PERILAKU SEHAT
1.
Pengertian
Perilaku Sehat
Perilaku
adalah kegiatan manusia atau makhluk hidup lain yang dapat dilihat secara
langsung pada waktu tertentu di satu tempat tertentu . Sedangkan perilaku sehat
adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan (Ircham, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2010), Perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku
sehat mencakup perilaku-perilaku (overt dan
covert behavior) dalam mencegah atau
menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab
masalah kesehatan dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan.
Contoh: makan dengan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan minuman
keras (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan
menurut Sunaryo (2004) Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit,
perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan
bergizi.
2.
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
1.
Faktor genetik atau
faktor endogen
Faktor genetik
atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal
untuk
berkelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal
dari dalam diri individu (endogen). Antara lain :
a.
Jenis ras
Setiap
ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan
lainnya.
b.
Jenis kelamin
Perbedaan
perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan
pekerjaan sehari–hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional atau
akal, sedangkan wanita atas dasar pertimbangan emosional atau perasaan.
Perilaku pada pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminim.
c.
Sifat fisik
Perilaku
individu akan berbeda beda karena sifat fisiknya, misalnya perilaku individu
yang pendek dan gemuk berbeda dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d.
Sifat kepribadian
Pengertian
kepribadian yang dikemukakan oleh Marasmis (1999) adalah keseluruhan pola
pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam
usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya. Sedangkan kepribadian
menurut masyarakat awam adalah bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan
bagi individu lainnya.
e.
Bakat pembawaan
Menurut
Notoatmodjo (1997) bakat merupakan kemampuan Individu untuk melakukan sesuatu
yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut. Bakat
merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta bergantung pada
adanya kesempatan untuk pengembangan.
f.
Intelegensi
Intelegensi
adalah kemampuan untuk berfikir abstrak . Intelegensi
sangat berpengaruh
terhadap perilaku individu. Individu yang intelegen yaitu individu yang dalam
mengambil keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sebaliknya bagi
individu yang memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan
bertindak lambat.
2.
Faktor eksogen atau
faktor dari luar individu
a.
Faktor lingkungan
Lingkungan
menyangkut segala sesuatu yang ada sekitar individu, baik fisik, biologis
maupun sosial. lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku individu karena
lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan perilaku.
b. Pendidikan
Kegiatan
pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan
perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari tidak dapat menjadi dapat.
c. Agama
Agama
sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi kepribadian
seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi, dan
berperilaku individu.
d. Sosial
ekonomi
Keluarga
yang status sosial ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan fasilitas
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap perilaku individu-individu yang ada di dalam keluarga tersebut.
e. Kebudayaan
Kebudayaan
adalah keseluruhan gagasan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar, serta dari hasil budi dan karyanya itu. Dalam arti sempit kebudayaan
diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban manusia. Hasil
kebudayaan manusia akan memengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
3.
Faktor-faktor lain
a. Susunan
saraf pusat
Memegang
peranan penting karena merupakan sarana untuk memindahkan energi yang berasal
dari stimulus melalui neuron ke simpul saraf tepi yang seterusnya akan berubah
menjadi perilaku.
b. Persepsi
Persepsi
merupakan proses diterimanya rangsang melalui pancaindra, yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di
dalam maupun di luar dirinya. Melalui persepsi dapat diketahui perubahan
perilaku seseorang.
c. Emosi
Emosi
adalah manifestasi perasaan atau efek keluar disertai banyak komponen
fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama. Perilaku individu dapat
dipengaruhi emosi. Aspek psikologis yang memengaruhi emosi berhubungan erat
dengan keadaan jasmani.
3.
Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
Dalam
teori Snehandu B. Kar (1983) menganalisis perilaku manusia dari tingkat
kesehatan yaitu :
1.
Faktor-faktor
predisposisi (predisposing faktors)
Faktor-faktor
predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan sebagainya.
2.
Faktor-faktor pendukung
(enabling factors)
Faktor-faktor
pendukung yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia, atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan. Misalnya: puskesmas, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya
3.
Faktor-faktor pendorong
(renforcing factors)
Faktor-faktor
pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
|
Di mana :
B
: Behaviour RF:
Reinforcing factors
PF:
Predisposing factors f:
fungsi
EF:
Enabling Factors
Disimpulkan
bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.
4.
Klasifikasi
Perilaku Sehat
Klasifikasi
perilaku sehat menurut Notoatmodjo (2007) yaitu :
1.
Makan dengan menu
seimbang.
Menu
seimbang (approriate diet). Menu seimbang di sini dalam arti
kualitas
(mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak
lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat
sehat lima sempurna.
2.
Olahraga teratur
Olahraga
teratur juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi
dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya kedua aspek ini tergantung
dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3.
Tidak merokok
Merokok
adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya
kebiasaan merokok ini, khususnya Indonesia, seolah-olah sudah membudaya. Hampir
50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
4.
Tidak minum-minuman
alkohol
Kebiasaan
minum alkohol cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan
sudah mempunyai kebiasaan minum-minuan alkohol dan makin meningkat pula.
5.
Istirahat yang cukup.
Dengan
meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian dengan
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga
waktu istirahat berkurang. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan. Istirahat
cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik, tetapi juga untuk
kesehatan mental. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar manusia untuk
mempertahankan kesehatan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
6.
Pengendalian atau manajemen
stres
Stress
akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan.
Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di
atas. Kecenderungan stress akan meningkat pada setiap orang. Stres tidak dapat
dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi,
mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan
kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental (Notoatmodjo,2010).
Kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan
yang positif.
7.
Perilaku atau gaya
hidup lain yang positif bagi kesehatan
Perilaku
atau gaya hidup lain yang baik untuk kesehatan, yang intinya adalah tindakan
atau perilaku seseorang agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan
masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan
(Notoatmodjo,2010).
5.
Perilaku
Sehat dan Tekanan Darah Pada Hipertensi
Menurut
Rusdi (2009), beberapa hal yang diperhatikan perilaku sehat dan tekanan darah
hipertensi :
1. Perilaku Sehat
Hipertensi dengan Melakukan Olahraga
Kebiasaan
melakukan olahraga sangat baik untuk mengantisipasi terjadinya hipertensi,
Aktivitas fisik yang teratur dan cukup dapat menguatkan otot jantung sehingga
jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan usaha minimal efeknya kerja
jantung menjadi lebih ringan sehingga kerja jantung menjadi lebih ringan
sehingga hambatan pada dinding arteri berkurang. Dengan demikian berefek pada
perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi (Junaidi, 2010). Olahraga
yang dinilai baik untuk mengantisipasi hipertensi, diantaranya olahraga yang
bersifat isotonik.
Dengan
membiasakan diri melakukan olahraga isotonik, maka tubuh kita mampu menyusutkan
hormon-hormon lain (Hormon angiotensis) yang menjadi penyebab menciutnya
pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah. Olahraga
isotonik dapat meningkatkan kemampuan jantung, otot- otot tubuh, dan paru-paru.
Olahraga jenis ini meliputi jalan kaki (Berjalan kaki minimal 3 kilometer
selama sekitar 30 menit sehari), Joging (dapat dilakukan sama seperti jalan
kaki, dengan jarak sekitar 3 kilometer selama 20 menit sehari), Lain-lain:
senam. Penderita hipertensi, sebaiknya menghindari olahraga dengan mengangkat
beban maupun olahraga yang berat-berat lainnya. Olahraga yang berat merupakan
olahraga jenis isometrik yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009).
2. Perilaku Sehat Dengan
Memperhatikan Makanan dengan Menu Seimbang
Makanan
seimbang adalah konsumsi makanan bergizi seimbang yang dibutuhkan tubuh agar
sehat. Makanan ini mengutamakan makan banyak gandum yang intinya karbohidrat
komplek, buah, sayur yang intinya serat dan produk susu rendah kalori.
Mengkonsumsi lebih banyak buah dan sayuran yang tinggi potasiumnya seperti
kacang-kacangan. Potasium dapat membantu menurunkan tekanan darah. Buah-buahan
dan sayuran yang tinggi seratnya juga mempunyai kemampuan untuk menurunkan
tekanan darah.
Manfaat
makanan seimbang pada tekanan darah antara lain: Dapat menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi, baik yang sistolik maupun diastolik, sehingga
menggantikan pemakaian obat hipertensi dalam batas tertentu, Dapat menurunkan
berat badan, akan memperkaya kalium, kalsium, magnesium, membantu mengendalikan
hipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskuler. (santoso, 2010). Menu makanan
untuk hipertensi terdiri atas bahan makanan yang merupakan sumber kalium,
kalsium, magnesium, serat makanan dan sayuran, buah, dan susu, serta membatasi
lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras (Widian, 2009).
Makanan
Rendah Garam
Yang
dimaksud garam disini adalah garam natrium. Natrium bersifat mengikat air pada
saat air. Pada saat garam dikonsumsi, maka garam tersebut mengikat air sehingga
air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya
volume darah. Apabila volume darah meningkat, kerja jantung akan meningkat dan
akibatnya tekanan darah pasti juga meningkat. Seorang makan dengan rendah
garam, natrium yang bersifat mengikat air, air tidak terserap kedalam
intravaskuler sehingga volume darah tidak meningkat akibatnya tekanan darah
tidak meningkat (Widian, 2009)
Makanan rendah kolestrol
Kolesterol
adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tubuh. Unsur ini dibutuhkan
untuk pembentukan hormon kartikoid, hormon testosteron pada laki-laki dan
esterogen wanita, pada anak dibutuhkan untuk perkembangan sel-sel otaknya.
Kolesterol LDL berbahaya dan sering disebut kolesterol jahat. Kolesterol ini
mengangkut kolesterol paling banyak dalam darah. Kolesterol HDL dan LDL
mempunyai fungsi saling berlawanan.
LDL
dan HDL harus pada keseimbangan dinamik. Saat terjadi ketidakseimbangan, dapat
terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri, membuat pembuluh darah menyempit
dan menghalangi aliran darah terjadi peningkatan tekanan darah. Seorang yang
makan rendah kolesterol akan terjadi keseimbangan HDL dan LDL sehingga
pengendapan kolesterol dalam arteri menurun, membuat pembuluh darah mengendor
(vasodilatasi) dan aliran darah lancar, akibatnya tekanan darah tidak meningkat
(Widian, 2010).
Makanan
Tinggi Serat
Serat
dibutuhkan untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan diet
tinggi serat ini adalah untuk menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh dan
kolesterol, menghindari kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol
berat badan. Konsumsi serat untuk setiap garam dapat menurunkan kolesterol LDL
rata – rata 2,2mg /dl. Pergantian pola makan dari serat rendah ke serat tinggi
dapat menurunkan berat badan dan mencegah kegemukan. Kadar kolesterol dan
kegemukan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi (widian, 2010).
3. Perilaku Sehat
Hipertensi dengan Mengurangi Merokok
Kebiasaan
merokok seharusnya dihentikan oleh penderita hipertensi.
karena zat
nikotin yang terdapat dalam rokok dapat merangsang sekresi adrenalin sehingga
meningkatkan pelepasan epineprin, yang dapat mengakibatkan terjadinya
penyempitan dinding arteri. Selain itu, zat lain dalam rokok karbonmonoksida
(CO), yang menyebabkan berkurangnya kadar oksigen akibatnya jantung akan
bekerja lebih berat (Junaidi, 2010). Seorang yang mengurangi merokok maka tidak
ada zat nikotin yang masuk kedalam tubuh, tidak merangsang sekresi adrenalin
dan pelepasan epineprin menurun akibatnya tidak terjadi penyempitan dinding
arteri (vasodilatasi) sehingga terjadi perubahan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Selain mengurangi nikotin dapat mengurangi karbon monoksida (CO)
sehingga kadar oksigen dalam darah tidak berkurang, jantung tidak bekerja lebih
berat (ringan).
4. Perilaku Sehat dengan Mengurangi
Minuman Beralkohol
Selain
mengurangi kebiasaan merokok mengurangi penggunaan alkohol juga berefek pada tekanan darah pada
penderita hipertensi karena mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat
mengganggu dan merusak fungsi beberapa organ. Salah satu diantaranya adalah
hati. Fungsi hati akan terganggu sehingga mempengaruhi kinerja atau fungsi
jantung. Hal itu terjadi karena alkohol merangsang dilepaskannya epinefrin atau
adrenalin, yang membuat arteri menciut dan menyebabkan penimbunan air dan
natrium (Junaidi, 2010).
Seorang
yang mengurangi alkohol tidak merangsang sekresi adrenalin sehingga terjadi
penurunan pelepasan epineprin dan arteri tidak menciut (vasodilatasi) yang
akibatnya tekanan darah tidak naik. Karena semakin banyak mengkonsumsi alkohol
semakin tinggi tekanan darah dan semakin cenderung mendapatkan hipertensi.
5. Perilaku Sehat Hipertensi dengan Mengendalikan Stres
Perubahan
rutinitas hidup dan teknik relaksasi bisa membantu dalam mengatasi stress dan juga
dapat memengaruhi fungsi-fungsi tubuh yang bekerja otomatis. Hubungan antara
stress dan hipertensi terjadi akibat aktivasi saraf simpatis (saraf yang
bekerja pada saat beraktivitas). Aktivitas saraf simpatis yang bekerja secara
aktif dan meningkat, hormon epinefrin akan dilepaskan. Adrenalin akan
meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri vasokontriksi dan
meningkatkan denyut jantung (santoso, 2010).
Menghindari stress membuat aktivitas saraf simpatis
menurun sehingga tidak mengaktifkan medulla adrenal, tidak merangsang sekresi
adrenalin akibatnya pelepasan epineprin menurun dan terjadi vasodilatasi.
Menghindari stress sangat dibutuhkan agar tekanan darah tidak naik. Selain itu
tindakan untuk meredakan stress pada orang hipertensi seperti :
a.
Menerima keadaan
Dapat
menguasai diri dan menerima lapang dada hipertensi yang dialaminya. Harus tetap
hidup dengan santai dan tidak terus menerus merasa khawatir dan takut. Jalani
hidup sebagaimana layaknya.
b.
Melakukan aktivitas
yang baik untuk kesehatan
Aktivitas
di luar rumah yang baik untuk dilakukan adalah berjalan
kaki, berkebun,
membersihkan rumah, serta berolahraga isotonik. Sedangkan aktivitas dalam rumah
yang baik adalah melakukan kegiatan yang menjadi hobi anda seperti melakukan
kerajinan tangan, membaca, menonton televisi, mengobrol, atau sekedar duduk
saja.
c.
Pastikan iman tetap
teguh
Salah
satu pencetus stres adalah karena orang merasa ditinggalkan Tuhan dan atau
karena mereka meragukan kemampuan Tuhan untuk melindungi dan memelihara hidup
mereka. Umumnya jika seseorang memiliki iman yang teguh, ia akan dapat
menjalani kehidupan yang lebih tenang, dan menghindari stres yang
berlebihan.
d.
Teknik relaksasi
Seperti
meditasi, latihan pernapasan dalam, rileksasi otot progresif, dan sebagainya.
Respon relaksasi bekerja lebih dominan pada sistem saraf parasimpatik, sehingga
mengendorkan saraf yang tegang. Saraf parasimpatik berfungsi mengendalikan
fungsi pencernaan, pernapasan, dan denyut jantung untuk membuat tubuh rileks. Kerja
saraf simpatik juga dapat dihambat akibatnya menurunkan keadaan tegang. Ketika
respon relaksasi dirasakan oleh tubuh akan memperlambat detak jantung sehingga
denyutnya dalam memompa darah keseluruh tubuh menjadi lebih efektif. Selain itu
tekanan darah menurun, kecepatan pernapasan berkurang, dan kadar gula kembali
normal (Junaidi, 2010).
6. Perilaku Sehat
Hipertensi dengan Istirahat yang Cukup
Kurang
istirahat tentu membuat seseorang cenderung stress, dan stress membuat seseorang
tidak dapat istirahat dengan nyenyak. Menyeimbangkan istirahat dan aktivitas
dapat membantu mempertahankan tonus otot dan penggunaan oksigen secara efisien,
yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan terhadap darah yang mengandung
oksigen.
Tekanan
darah dipengaruhi oleh secara sistem otonom yakni simpatis dan parasimpatis
pada orang yang istirahatnya kurang didapatkan peningkatan aktivitas simpatis
dan penurunan aktivitas parasimpatis (Deshinta, 2009). Sebaiknya seorang yang
hipertensi harus mengatur jadwal untuk istirahatnya agar aktivitas simpatis
menurun dan aktivitas parasimpatis meningkat (Stanly, 2006).
7.
Perilaku
atau Gaya Hidup Positif Yang Lain Untuk Kesehatan
Perilaku
atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan yang intinya untuk
meningkatkan kesehatan seperti membatasi konsumsi kafein. Kafein merupakan
suatu zat yang dapat meningkatkan tekanan darah dan terdapat dalam kopi, teh,
coklat, dan soft drink. Efek kafein
bisa meningkatkan tekanan darah pada sebagaian orang. Cara kafein meningkatkan
tekanan darah adalah merangsang kelenjar adrenal melepaskan lebih banyak
adrenalin dan kortisol, sehingga arteri berkontraksi. Untuk mengurangi efeknya
batasi konsumsi kafein agar tidak merangsang kelenjar adrenal melepaskan lebih
banyak adrenalin dan kortisol.
DAFTAR
PUSTAKA
Chandra,
Budiman (2008). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: EGC
Darmojo,
Boedhi dan Martono (2004). Geriatri. Edisi
3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)
Gunawan
(2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: penerbit kansius
Indriyani,
Widian (2009). Deteksi dini kolestrol,
hipertensi, dan stroke. Jakarta : milistone
Junaidi,
Iskandar (2010). Hipertensi ( Pengenalan, pencegahan, dan pengobatan).
Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer
Lapau,
Buchari (2009). Prinsip dan Metode Epidemiologi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Machfoedz,
Ircham (2005). Pendidikan Kesehatan dan
Promosi Kesehatan. Jakarta : Tramaya
Notoatmodjo,
Soekidjo (2007). Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,
Soekidjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan .
Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo,
Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nugroho,
wahyudi (2008). Keperawatan Gerontik dan
Geriatri. Jakarta : EGC
Nursalam
(2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Price,
Sylvia A (2005). Patofisiologi Konsep
Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC
Potter, A Patricia (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Volume 1. Jakarta : EGC
Santoso,
Djoko (2010) . Membonsai Hipertensi.
Surabaya : Jaring pena
Setiadi
(2007). Konsep dan penulisan riset
keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta : Graha ilmu
Stanly,
Micke (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Jakarta : EGC
Sudarth
dan Brunner (2002). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo,
Aru (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam
jilid 1. Edisi V. 2010. Jakarta : Internal publishing
Sunaryo
(2004). Psikologi Keperwatan. Jakarta
: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar