RINITIS
RINITIS
ALERGIKA
Batasan: penyakit inflamasi pada mucosa hidung setelah
terpajan alergen yang diperantai oleh Ig E
Patofisiologi:
kontak alergen pada penderita yang hipersensitif (atopi) akan menyebabkan
keluarnya zat mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotriaen,
bradikinin, sitokin, yang menyebabkan reaksi alergi seperti: gatal, bersin,
hidung buntu, ingus encer
Gejala
klinis:
Didahului
gatal2 pada hidung, mata
Bersin2
paroksismal, pilek encer dan hidung buntu
Gangguan
pembauan, mata sembab dan berair, sakit kepala
Ada
manifestasi alergi pada organ lain/ keluarga
Tanpa
tanda infeksi
Sering
kambuh jika kontak dengan allergen
Penatalaksanaan:
Menghindari
kontak alergen
Medikamentosa:
antihistamin, dekongestan (tetes hidung)
Operatif:
konkotomi parsial, jika kauterisasi dengan AgNO3 25% tidak berhasil
Imunoterapi
→ membentuk Ig G blocking antibody dan penurunan Ig E
RINITIS
VASOMOTOR
Batasan:
sindroma/ gejala kronis yang berupa bersin2, pilek encer dan hidung buntu yang
tidak diketahui penyebabnya
Patofisiologi:
etiologi pasti belum diketahui, diperkirakan ada ketidak seimbangaan SSO yaitu
antara aktivitas kolinergik dan adrenergik
Nama
lain: Vasomotor catarrh, vasomotor rinorhoe, nasal vasomotor instability, non
alergic perennial rhinitis
Gejala
klinis:
Gejala
sering dipicu oleh asap, bau menyengat, parfum, alkohol, pedas, udara dingin,
kelelahan, stress
Hidung
tersumbat, rinorhaoe, bersin2
Biasanya
kambuh waktu pagi (dingin), mendung (kelembaban tinggi)
Penatalaksanaan:
Menghindari
faktor pencetus
Simptomatis:
dekongestan oral, cuci hidung dengan garam fisiologis, kauterisasi dengan AgNO3
25% atau triklor asetat pekat
Operasi:
konkotomi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar