SEKILAS
TENTANG POLA MAKAN
1.
Pengertian
Pola Makan
Pola
makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan
ciri khas untuk suatu kelompok masyaraka tertentu (Sulistyoningsih, 2011). Pengertian pola makan menurut Sri Handajani
adalah tingkah laku manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi akan makanan
yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan, sedangkan menurut
Suhardjo pola makan di artikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang
untuk memilih makan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh-pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Sumber lain
mengatakan bahwa pola makan di definisikan sebagai karateristik dari kegiatan
yang berulang kali dari individu dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan,
sehingga kebutuhan fisiologis, sosial dan emosionalnya dapat terpenuhi (Sulistyoningsih, 2011).
Pola
makan menurut beberapa pakar yaitu cara pemenuhan kebutuhan zat gizi yang diperoleh
dari makanan yang digunakan sebagai bahan energi tubuh. Pola makan atau pola
konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, 2009). Menurut
Soegeng Santosa dan Anne Lies Ranti (2004) pola makan merupakan berbagai
informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang
dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok
masyarakat tertentu. Menurut Khumaidi (2007) pola makan adalah tingkah laku
manusia atau sekelompok manusia dalam pemenuhan kebutuhannya akan makan yang
meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan. Menurut Imelda (2009) pola
makan adalah cara konsumsi seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan cara
yang teratur.
2.
Pola
Makan Ibu Hamil
Pola
makan yang baik selalu mengacu kepada gizi seimbang yaitu terpenuhinya semua
zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Pentingnya nutrisi yang tepat
sesuai dengan kebutuhan gizi ibu hamil memang belum sepenuhnya disadari oleh
masyarakat Indonesia. Pada trimester pertama memang kebutuhan gizi ibu hamil
secara umum masih sama dengan wanita dewasa biasa yang mempertahankan
kesehatannya. Namun nilai gizi harus tetap diperhatikan, mengingat semakin
menjamurnya makanan siap saji dan pola makan yang cenderung kurang asupan dan
variasi gizi serta digunakannya zat aditif (Muliarini, 2010).
3.
Faktor
Yang Mempengaruhi Pola Makan
Pola
makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan makan seseorang.
Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor
ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan lingkungan (Sulistyoningsih,
2011)
a. Faktor ekonomi
Variabel
ekonomi yang cukup dominan dalam meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan
kulitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan
menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Meningkatnya
taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh promosi melalui iklan serta
kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahaan gaya hidup dan timbulnya
kebutuhan psikogenik baru di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas.
Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuangi gizi yang cukup, akan
menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari,
sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih di dasarkan kepada pertimbangan
selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor,
terutama jenis siap santap (fast food), seperti ayam goreng, pizza, hamburger
dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama di kalangan generasi muda dan
kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas.
b.Faktor
Sosio Budaya
Pantangan
dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengarui oleh faktor budaya/kepercayaan.
Patangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnnya mengandung perlambang
atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun akan
menjadi kebiasaan/adat. Kebudayaan suatu masyarat mempunyai kekuatan yang cukup
besar untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan
dikomsumsi.
Kebudayaan
menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar
biologinya, temasuk kebutuhan terhadap pangan. Budaya mempengaruhi seseorang
dalam menentukan apa yang akan di makan, bagaimana pengolahannya, persiapan dan
penyajiannya, serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut di
konsumsi. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh dan tidak boleh
mengkonsumsi suatu makanan (dikenal dengan istilah tabu).
Tidak
sedikit hal yang di tabukan merupakan hal yang baik jika di tinjau dari
kesehatan, salah satu contohnya adalah anak balita tabu mengkonsumsi ikan laut
karena di khwatirkan akan menyebabkan
kecacingan. Padahal dari sisi kesehatan berlaku sebaliknya mengkonsumsi
ikan sangat baik bagi balita karena memiliki kandungan protein yang sangat di
butuhkan untuk pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota masyarakat yang
biasanya memiliki pantangan terhadap makanan tertentu, yaitu balita, ibu hamil,
dan ibu menyusui.
c.Agama
Pandangan
yang didasari agama, khususnya islam disebut haram dan individu yang melanggar
hukumnya berdosa adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu dari sisi
agama di karenakan makanan/minuman tersebut membahayakan jasmani dan rohani
bagi yang mengkonsumsinya. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi pemilihan
bahan makanan yang akan di konsumsi.
d.Pendidikan
Pendidikan
dalam hal ini biasanya di kaitkan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap
pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi salah satu contoh, prinsip
yang di miliki seseorang dengan pendidikan rendah biasanya adalah yang penting
mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak di
bandingkan dengan kelompok bahan makanan lainnya. Sebaliknya kelompok dengan
orang pendidikan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber
protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain.
e.Lingkungan
Faktor
lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan.
Lingkungan yang di maksud dapat berupa lingkungan keluarga, serta adanya
promosi melalui media elektronik maupun cetak, kebiasaan makan dalam keluarga
sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap
makanan terbentuk dari kebiasaan makanan
yang terdapat dalam keluarga.
Lingkungan
sekolah, termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya dan keberadaan tempat
jajan sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan, khususnya bagi siswa
sekolah. Anak yang mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan sehat dari
para gurunya dan di dukung oleh tersediaannya kantin atau tempat jajan yang
menjual makanan yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada anak.
4.Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kebutuan Gizi
Kebutuhan
gizi setiap golongan umur dapat di lihat pada angka kecukupan gizi yang di
anjurkan (AKG). Penentuan kebutuhan di laakukaan berdasarkan umur, pekerjaan,
jenis kelamin, dan kondisi khusus seperti pola kondisi setiap orang
berbeda-beda hal ini di pengaruhi oleh (Sulistyoningsih, 2011).
a.Umur
Kebutuhan
zat gizi pada orang dewasa berbeda dengan kebutuhan gizi pada usia balita
karena pada masa balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat.
Semakin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk
tiap kilogram berat badannya. Sebagai contoh kebutuhan energi dan protein bayi
usia 0-6 bulan dengan berat badan 6 kg adalah 550 kkal dan 10 gram, sedangkaan
orang dewasa (laki-laki) dengan berat badan 62 kg adalah 2350 kkal dan 60 gram,
sedangkan dewasa lanjut (laki-laki) dengan berat badan yang sama sebesar 2050
kkal dan 60 gram.
b.Aktifitas
Kebutuhan
zat gizi seseorang di tentukan oleh aktifitas yang di lakukan sehari-hari,
makin berat aktifitas yang di lakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi,
terutama energi. Contohnya seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan,
membutuhkan energi 2800 kal, sedangkan bila bekerja berat membutuhkan energi
3600 kal. Hal ini dikarenakan kebutuhan oksigen untuk melakukan aktifitas berat
meningkat.
c.Jenis
Kelamin
Kebutuhan
zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada usia
dewasa. Perbedaan ini terutama di sebabkaan oleh jaringan penyusun tubuh dan
jenis aktifitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari
pada laki-laki, Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak otot. Hal ini
menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi sehingga kebutuhan
energi basal laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Kebutuhan zat gizi
lainnya yang berbeda antara laki-laki dan perempuan adalah kebutuhan zat basi.
Perempuan membutuhkan zat besi 2 kali lebih besar dari kebutuhan zat besi
laki-laki.
d.Daerah
Tempat Tinggal
Seseoarang
yang tinggal di daerah pegunungan yang dingin membutuhkan kecukupan energi yang
lebih tinggi di bandingkan yang tinggal di daerah pesisir yang panas.
DAFTAR
PUSTAKA
4.
Baliwati,
A. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Liberty:Jogjakarta.
5.
http://bankdata.depkes.go.id._profil_kesehatan_indonesia,
2009 (Diakses pada 15 Mei 2012)
6.
Imelda.
2009. Perawatan Kehamilan dan Bayi. Pustaka Pelajar : Jakarta
7.
Mansjoer,
A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. EGC : Jakarta.
8.
Muliarini,
P. 2010. Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. EGC : Jakarta.
9.
Nursalam,
2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
10. Nursalam, 2011.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
11. Prawirohardjo, S.
2009. Ilmu Kebidanan. FKUI : Jakarta
12. Profil Dinas
Kesehatan Jombang, 2011
13. Proverawati, A. 2010.
Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Medical Book : Jogjakarta:
14. Puskesmas Mojoagung.
2011
15. Ridwan. 2009.
Http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/studi_kasus_
kontrol_faktor_biomedis_html (diaskes tanggal 20 Juni 2012)
16. Rustam, M. 2005.
.Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta.
17. Saifudin, B. 2007.
Ilmu Kebidanan. YBPP : Jakarta.
18. Sediaoetamo, A. 2010.
Pengantar Ilmu Gizi. Dian Rakyat:Bandung
19. Syafiq, M. 2010. Gizi
untuk Kesehatan Masyarakat. FKUI : Jakarta.
20. Sulistyoningsih, H.
2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu : Jogjakarta.
21. Tarwoto. 2007. Buku
Saku Anemia Pada Ibu Hamil. Transinfo Medika : Jakarta.
22. Varney, H. 2007.
Asuhan Kebidanan. EGC : Jakarta.
23. Ummi, H. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan
Fisiologis. Salemba Medika : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar