinya reaksi alergi dan pada gilirannya dapat
menyebabkan sinusitis.
d) Peradangan
menahun pada saluran hidung
Orang-orang
tertentu mempunyai reaksi alergi pada saluran pernafasannya terutama saluran
hidung. Alergi ini bisa di sebabkan berbagai macam misalnya : debu, udara
dingin, karena bau-bauan tertentu yang sangat menyengat. Gangguan pernafasan
yang berupa alergi ini disebut rinitis alergi.
Apabila
orang terus-menerus mengalami gangguan pada saluran penafasannya yang di
sebabkan oleh alergi, lama kelamaan dapat menimbulkan sinusitis akut.
e) Penyakit
keturunan
Penyakit maupun
gangguan saluran pernafasan juga disebabkan oleh faktor keturunan (genetis).
Pada umumnya orang yang lebih sering terkena sinusitis akut yaitu orang yang
menderita suatu penyakit keturunan yang di sebut kristik fibrosis.
Kristik fibrosis merupakan suatu gangguan maupun kelainan pada sistem
pembuangan lendir (sekresi).
Sementara itu, sinusitis
kronis (menahun) dapat di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1)
Asma
2)
Penyakit
alergi, Penyakit alergi misalnya rinitis alergi juga dapat menyebabkan
sinusitis kronis
3)
Orang
yang mengalami gangguan sistem kekebalan dan gangguan pada sistem pembuangan
lendir.
4)
Gejala
sinusitis
Orang
yang menderita sinusitis baik akut maupun kronis mempunyai gejala yang berupa
gangguan yang khas. Gangguan-gangguan pada penderita sinusitis akut maupun
kronis sebagai berikut :
1)
Sakit
kepala yang dirasakan pada waktu pagi hari.
2)
Pembengkakan
pada daerah sinus yang mengalami peradangan.
3)
Nyeri
tekan pada daerah sinusitis yang mengalami peradangan.
Rasa nyeri tersebut
berbeda-beda tergantung daerah sinus yang mengalami peradangan. Berdasarkan
daerah sinus yang mengalami peradangan, gejala yang di rasakan penderita
sebagai berikut.
1)
Peradangan
yang terjadi pada sinus maksilaris menyebabkan nyeri tepat pada daerah bawah
mata, timbul sakit gigi, dan sakit kepala.
2)
Peradangan
pada sinus frontalis menimbulkan sakit kepala pada daerah dahi.
3)
Peradangan
pada sinus etmoidalis menimbulkan rasa nyeri pada daerah belakang kepala dan
sakit di antara kedua mata serta sakit kepala di dahi. Peradangan sinus
etmoidalis juga dapat menyebabkan nyeri apabila pinggir hidung ditekan.
Peradangan pada daerah ini juga menimbulkan berkurangnya kemampuan indra
penciuman dan hidung tersumbat.
4)
Peradangan
pada sinus sfenoidalis menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang lokasinya tidak
dapat di pastikan. Nyeri dapat di rasakan pada puncak kepala bagian depan atau
belakang, atau bahkan dapat menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.
Pada penderita diabetes yang
kadar gula darahnya kurang terkendali dengan baik, atau pada orang yang
menderita gangguan pada sistem kekebalannya. Serangan jamur dapat menyebabkan
timbulnya sinusitis yang sangat parah bahkan dapat berakibat fatal. Infeksi
jamur pada daerah sinusitis pada orang yang menderita diabetes disebut
mukormikosis atau fikomikosis.
Penderita diabetes yang
mengalami serangan infeksi jamur pada daerah sinus akan menimbulkan adanya
jaringan yang mati dan berwarna hitam pada rongga hidung. Jaringan ini dapat
menyumbat aliran darah ke otak sehingga terjadi kerusakan pada sel-sel sarafnya
(gangguan neurologis) misalnya kebutaan.
Sementara itu, pada orang
yang mempunyai gangguan pada sistem kekebalannya, sering terserang oleh jamur aspergillosis
atau kandidiasis. Jamur-jamur ini dapat menyerang sinus dan menimbulkan
infeksi yang parah, infeksi ini dapat berakibat fatal pada orang yang penderita
AIDS, leukimia (kanker darah), limfoma (kanker limfa), dan mieloma (kanker
kulit). Infeksi jamur aspergillosis pada daerah rongga hidung sinus dapat
menimbulkan polip. Polip yaitu pembengkakan kelenjar limfe pada saluran
pernafasan sehingga menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan.
C.
FARINGITIS (RADANG
TENGGOROKAN)
Seperti
halnya peradangan pada umumnya faringitis yaitu munculnya peradangan (infeksi)
pada daerah tenggorokan (faring).
- Penyebab faring
Faringitis dapat di sebabkan oleh virus atau bakteri.
Akan tetapi faringitis pada umumnya disebabkan oleh virus. Virus yang
menimbulkan peradangan tenggorokan ini (faringitis) termasuk virus yang
menyebabkan pilek (common cold ), influenza.
Sementara itu bakteri yang dapat menyebabkan faringitis
yaitu Streptococcus, Corinebacterium, Arcanobacterium, Neisseria
gonorhoeae atau Chlamydia pneomonia. Masuknya infeksi ini
menimbulkan peradangan pada selaput lendir yang melapisi tenggorokan (faring).
- Gejala faringitis
Gejala pada faringitis umumnya sama meskipun penyebabnya
dapat berupa virus maupun bakteri. Gejala faringitis sebagai berikut.
- Nyeri tenggorokan.
- Rasa nyeri ketika menelan.
- Munculnya selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah pada daerah faring.
Berdasarkan gejala yang muncul sebagai akibat adanya
infeksi oleh virus maupun bakteri, faringitis dapat di bedakan menjadi dua
jenis sebagai berikut.
- Faringitis virus
Faringitis
yang di sebabkan oleh virus memiliki gejala-gejala sebagai berikut.
1. Biasanya
tidak di temukan adanya nanah di tenggorokan (faring).
2. Demam
ringan atau tanpa demam sekali.
3. Jumlah
sel darah putih normal atau jika ada peningkatan hanya sedikit.
4. Kelenjar
getah bening normal atau jika membesar hanya mengalami pembesaran yang tidak
signifikan.
- Faringitis bakteri
Faringitis
yang di sebabkan oleh bakteri menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut.
1.
Sering di temukan nanah pada daerah
tenggorokan.
2.
Demam ringan hingga sedang (lebih kurang 380
C)
3.
Jumlah sel darah putih meningkat sebagai
penanda dan reaksi tubuh karena masuknya kuman ke dalam tubuh.
4.
Muncul pembengkakan ringan sampai sedang pada
kelenjar getah bening di daerah tenggorokan.
3. Pengobatan
dan pencegahan
Pada faring yang di sebabkan virus tidak ada obatnya
maupun anti biotik yang dapat membunuh virus. Sementara itu, pada faring yang
di sebabkan oleh bakteri dapat diberikan antibiotik untuk membunuh kuman yang
masuk.
Rasa nyeri yang menimbulkan dapat di antisipasi dengan di
berikan obat pereda nyeri (analgesik) berupa obat yang ditelan.
A. Otitis
Media
Otitis media merupakan infeksi atau peradangan pada
telinga tengah, peradangan yang terjadi biasanya diawali oleh infeksi yang
terjadi pada saluran pernafasan misalnya radang tenggorokan dan flu atau pilek.
Seperti halnya penyakit infeksi pada saluran pernafasan
bagian atas yang lain, otitis media juga salah satu penyakit yang banyak
menyerang pada anak-anak. Anak-anak lebih mudah terserang otitis media akut
karena hal-hal berikut.
- Anak-anak yang belum mempunyai sistem kekebalan tubuh yang sempurna. Sistem kekebalan anak-anak masih dalam tahap perkembangan.
- Anak-anak memiliki saluran eustachius yang lebih lurus dan cenderung lebih horisontal. Saluran eustachieus pada anak-anak juga lebih pendek. Oleh karena itu, infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan lebih muda menyebar ke telinga tengah.
- Anak-anak memiliki adenoid yang lebih besar di bandingkan orang dewasa. Adenoid merupakan salah satu organ di daerah tenggorokan bagian atas. Organ ini berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh. Posisi adenoid berdekatan dengan muara eustachius sehingga muara adenoid yang besar pada anak-anak ini dapat mengganggu terbukanya saluran eustachius. Selain itu adenoid juga dapat terinfeksi sehingga infeksi yang terjadi pada adenoid akan menyebar ke telinga tengah melalui saluran eustachius.
- Penyebab otitis media
Otitis media sering di awali oleh infeksi pada saluran
pernafasan misalnya radang tenggorokan (faringitis). Otitis media terjadi
ketika bakteri yang menyerang saluran pernafasan masuk ke dalam saluran
eustachius. Otitis media dapat disebabkan oleh virus atau bakteri.
Virus yang sering menyebabkan otitis media yaitu Haemophilus
influenza dan Moraxella cattarhalis, sedangkan bakteri yang dapat
menyebabkan otitis media yaitu Strecoccus pneomonia.
Pada saat bakteri melalui saluran eustachius,
bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran eustachius.
Infeksi yang terjadi dapat terjadi munculnya pembengkakan jaringan di sekitar
saluran tersebut.
Infeksi yang terjadi pada saluran eustachius menyebabkan
banyak sel-sel darah putih menuju tempat tersebut untuk melawan bakteri yang
ada. Akibatnya, banyak timbul nanah yang bersumber dari sel-sel darah putih
yang telah mati. Selain menghasilkan nanah, pembengkakan yang terjadi
menyebabkan munculnya lendir yang akan terkumpul di daerah belakang telinga.
Apabila lendir dan darah bertambah banyak. Dapat
menyebabkan gangguan pendengaran. Hal ini karena gendang telinga dan organ-organ
pendengaran yang lain tidak dapat bergerak bebas. Semakin banyak cairan yang
mengumpul menyebabkan gangguan pendengaran semakin bertambah parah. Bahkan
hingga mencapai kisaran 45 desibell (kisaran bicara normal). Selain gangguan
pendengaran, gangguan yang lain berupa munculnya rasa nyeri. Apabila gangguan
ini terus menerus terjadi dan cairan semakin banyak dapat menyebabkan robeknya
gendang telinga.
- Gejala otitis media
Otitis media biasanya bersifat akut (secara tiba-tiba) oleh
karena itu dikenal sebagai otitis media akut. Otitits media mempunyai gejala
sebagai berikut.
- Gejala peradangan telinga tengah tanda-tanda nya meliputi:
1.
Kemerahan pada gendang telinga.
2.
Nyeri telinga.
- Menunjukkan gejala efusi. Efusi yaitu pengumpulan cairan dalam rongga tubuh. Efusi pada otitis media terjadi dalam telinga tengah. Tanda-tanda munculnya efusi meliputi:
1.
Gendang telinga menggembung.
2.
Gerakan gendang telinga terbatas atau tidak ada sama sekali.
3.
Terdapat bayangan cairan dibelakang gendang telinga.
4.
Adanya cairan yang keluar dari telinga.
Tanda-tanda terjadinya otitis media pada telinga
anak-anak diantaranya muncul gerakan menarik-narik daun telinga, keluarnya
cairan pada daun telinga, demam, sulit makan, serta muntah. Pada umumnya
munculnya tanda-tanda tersebut di sertai dengan berkurangnya kemampuan
mendengar.
Komplikasi yang terjadi dan disebabkan oleh virus otitis
media berupa keluarnya berupa cairan dari satu atau kedua telinga yang
berlangsung secara terus-menerus. Dapat pula di sertai dengan pecahnya gendang
telinga. Apabila gendang telinga telah pecah, akan meningkatkan resiko infeksi.
Apabila tidak di lakukan pengobatan kondisi ini akan menyebar ke otak. Selain
itu otitis media yang tidak diobati dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran
(tuli) permanen. Adanya cairan pada telinga tengah terutama pada usia
anak-anak, selain itu dapat mengurangi kemampuan indra pendengaran juga
mempengaruhi kemampuan berbicara.
- Pengobatan dan perawatan
Pada kasus yang tidak terlalu parah, biasanya dapat
sembuh dengan sendirinya. Sekitar 80% penderita dapat sembuh dalam tiga hari
tanpa pengobatan menggunakan antibiotik. Akan tetapi penderita yang telah
parah, memerlukan antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat mengurangi munculnya
gejala agar tidak semakin bertambah parah. Biasanya gejala dapat membaik dalam
waktu 48-72 jam.
Pada anak yang berusia kurang dari dua tahun antibiotik
diberikan selama sepuluh hari. Pada anak yang berusia enam tahun ke atas,
antibiotik cukup diberikan selama lima hingga tujuh hari. Hal ini antara lain
karena pada anak yang berusia kurang dari dua tahun belum cukup memiliki
kekebalan tubuh melawan serangan bakteri. Selain menggunakan antibiotik
penggobatan terhadap otitis media juga disertai dengan pereda nyeri (analgesik).
Pada penderita otitis media yang berat serta telah
disertai komplikasi, pengobatan dapat dilakukan dengan myringotomi. Myringotomi
yaitu melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk
dibelakang gendang telinga.
Selain dilakukan pengobatan, hal yang tidak kalah
pentingnya yaitu dilakukan upaya pencegahan. Pencegahan ini dilakukan untuk
mengurangi risiko terjangkitnya otitis media akut. Beberapa hal yang dapat
mengurangi risiko terjangkitnya otitis media sebagai berikut.
- Banyak melakukan kegiatan berolahraga terutama berenang.
- Pemberian ASI pada bayi minimal hingga berusia enam bulan.
- Mencegah terjangkiti ISPA terutama pada bayi dan anak.
Sedangkan beberapa penyakit yang merupakan infeksi pada saluran pernafasan
bawah akut yaitu bronkitis, laringitis, dan tonsilitis (Erlien, 2008).
A. LARINGITIS
Laringitis adalah peradangan pada daerah laring.
Laring terletak pada ujung saluran pernafasan yang menuju paru-paru (trakea).
Pada daerah ini terdapat pita suara. Oleh karena itu, laringitis juga
kadang-kadang disebut sebagai radang pita suara.
- Penyebab laringitis
Laringitis merupakan salah satu penyakit peradangan
pada saluran pernafasan. Pada umumnya peradangan disebabkan infeksi oleh kuman
penyakit. Akan tetapi laringitis juga dapat di sebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut.
a)
Penggunaan
suara yang berlebihan (berteriak-teriak).
b)
Reaksi
alergi.
c)
Menghirup
zat-zat yang dapat mengiritasi, misalnya asap rokok.
Laringitis paling sering di sebabkan oleh infeksi
virus pada saluran pernafasan bagian atas misalnya pilek (common cold ).
Selain pilek, laringitis juga dapat menyertai bronkitis, pneomonia, influenza,
pertusis, campak, dan difteri.
- Gejala laringitis
Seperti pada kasus peradangan pada umumnya, peradangan
pada daerah laring juga menimbulkan demam dan rasa tidak enak badan. Oleh
karena laring berada pada daerah tenggorokan, peradangan pada daerah laring
juga menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman di daerah tenggorokan. Semakin
lama tidak nyaman di daerah tenggorokan tersebut berubah menjadi rasa sakit di
tenggorokan apabila peradangan semakin parah. Akibatnya penderita mengalami
kesulitan ketika menelan.
- Pengobatan dan perawatan
Laringitis disebabkan oleh virus dan tergantung pada
gejala yang muncul. Hal ini karena virus tidak dapat dimatikan oleh
obat-obatan. Hingga saat ini belum di temukan obat yang dapat membunuh dan
mematikan virus. Apabila laringitis disebabkan oleh bakteri, pengobatan
dilakukan menggunakan antibiotik.
Akan tetapi, pada dasarnya cara yang paling efektif
untuk menyembuhkan laringitis yaitu dengan mengistirahatkan pita suaranya.
Salah satu mengistirahatkan pita suara yaitu dengan meminimalkan suara yang
keluar (mengurangi bicara). Selain itu hindari berbicara berbisik. Menghirup
uap dapat meringankan gejala yang muncul dan dapat menyembuhkan daerah yang
mengalami peradangan.
B. BRONKITIS
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi didaerah
bronkus. Bronkus merupakan salah satu sistem pernafasan yang menuju paru-paru. Peradangan
ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya dapat mengalami penyembuhan
dengan sempurna. Akan tetapi, bronkitis dapat berubah menjadi penyakit yang
serius pada orang yang memiliki penyakit menahun, misalnya penderita penyakit
jantung atau penyakit paru-paru. Selain itu bronkitis juga dapat menjadi
penyakit yang parah pada orang yang telah berusia lanjut.
- Penyebab bronkitis
Bronkitis
dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a. Bronkitis yang disebabkan oleh virus, bakteri,
organisme yang menyerupai bakteri misalnya: Mycoplasma pneomonia, Chlamydia.
Bronkitis yang di sebabkan oleh virus, bakteri, maupun organisme yang
menyerupai bakteri ini dinamakan bronkitis infeksiosa.
b. Bronkitis yang disebabkan oleh berbagai partikel
antara lain:
1. Berbagai jenis debu misalnya debu yang berupa
partikel tanah yang terbawah angin.
2. Asap dari bahan yang bersifat asam kuat, amonia,
beberapa pelarut organik.
3. Partikel yang berasal dari polusi udara
4. Asap rokok
- Gejala bronkitis
Tanda awal pada seseorang ditandai dengan batuk. Pada
awalnya batuk tidak berdahak, tetapi setelah satu sampai dua hari kemudian
batuk akan disertai dahak. Pada awalnya dahak berwarna putih kekuningan.
Semakin lama dahak akan semakin bertambah banyak dan menjadi berwarna kuning
atau hijau. Apabila bronkitis telah semaki parah, dahaknya bewarna kemerahan.
Hal ini menandakan telah terjadi iritasi pada daerah saluran pernafasan
terutama pada daerah bronkus.
Penderita bronkitis cenderung sangat mudah terjangkit
menderita infeksi pada saluran pernafasan misalnya flu, bahkan muncul gejala
seperti flu, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot,
demam dan nyeri tenggorokan.
- Pengobatan dan pencegahan
Pengobatan pada penderita bronkitis tergantung pada
penyebabnya. Apabila penyebabnya berupa infeksi bakteri, yang ditunjukkan oleh
dahak yang berwarna kuning atau hijau dan demam yang terus menerus tinggi,
diberikan antibiotik.
Pemberian antibiotik juga dilakukan pada penderita
yang telah atau sebelumnya pernah menderita penyakit paru-paru. Apabila
penyebabnya virus atau partikel-partikel polusi, tidak dapat diberikan
antibiotik.
Obat-obatan pengurang rasa sakit, demam dan tidak enak
badan dapat pula diberikan, akan tetapi hal yang dianjurkan untuk perawatan
penderita bronkitis yaitu banyak beristirahat dan minum banyak cairan terutama
air putih. Hindari minuman yang mengandung kafein dan alkohol. Menjaga
lingkungan di dalam ruangan agar tetap bersih dan terhindar dari debu serta
partikel-partikel yang dapat memperparah kondisi tubuh. Perawatan yang teratur
dan berkelanjutan dapat menyembuhkan bronkitis.
C. PNEUMONIA
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru
(alveoli). Pneumonia dalam bahasa sehari-hari sering disebut radang paru-paru.
Pneumonia merupakan infeksi pada saluran pernafasan yang tergolong serius.
Terjadinya pneumonia pada anak-anak seringkali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut broncopneumonia).
Pada dasarnya pneumonia dapat menyerang siapa saja dan
semua kelompok umur. Akan tetapi, pada bayi dan balita merupakan kelompok yang
paling rentang dan paling mudah terserang penyakit ini. Hal ini karena daya
tahan bayi dan balita relatif masih rendah. Oleh karena itu, pneumonia
merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan balita.
1. Penyebab pneumonia
Pneumonia
bukan merupakan penyakit infeksi tunggal. Penyebabnya bermacam-macam. Sampai
saat ini diketahui 30 sumber infeksi dengan sumber utama berupa bakteri, virus,
mikoplasma, jamur, dan berbagai jenis senyawa kimia maupun partikel.
a. Pneumonia disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumoniae.
Sebenarnya,
bakteri ini secara alami telah terdapat dalam kerongkongan manusia. Bakteri ini
baru menimbulkan pneumonia apabila kondisi tubuh orang yang bersangkutan
menurun atau berada pada usia lanjut, sakit, terlalu lelah, dan malnutrisi
sehingga daya tahan tubuhnya melemah.
b. Pneumonia yang disebabkan oleh virus
Pneumonia umumnya yang ditimbulkan oleh serangan
virus. Pada dasarnya virus-virus yang
menyerang saluran pernafasan bagian atas dapat memicu terjadinya pneumonia.
Oleh karena itu, sampai saat ini belum dapat di pastikan jenis virus yang dapat
menimbulkan pneumonia. Pada dasarnya pneumonia yang di sebabkan oleh infeksi virus
tidak menimbulkan pneumonia parah sehingga dapat dengan mudah di sembuhkan.
Akan tetapi apabila infeksi pneumonia terjadi bersamaan dengan infeksi virus
influenza, gangguan yang timbul dapat menjadi berat dan parah, bahkan
menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru-paru akan terus berkembang
biak meskipun hal ini tidak dapat di amati secara pasti. Akibatnya, tiba-tiba
diketahui bahwa jaringan paru-paru telah dipenuhi cairan.
c. Pneumonia yang di sebabkan oleh mikoplasma
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi ketika
perang dunia kedua. Mikoplasma merupakan agen terkecil di alam bebas yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak dapat di klasifikasikan
sebagai bakteri maupun virus, meskipun mikoplasma memiliki sifat-sifat bakteri
maupun virus.
Pneumonia yang disebabkan oleh mikoplasma memiliki
ciri-ciri yang berbeda di bandingkan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
maupun virus. Oleh karena itu, pneumonia yang disebabkan oleh mikoplasma
disebut pneumonia yang tidak tipikal (atypical pneumonia)
Pneumonia jenis ini pada dasarnya menyerang segala
lapisan usia, namun anehnya pneumonia ini justru menyerang laki-laki usia
remaja maupun menjelang usia dewasa. Pneumonia ini cenderung tidak berbahaya
dan dapat sembuh dengan sendirinya meskipun tanpa dilakukan pengobatan.
d. Pneumonia jenis lain
Pneumonia jenis ini diduga disebabkan oleh jamur.
Pneumonia jenis ini biasanya menjadi awal serangan penyakit bagi pengidap
HIV/AIDS. Pneumonia jenis ini disebut pneumocystis carinii pneumonia.
Oleh karena itu, pneumonia jenis ini sering hanya disebut PCP saja. Sebenarnya
jamur penyebab PCP terdapat dalam tubuh setiap orang. Orang dengan sistem
kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Akan tetapi orang yang
memiliki daya tahan tubuh yang rendah seperti halnya penderita HIV/AIDS, sangat
mudah terjangkit jamur ini.
2.
Gejala pneumonia
Gejala
yang ditimbulkan pneumonia tergantung penyebabnya. Gejala-gejala pneumonia
sebagai berikut.
a. Pneumonia
oleh bakteri
Gejala pneumonia yang timbul akibat serangan
bakteri sebagai berikut
1. Suhu badan tinggi dan berkeringat.
2. Bibir dan kuku lama kelamaan akan membiru karena kekurangan
oksigen.
3. Denyut jantung meningkat karena dengan cepat disertai sakit
pada dada.
4. Mengeluarkan lendir berwarna hijau ketika batuk.
5. Apabila pneumonia telah parah,
penderita akan menggigil dengan gigi bergemeletuk.
b . Pneumonia oleh virus
Gejala pneumonia yang
disebabkan oleh virus sama dengan gejala pada influenza. Gejala pneumonia yang
timbul akibat serangan virus sebagai berikut.
1. Demam tinggi kadang disertai dengan bibir yang membiru.
2. Batuk kering disertai nafas sesak.
3. Badan terasa letih dan
lesu disertai ngilu diseluruh tubuh.
4. Semakin lama batuk,
semakin hebat disertai keluarnya lendir.
c. Pneumonia
oleh mikoplasma
Pneumonia yang disebabkan
oleh infeksi mikoplasma menunjukkan gejala sebagai berikut .
1. Gejala yang paling sering berupa batuk berat, namun
lendir yang dikeluarkan hanya sedikit.
2. Demam dengan tubuh
menggigil, akan tetapi gejala ini hanya muncul pada awal terjangkitnya
pneumonia.
3. Kadang-kadang disertai mual dan muntah.
4. Tubuh merasa lemah dalam waktu lama.
3.
Pengobatan dan pencegahan pneumonia
Meskipun pneumonia
menyebabkan kematian yang relatif tinggi, akan tetapi pneumonia masih dapat
diobati. Pengobatan cenderung lebih mudah apabilah penderita masih berusia muda
dan mempunyai sistem kekebalan tubuh yang baik. Selain itu pengobatan yang
dilakukan juga semakin manjur apabila
pengobatan dilakukan secepatnya. Pengobatan dapat secepatnya dilakukan apabila
penyakit dapat di deteksi sedini mungkin.
Pengobatan pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan menggunakan antibiotik. Selain
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri, antibiotik juga dapat digunakan untuk
mengobati pneumonia yang disebabkan oleh mikoplasma, dan jamur pada penderita
HIV/AID (PCP).
Pneumonia yang disebabkan
virus belum terdapat obat khusus yang dapat mematikan virus. Akan tetapi saat
ini sudah terdapat beberapa antivirus yang dapat digunakan. Meskipun penderita
telah membaik dan sembuh namun tetap memerlukan pengobatan lanjutan untuk
mencegah pneumonia kambuh kembali.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Almasri
(2011). Mycoplasma Pneumoniae Respiratory Tract Infections
Among Greek Children. Hippokratia
: 147–152.
2. Arikunto, Suharsimin (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta :
Rineka Cipta.
3. Aziz, Hidayat (2010). Metode
Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya : Health Books
Publishing.
4. Calvo
C. (2007). Role of rhinovirus in hospitalized
infants with respiratory tract infections in Spain. Pediatric Infection Dis
J; 26: 904-8.
5. Cartamil
S. (2008). Estudio de dos nuevos virus respiratorios en poblacion pediatrica
con infeccion respiratoria aguda: el metapneumovirus (hMPV)y el bocavirus
(hBoV). Revista Argentina Microbiologia; 40 Supl: 78.
6. Chandra Budiman, (2007). Pengantar
Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Chandra Budiman, (2009). Ilmu
Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
8. Corwin, Elizabeth (2008). Buku Saku
Patofisiologi, ed. 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
9.
Debora
N. (2012). Rhinovirus detection by real-time RT-PCR in children with acute
respiratory infection in Buenos Aires, Argentina. Revista
Argentina de Microbiologia; 44: 259-265
10. Depkes RI. (2000). Informasi
tentang ISPA pada Balita. Jakarta: Pusat Kesehatan Masyarakat Depkes RI.
11. Depkes RI. (2004). Pedoman Program
Pemberantasan Peneumonia Pada Balita. Jakarta : Direktorat Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Pemukiman.
12. Depkes RI. (2012). Buletin Jendela
Epidemiologi Pneumonia Balita. Jakarta : Depkes RI.
13. Dinkes Kab. Jombang. (2010). Kondisi
Geografis Kecamatan Mancar Tahun 2010. Jombang : Bidang Yankesmas
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.
14. Djaja S, dan Afifah T. (2001).
Determinan Prilaku Pencarian Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan. 29:1-10.
15. Erlien (2008). Penyakit Saluran
Pernapasan. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
16. Kartasasmita CB. (2010). Morbiditas
dan Faktor Risiko ISPA pada Balita di Indonesia. Majalah Kedokteran Jakarta.
25:135-142.
17. Keman S. (2004). Pengaruh Lingkungan
Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 1: 30-43.
18. Narbuko, Cholid (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Bumi Aksara
19. Nastiti Rahajoe, dkk. (2008). Buku
Ajar Respirologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
20. Nindya TS dan Sulistyorini L. (2005).
Hubungan Sanitasi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada Anak Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2:43-52.
21. Notoadmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
22. Notoadmodjo, Soekidjo (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
23. Nursalam (2003). Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
24. Nursalam (2009). Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrument
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
25. Nursalam dan Siti pariani (2008). Pendekatan
Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
26. Ranuh IGN. (1997). Masalah ISPA dan
Kelangsungan Hidup Anak. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan
Anak.
27. Saryono (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia.
28. Savolainen
C. (2003). Human rhinoviruses.
Pediatric Respiratory. Rev 2003; 4: 91-8.
29. Setiadi (2007). Konsep dan
Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
30. Sugiono (2000). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabet.
31. Sugiyono (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
32. Suryo, Joko (2010). Herbal
Penyembuh Gangguan Sistem Pernafasan. Yogyakarta : PT Bentang Pustaka.
33. Sylvia, Price A. (2005). Patofisiologi
: Konsep Klinis proses – proses Penyakit ; Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
34.
Tambayong Jan (1999). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.
35. Wasis (2008). Pedoman Riset Praktis
untuk Profesi Perawat. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
36. Yusuf NA dan Sulistyorini L. (2008).
Hubungan sanitasi rumah secara fisik dengan kejadian ISPA pada anak
Balita. Jurnal Kesehatan Lingkungan.1:110-119.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar