SEKILAS
TENTANG BAYI GUMOH (REGURGITASI)
1.
Pengertian
Regurgitasi
Regurgitasi
adalah suatu keadaan yang normal dimana bayi memuntahkan sebagian susu yang
telah ditelan, jika berlebihan dan tidak ditangani, bisa mengakibatkan
komplikasi serta terganggunya pertumbuhan bayi (Hegar, 2005). Regurgitasi
berbeda dengan muntah – muntah, bedanya regurgitasinya terjadi seperti
ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup
banyak bersifat pasif. Sedangkan muntah cenderung dalam jumlah banyak dan
dengan kekuatan atau tanpa kontraksi lambung (Erlina, 2008).
2.
Penyebab
Regurgitasi
A).ASI
atau air susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung
Lambung
yang penuh menyebabkan bayi regurgitasi. Ini terjadi karena makanan yang
terdahulu belum sampai ke usus, sudah di isi makanan lagi. Akibatnya bayi
regurgitasi.
B).Posisi
menyusui yang salah
Sering
ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring, sementara posisi bayi tidur
terlentang. Akibatnya susu dari lambung kembali kerongkongan sehingga terjadi
regurgitasinya.
C).Pemakaian
lubang dot yang salah
Jika
bayi suka lubang dot besar diberi lubang dot yang kecil, bayi akan malas
menghisap, karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari lubang dot dan
memenuhi mulut bayi dan lebih banyak udara masuk. Udara yang masuk kedalam
lambung membuat bayi regurgitasi.
D).Klep
penutup lambung belum berfungsi sempurna
Dari
mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung.
Diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi klep ini
belum sempurna, akibatnya bayi dalam posisi yang salah susu akan keluar dari
mulut.
E).Terlalu
aktif
Pada
saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis ini akan
membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dari mulut (Erlina,
2008).
F).Bayi
kembung
Lambung
bayi terisi oleh udara, sehingga cairan yang masuk mudah terdesak keluar.
G).Pemakaian
gurita yang terlalu ketat
Pemakaian
gurita yang terlalu ketat dapat menghambat mengembangnya lambung, sehingga menurunkan
daya tampung lambung. Selain itu pemakaian gurita membuat organ pernafasan dan
pencernaan kurang berkembang maksimal.
H).Intoleransi
susu formula
Bayi
tidak dapat mencerna laktosa yang dikandung susu formula, sehingga terjadi
reflek muntah setiap kali minum.
I).Pemberian
makanan pendamping ASI terlalu dini (<6 bulan="bulan" span="span">6>
Pencernaan
belum siap menerima makanan padat, sehingga rentan terjadi perlukaan lambung,
usus dan diare.
J).Cacat
bawaan
Bila
cacat pada mulut maupun pencernaan bagian dalam, yang menyebabkan bayi tidak
mampu menelan atau mencerna makanan (Raihan, 2009).
3.
Penanganan
Regurgitasi
A)Saat
bayi regurgitasi sebaiknya miringkan atau tengkurapkan bayi.
Biarkan
saja bayi regurgitasi sampai tuntas, jangan ditahan agar regurgitasinya tidak
masuk kedalam saluran nafas yang dapat berakibat fatal. Jangan mengangkat bayi
saat regurgitasi, segera mengangkat bayi ketika tidur itu berbahaya, karena
regurgitasi bisa turun lagi, masuk ke paru-paru dan akhirnya malah mengganggu
paru bisa radang paru.
B)Jika
regurgitasi keluar lewat hidung bersihkan segera regurgitasinya dengan tisu
atau kain. Regurgitasi yang keluar lewat hidung lebih baik, dari pada cairan
dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau
infeksi, regurgitasi pada bayi tidak hanya keluar dari mulut tapi juga bisa
dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung dan tenggorokkan mempunyai
saluran yang tidak berhubungan. Pada saat regurgitasinya berlebih dan tidak
semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan keluar lewat hidung (Erlina,
2008).
Namun
jika gumoh ini disertai dengan komplikasi, maka perlu penanganan lebih lanjut
dari dokter untuk menghentikannya. Gumoh yang berbahaya ini disebabkan karena
asam lambung meningkat yang dipicu oleh iritasi di kerongkongan, peradangan di
kerongkongan, sehingga bayi menolak makan dan diminum akhirnya berpengaruh pada
berat badan bayi yang tak kunjung bertambah. Selain itu anak jadi gelisah,
rewel, nangis, dan selalu menolak minum (Yuanita, 2008)
4.
Cara
mencegah Regurgitasi
Langkah
– langkah berikut akan mengurangi frekuensi dan jumlah regurgitasi (Shelov,
2005)
1)
Hindarkan
memberikan ASI atau susu saat bayi berbaring, jaga agar bayi tetap pada posisi
tegak sekitar 30 menit setelah menyusui.
2)
Hindari
meletakkan bayi dikursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3)
Hindari
merangsang aktivitas berlebihan setelah bayi disusui.
4)
Kontrol
jumlah ASI dan susu yang diberikan, berikan ASI dan susu sedikit demi sedikit
tapi sering selalu usahakan cairan yang masuk lebih banyak dari cairan yang
keluar.
5)
Cek
lubang dot yang digunakan untuk memberikan ASI atau susu, jika lubang terlalu
kecil akan meningkatkan udara yang masuk, jika terlalu besar akan mengalir
dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi regurgitasi.
6)
Hindarkan
pemberian ASI dan susu ketika bayi sangat lapar karena bayi akan tergesa-gesa
saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
7)
Jika
menyusui, posisi bayi dimiringkan, kepala bayi lebih tinggi daripada kakinya
sehingga membentuk sudut 45°, jadi cairan yang masuk bisa turun kebawah
(Erlina, 2008).
8)
Hindari
interuptus, suatu yang mengejutkan, lampu yang terang dan gangguan lainnya saat
menyusui.
9)
Ganjal
kepala bayi dengan sesuatu yang agak keras (bantal) dan taruh posisi bayi dalam
posisi miring. Hal ini membuat kepala lebih tinggi dari pada lambungnya dan
mencegah bayi tersedak kalau dia regurgitasi pada saat tidur (Shelov, 2005).
10) Perbaiki teknik
menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian
aerola dan dagu menempel payudara ibu.
11) Apabila menggunakan
botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol diatur sedemikian rupa sehingga
susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam
mulut bayi.
12) Sendawakan bayi
sesaat setelah minum, bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan,
tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan sebagai
berikut :
a)
Gendong
bayi dengan posisi tegak dengan kepalanya bersandar di bahu ibu tahan kepala
dengan punggung sewaktu menepuk – nepuk punggung bayi dengan lembut, sampai
terdengar bayi bersendawa.
b)
Dudukkan
bayi dipangkuan ibu, dengan menyongkong dada dan kepalanya menggunakan satu
tangan, sementara tangan yang satunya menepuk –nepuk punggung bayi.
c)
Telungkupkan
bayi dipangkuan ibu, sokong kepalanya sehingga lebih tinggi daripada dadanya,
dan dengan lembut tepuk atau putar tangan ibu pada punggung si bayi (Shelov,
2005).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Alimul,
Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika.
Jakarta
2.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka
Cipka. Jakarta
3.
Azwar,
Saifuddin. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
4.
Badriul,
Hegar. 2005. Gumoh Bisa Mengganggu Pertumbuhan Bayi.
http://www.suaramerdeka.com diakses tanggal 15 April 2012
5.
Donna.
2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta
6.
Erlina.
2008. Gumoh dan Muntah. http://kuliahbidan.wordpress.com diakses tanggal 15
April 2012
7.
Khoirunnisa,
Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha Medika.
Yogyakarta
8.
Notoatmodjo,
Soekitdjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
9.
Nursalam.
2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Salemba
Medika. Jakarta
10. Nursalam. 2009.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
Jakarta
11. Saryono. 2011.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia. Yogyakarta
12. Setiadi. 2007. Konsep
dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
13. Sodikin. 2011. Asuhan
Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Salemba
Medika. Jakarta
14. Sugiyono. 2002.
Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung
15. Sugiyono. 2007.
Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung
16. Wawan, A dan Dewi.
2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Salemba
Medika. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar