SEKILAS
TENTANG POSISI PERSALINAN
Tak
ada posisi melahirkan yang paling baik. Posisi yang dirasakan paling nyaman
oleh si ibu adalah hal yang terbaik. Namun umumnya, ketika melahirkan dokter
akan meminta ibu untuk berbaring atau setengah duduk. Namun pada saat proses
melahirkan berlangsung, tidak menutup kemungkinan dokter akan meminta ibu
mengubah posisi agar persalinan berjalan lancar. Misalnya, pada awal persalinan
ibu diminta berbaring, namun karena proses kelahiran berjalan lamban maka
dokter menganjurkan agar ibu mengubah posisinya menjadi miring (Revina Pevi,
2010).
Ada 4 posisi melahirkan. Masing-masing
memiliki kelebihan maupun kekurangan sendiri yaitu:
a.Posisi
Berbaring
Berbaring
terlerlentang datar pada punggungnya atau dengan tubuh diangkat sedikit (kurang
dari 45°). Kedua kakinya tidak lurus, ditekuk dengan telapak kaki di tempat
tidur (Simkin Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
Kelebihan:
1.
Dokter
bisa lebih leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir pun menghadap ke
depan, sehingga dokter dapat lebih mudah mengukur perkembangan pembukaan dan
waktu persalinan pun bisa diprediksi secara lebih akurat.
2.
Kepala
bayi lebih mudah dipegang dan diarahkan, sehingga apabila terjadi perubahan
posisi kepala bayi, maka dokter langsung bisa mengarahkan pada posisi yang
seharusnya (Revina Pevi, 2010).
Kelemahan:
1.
Posisi
berbaring membuat ibu sulit untuk mengejan. Hal ini karena gaya berat tubuh ibu
yang berada di bawah dan sejajar dengan posisi bayi.
2.
Posisi
ini pun diduga bisa mengakibatkan perineum ( daerah di antara anus dan vagina )
meregang sedemikian rupa sehingga akan terjadi
ruptur perinium.
3.
Menempatkan
janin pada suatu sudut dorong yang tidak menguntungkan dalam berhubungan dengan
panggul sehingga dapat mengakibatkan persalinan berjalan lama (Simkin Penny dan
Ancheta Ruth, 2005).
4.
Pengiriman
oksigen melalui darah yang mengalir dari si ibu ke janin melalui plasenta pun
jadi relatif berkurang. Hal ini karena letak pembuluh besar berada di bawah
posisi bayi dan tertekan oleh massa/berat badan bayi. Apalagi jika letak
ari-ari juga berada di bawah si bayi. Akibatnya, tekanan pada pembuluh darah
bisa meninggi dan menimbulkan perlambatan peredaran darah balik ibu (Revina
Pevi, 2010).
b.Posisi
Miring atau Lateral
Ibu
berbaring miring ke kiri atau ke kanan dengan salah satu kaki diangkat,
sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Posisi ini umumnya dilakukan bila
posisi kepala bayi belum tepat (Revina Pevi, 2010).
Ibu
berbaring miring dengan kedua pinggul dan lutut dalam keadaan fleksi dan ditempatkansebuah bantal, atau kaki
atasnya diangkat dan disokong (Simkin Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
Kelebihan:
1.
Selain
peredaran darah balik ibu ke janin mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam
darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Sehingga proses
pembukaan akan berlangsung secara perlahan-lahan sehingga persalinan
berlangsung lebih nyaman (Revina Pevi, 2010).
2.
Menghindarkan
tekanan terhadap tulang sakrum (berbeda dengan posisi duduk atau terlentang).
3.
Dapat
mengatasi masalah detak jantung janin, jika berkaitan dengan terjadinya
kompresi tali pusat (Simkin Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
Kelemahan:
1.
Posisi
miring ini menyulitkan dokter untuk membantu proses persalinan karena letal
kepala bayi susah dimonitor, dipegang, maupun diarahkan.
2.
Mengalami
kesulitan saat melakukan tindakan episiotomy (Revina Pevi, 2010).
c.Posisi
Jongkok
Merendahkan
tubuhnya dari posisi berdiri ke jongkok dengan kedua kaki datar di lantai atau
tempat tidur, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan
kepala dan tubuh bayi (Simkin Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
Kelebihan:
1.
Merupakan
posisi melahirkan yang alami karena memanfaatkan gaya gravitasi bumi (Revina Pevi, 2010).
2.
Posisi
ini dapat membantu mempercepat kemajuan persalinan kala II dan mengurangi rasa
nyeri yang hebat (Asri dan Clervo,
2010).
3.
Memperluas
pintu bawah panggul dengan menambah diameter intertuberositas.
4.
Membutuhkan
usaha mengejan yang lebih sedikit dibandingkan dengan posisi horisontal (Simkin
Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
Kekurangan:
1.
Selain
berpeluang membuat cedera kepala bayi, posisi ini dinilai kurang menguntungkan
karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan-tindakan
persalinan lainnya, semisal episiotomy (Revina Pevi, 2010).
2.
Jika
dilanjutkan dalam waktu lama,posisi ini akan menekan pembuluh darah dan
serat-serat saraf dibelakang sendi lutut,mengganggu sirkulasi dan mungkin akan
menyebabkan neuropati akibat terjepit (Simkin Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
d.Posisi
Setengah Duduk
Pada
posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha
dibuka ke arah samping (Revina Pevi, 2010).
Posisi
duduk dengan tubuh membentuk sudut >45° terhadap tempat tidur (Simkin Penny
dan Ancheta Ruth, 2005).
Posisikan
si Ibu dengan bantal di punggungnya, atau minta suami untuk duduk membelakangi
si Ibu. Pada waktu kontraksi, bungkukkan badan ke depan atau tarik kaki ke atas
(Redoren, 2008).
Kelebihannya:
1.
Sumbu
jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek.
Suplai oksigen dari ibu ke janin pun juga dapat berlangsung secara maksimal
(Revina Pevi, 2010).
2.
Posisi
ini seringkali nyaman bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah diantara
kontraksi jika merasa lelah (Hidayat Asri dan Sujiatini, 2010).
Kelemahan:
1.
Posisi
dapat menimbulkan rasa lelah dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses
persalinan tersebut berlangsung lama (Revina Pevi, 2010).
2.
Tekanan
pada tulang sakrum dan koksigis dapat mengganggu gerakan sandi panggul (Simkin
Penny dan Ancheta Ruth, 2005).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Alimul,
H.Aziz. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
2.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
3.
Asri,
Dwi dan Clervo, Cristine. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha
Medika.
4.
Gupta,
J.K., & Nikdem, V.C. (2003). Position for women during second stage of
labor. In The Cochrane Review issue 2.www.lamaze.org diakses pada 10 April
2012.
5.
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan Keluarga berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
6.
Mochtar,
Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
7.
Mubarak,
W Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
8.
Notoatmodjo,
S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka cipta.
9.
Notoatmodjo,
S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
10. Nursalam. 2011.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi III.
Jakarta: Salemba Medika.
11. Revina, pevi. 2010.
www.bidanku.com. Di akses pada 13 april 2012.
12. Setiadi. 2007. Konsep
& Penulisan, Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
13. Simkin, Penny dan
Ancheta Ruth. 2005. Buka Saku Persalinan. Jakarta: ECG.
14. Sofyan, Mustika.
2008. 50 Tahun Ikatan Bidan Indosesia Bidan Menyongsong masa Depan. Jakarta: PP
IBI.
15. Supriatmaja. Hasil
Penelitian Pengaruh Senam Hamil . (http:www. Kalbe. Co.id.), diakses pada 13
April 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar